Malam Minggu ini ngapain? Apa masih ada yang betah menjomblo? Hahaha, sama kok.
Jangan lupa Vote dan komen guys!
Kalok ada typo tandai.
Happy reading.***
Hari semakin malam. Langit malam cerah tanpa adanya satu bintang pun. Di balkon kamarnya. Anatha berdiri dengan memegang pembatas balkon seraya menatap bulan yang terlihat indah malam ini.
Ditemani secangkir kopi panas. Anatha menjentikkan abu rokoknya. Dia berjalan menuju kursi dan menyilangkan kaki kanannya.
Menghembuskan asap rokok keudara. Malam ini udaranya terasa dingin. Orang-orang memilih tidur bergelut dengan selimutnya.
Tapi tidak dengan Anatha yang dengan santainya malah merokok. Padahal hawa dingin ini karena sebentar lagi akan memasuki musim salju.
Memijat pangkat hidupnya perlahan. Anatha menginjak rokok yang belum ada setengah ia hirup.
Membawa kopinya masuk kedalam kamar. Dia mengunci jendela. Berbaring terlentang di kasur sambil menatap langit-langit atap kamar.
"Dunia ini aneh." Datar nya sebelum menutup mata memasuki alam mimpi.
***
Anatha bangun pagi-pagi sekali. Dia sudah rapi dengan pakaian sekolahnya.
Sekarang ia berjalan menuju kamar Eidlan untuk meminjam kunci motor. Mengetuk pintu berulang-ulang. Masih tidak ada jawaban.
"Meninggal dia." Ujar Anatha sedikit kesal.
"Eidlan buka."
Cekelek,
Pintu terbuka, memperlihatkan sang pemilik kamar yang masih belum sepenuhnya tersadar. Dia mengucek-ngucek matanya. Meregangkan otot tubuhnya.
"Emm. Kenapa?" Gumamnya pelan seraya mengaruk pipi kirinya.
Anatha mendengus geli. Dia menyenderkan tubuhnya pada pintu. "Pinjam kunci motor trail warna merah Anda." Ucap Anatha to the poin.
"Heh? Buat apa?! Nanti kalok lo kenapa-napa gimana? Lo nggak bisa bawa motor." Tolak Eidlan mentang-mentang. Kesadarannya sudah kembali karena perkataan gila dari kembaran perempuannya.
Anatha berdecak. "Saya bisa membawa motor." Kekeh Anatha tidak mau dibantah.
"Tapi kal--"
"Pinjam." Potong Anatha cepat. Eidlan mendengus. Sejak kapan Eva sangat keras kepala.
"Iya, ini." Eidlan menyerahkan kunci motor trail pada Anatha yang dengan baik ia ambil.
"Hm. Terimakasih." Anatha pergi kebawah meninggalkan Eidlan yang terus menatap punggungnya.
"Biar saya bantu bik." Ujar Anatha saat melihat hanya bik Narsih yang sedang memasak sarapan di dapur.
Bik Narsih menoleh ke sumber suara. Dia menggeleng. "Tidak usah atuh non. Non duduk aja nunggu selesai." Tolaknya dengan halus.
Anak majikannya ini tidak bisa memasak. Yang ada nanti rumah ini yang kebakaran. Kan repot.
Anatha menggeleng. Dia berjalan menuju kulkas dan mengeluarkan sayur-sayuran. "Tenang saja bik. Saya bisa memasak."
Dengan lihainya, Anatha memotong-motong sayuran dengan cepat. Mengambil panci dan ia isi air. Sampai air itu mendidih, baru ia masukkan sayur yang tadi ia potong-potong kepanci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ANATHA
FantasyCerita ini mengisahkan tentang seorang gadis berusia 24 yang sangat berperan penting dalam dunia bawah. Gadis berhati beku yang memiliki trauma tersendiri dan selalu menyalahkan dirinya atas kehilangan orang yang paling ia sayang. Tapi bagaimana bis...