part 24

3K 246 10
                                    

Halo aku Comeback pren.

Lama tidak bertemu masih jomblo aja ya kalian.

Aku kira udah nggak jomblo, eh taunya masih gamonin tokoh fiksi yang menjadi korban author diluar sana.

Yaudah lah, tak perlu banyak bacot lagi. Langsung aja.

Tapi sebelum itu, Vote komen jangan lupa.
Follow sekalian 😅

Happy Reading📖

"Lo kepada bisa gini Eva?!"

Baru masuk ke kamar sang kembaran, ia melihat Anatha yang berbaring kaku. Matanya ia tutup dengan dahi yang berkerut menahan sakit.

Anatha membuka matanya dan menatap laki-laki yang berjalan mondar-mandir. Sikap dinginnya entah hilang kemana.

"Bisa bantu saya duduk tidak," Ucap Anatha yang sudah jengah dengan kelakuan Eidlan.

Ya Eidlan, karena nomor yang dia hapal hanya nomor laki-laki itu. Eidlan yang tersadar langsung berjalan mendekat dan membantu Anatha dengan hati-hati.

Memegang pundak gadis itu lembut seakan takut membuat gadis itu semakin terluka.

Membenarkan duduknya. Eidlan memberikan bantal dibelakang kepala Anatha.

"Ini kenapa bisa gini sih? Lo tadi ngelakuin apa, sampai kasur lo penuh darah gini, jangan jangan lo mau bunuh diri ya?!" Tuduh Eidlan memicingkan mata.

Gadis itu hanya mampu diam dengan menatap datar Eidlan. Pemikiran konyol macam apa itu.

Walaupun dia didalam kondisi yang menyakitkan, dia tidak pernah berpikir untuk bunuh diri.

Lagian dia tidak segila itu untuk menghilangkan nyawanya yang berharga. Ayolah, hidup itu hanya satu kali, tapi itu tidak berlaku buat Anatha yang sudah hidup dia kali, ¯\_(ツ)_/¯ᵐᵃʸᵇᵉ.

"Saya tidak segila itu untuk bunuh diri hanya karena masalah sepele." Ujar Anatha memalingkan wajah dengan sedikit mengigit bibirnya hingga berdarah.

Eidlan yang melihatnya panik. Dia memegang rahang gadis itu agar menghadapinya.

"Lo gila?!" Bentak Eidlan tidak habis pikir dengan Anatha.

Baru saja gadis itu bilang tidak akan bunuh diri hanya gara-gara masalah seperti, tapi gadis itu malah melukai bibirnya sendiri hingga berdarah.

Siapa yang tidak akan terkejut akan hal itu.

Ayolah, dia tidak suka melihatnya. Eidlan membersihkan darah di sekitar bibir Anatha dengan tangannya.

"Gue gk salah kalok bilang lo gila!" Desis Eidlan.

"Saya tidak gila, tapi kamu yang gila,"

"Kenapa bisa jadi aku?," Bingung Eidlan. Kenapa jadi dia lah.

"Karena kamu dudukin tangan saya Eidlan. Itu sakit!" Amuk Anatha.

Eidlan tersentak. Dia bangkit berdiri dan benar saja kalau tangan Anatha ia dudukin. Pantas gadis itu marah, orang dia yang salah.

Transmigrasi ANATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang