part 23

3.2K 259 12
                                    

Bug.

Bug.

Bug.

Arghhhh..

Anjing.

Lepas!

Panas.

Huhuhu.

Matanya sedari tadi bergerak liar kesana-kemari. Dengan kewaspadaan yang tinggi, gadis itu menatap tajam setiap sudut mencari dimana sumber suara itu.

Tapi yang ia temukan hanya kegelapan tanpa ujung. Disini gelap. Selalu saja kegelapan yang ia temui.

Tapi kali ini berbeda. Hawanya terasa lebih menarik membuatnya mencoba mencari dimana sumber keributan itu.

Tolongg..

Deg.

Badan Anatha kaku. Matanya semakin liar menyusuri ruangan itu dengan gigi yang bergerumuh.

Jantungnya juga berdetak lebih cepat mendengar suara itu. Suara Lenny yang meminta tolong begitu memilukan.

Tolong.

Kakinya secara otomatis berlari menyusuri ruangan itu. Berlari tak tentu arah, dia hanya mengikuti kemana kakinya akan melangkah.

"Len, kamu dimana?," Gumam Anatha dengan terus berlari sekuat mungkin. Anatha berhenti berlari saat tiba-tiba sebuah kandang yang mirip kandang Singa jatuh didepannya entah datang dari mana.

Anatha tidak bisa melihat apa yang ada didalamnya karena terdapat kain hitam yang menutupinya.

Tolong.

Suara itu terlihat lirih dan begitu putus asa. Anatha mengepalkan tangan menatap kandang itu getir.

Berjalan pelan menuju kandang itu, ia menjulurkan tangan berniat membuka penutup itu.

Tapi, baru saja ia memegang kain penutup itu, tubuhnya terpental dengan keras hingga menubruk sebuah dinding.

"Shit!" Umpan Anatha lirih, ia menutup mata. Punggung nya terasa retak dan ia merasakan sesuatu mengalir dari sana.

"Anatha!" Teriak seorang gadis. Anatha mendongak dengan raut wajah yang begitu terlihat kesakitan.

Gadis itu menoleh dan mendapati Sonya yang menangis dengan kaki serta tangan yang dirantai.

"Anatha, hiks." Sonya memberontak berusaha melepaskan rantai yang mengikatnya tapi sekuat apapun usahanya, bukannya lepas, rantai itu malah semakin mencekiknya.

Gerakan Sonya berhenti saat tau usahanya sia-sia. "Sonya." Panggil Anatha yang berusaha bangkit dengan seluruh badan yang bergetar hebat.

"Anatha pergi dari sini. Ini bukan tempatmu!" Sonya berteriak histeris. Anatha menggeleng leman.

Dengan tertatih-tatih. Ia berjalan menuju Sonya yang terus meminta dirinya untuk pergi. Lagian bagaimana ia bisa pergi dari sini jika ia tidak tau caranya.

"Anatha, pergi anatha! Dia akan kesini! Yang dia incar sebenarnya adalah kau, bukan kita!"

Lebih memilih menulikan pendengarannya. Anatha berdiri didepan Sonya yang keadaannya terlihat sangat kacau.

"Kita pulang bersama." Baru saja akan memegang rantai yang merantai tangan kiri Sonya. Dia didorong kebelakang dan terjatuh.

Tapi sayang ia tidak merasakan sakit. Yang ia rasakan malah terasa seperti tubuhnya dijatuhkan dari atas.

Sebelum kesadaran kegelapan merenggut kesadarannya. Ia mendengar suara kemarahan, kesakitan, dan minta tolong.

***

Transmigrasi ANATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang