part 32

2.1K 141 11
                                    

Seorang gadis memegang pipinya yang baru saja ditampar. Dia menatap orang yang menampar nya dengan pandangan marah bercampur takut.

"Kau bisa diam?!" Bentak orang itu jengah. Sungguh bosan dirinya mendengar gadis didepannya ini terus berteriak.

"Tidak bisa sebelum kamu melepaskan ku!" Balasnya berani.

Orang itu berdecak sebal. Langsung saja ia menarik gadis didepannya dengan kuat membuat gadis itu berdiri.

"Diam bodoh! Kau sangat menguji kesabaran ku, andai aku tidak bertugas untuk mengawasi, aku tidak akan bernasib sial seperti ini."

"Itu bagus jika kamu bernasib sial karena ku. Aku tidak perlu membunuhmu bukan?" Ucap gadis itu acuh tak acuh.

Orang itu hanya menatap datar. Dia menyentak tangan gadis itu yang masih dia pegang.

"Mengurusi mu saja sudah membuatku pusing, apa lagi ditambah kembaran mu nanti." Orang itu memijat pelipisnya.

"Ku pastikan detik itu juga kau gila," Jawabnya santai.

Bug.

"Auw," Ringis seorang gadis. Dia yang tadi sedang berlari seketika berhenti membuat gadis itu bernafas lega.

"Syukur lah." Gadis itu duduk diatas tanah tanpa memperdulikan gaun putihnya yang akan kotor karena tanah yang cukup basah.

"Capek banget," Gadis itu mengelap keringat di keningnya. Dia mengedarkan pandangannya mencari benda apa yang tadi menimpuk kepalanya.

"Dimana ya," Gadis itu meraba-raba sekitar, dikarenakan gelap dan hanya diterangi oleh cahaya bulan membuat gadis itu kesulitan.

"Eh apa ini," Gadis itu sedikit terkejut karena tangannya yang menyengol sebuah batu.

Mengambil batu itu, dia menggenggam nya dengan erat. Matanya berkedip-kedip beberapa kali mencoba melihat batu apa yang dia pegang.

Tapi hasilnya tetap sama saja. Hanya buram dan batu yang cukup besar dia lihat.

Sampai sebuah tangan menarik lehernya membuat lehernya berbunyi, mungkin patah.

"Arghhh." Gadis itu berteriak kesakitan. Seketika ia tidak bisa bergerak. Yang dia rasakan hanya sebuah tangan yang mencekik lehernya.

"Kau lagi-lagi mendapatkan batu kembar itu, huh sungguh menyusahkan. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, aku ingin keinginan ku menghancurkan Cyclone terwujud."

Orang itu melempar gadis malang itu tanpa merasa kasian.

Gadis itu tersentak. Ia menatap dingin pada laki-laki yang tidak dia kenal. Apalagi, laki-laki ini mengeluarkan api dari telapak tangannya.

"Apa kau dengar hah! Kenapa kau ceroboh sekali hingga kita kecolongan! Karena kecerobohan mu ini, dunia bisa hancur. Menyesal aku sudah mempercayai mu untuk menjaga batu kembar itu, tapi apa, kau bahkan sangat bodoh dengan meninggalkan batu kembar itu!"

"Kau harus turun sekarang juga, cari batu kembar itu hingga dapat, jika belum dapat, jangan harap kau bisa kembali kesini, APA KAU DENGAR?!" Titahnya diakhiri dengan bentakan.

Tanpa sadar gadis itu mengangguk. Seperti ada magnet yang membuat dia mengiyakan.

"Sekarang kau pergi. Cari batu kembar itu sampai dapat, dan ingat jangan sampai batu kembar itu jatuh ke tangan orang yang salah." Ucapnya yang sangat tidak bisa gadis itu bantah.

"Baik, saya akan melaksanakannya master." Gadis itu menunduk dengan kedua tangan didepan dada.

"Bangun, bangun bangsat! Bangun, hiks." Gadis itu mengguncang tubuh tidak bernyawa didepannya.

Dia menjerit hebat dengan menampar bahkan memukul orang didepannya berharap orang itu bangun.

Tapi, sekuat apapun usahanya, orang didepannya tidak pernah akan kembali membuka mata dan tertawa bersamanya lagi.

"Bangun! Kenapa kau pergi ninggalin aku hah!" Gadis itu tidak peduli tatapan iba orang orang yang berada disekitarnya.

Meletakkan kepala orang tersebut dipaha nya, gadis itu kembali menangis. Dia berteriak memaki-maki Tuhan karena begitu jahat kepadanya.

"Bangun pliss, maafin aku, sungguh aku tidak sengaja."

Orang orang yang melihatnya hanya menunduk. Bahkan dengan tidak berperasaan mereka meng-video kejadian itu.

Sungguh biadap sialan.

"Jika nanti kau ketauan oleh mereka, cepat pergi dan jangan pernah memperlihatkan batang hidungmu lagi!" Ucap seorang tetua pada laki-laki yang duduk di singgasananya.

Laki-laki itu hanya memutar bola matanya. "Aku tau itu kakek."

"Aku hanya mengingatkan mu, aku takut kau malah menyukai salah satu makhluk lemah itu." Kata tetua itu meminum air berwarna merah, yang dipastikan adalah darah.

Laki-laki itu mendengus. "Itu tidak akan. Aku tau batas dasar tua bangka."

Menatap tajam sang cucu. "Jangan ucapan mu pada kakek mu sendiri." Ucap tetua itu dingin.

Laki-laki itu mengibaskan tangan. "Terserah."

Seorang anak kecil meremas bunga higanbana dengan mata yang menatap hamparan hutan yang begitu terlihat sejuk.

Angin sepoi-sepoi membuat anak laki-laki itu memejamkan mata. "Kenapa ibu tidak memperoleh kan ku untuk kehutan itu?" Tanya anak itu pada seorang wanita yang berdiri dibelakangnya.

Wanita itu tersenyum. Dia mendekat dan mengusap lembut rambut sang anak.

"Kamu masih kecil sayang, jadi tidak baik kamu kesana, itu berbahaya, tapi nanti kalau kamu sudah besar, kamu bisa keluar masuk kesana sesukamu, bahkan kamu bisa mengajak pasangan mu juga nanti." Jelas wanita itu dengan senyum yang tidak luntur sama sekali.

Anak laki-laki itu menoleh kepada sang wanita. "Memang aku akan punya pasangan ibu?" Tanyanya yang terlihat menuntut.

Wanita itu mengangguk. "Iya, setiap makhluk hidup pasti akan memiliki pasangan."

"Owh seperti ibu dan ayah?"

"Iya seperti itu." mereka diam memandang hutan yang begitu cantik. Dengan bunga yang sudah hancur digenggaman nya.

Anak kecil itu membuka tangan dan menjatuhkan bunga itu ketanah.

Gadis itu memberontak sekuat tenaga. Ia ingin kabur saja rasanya. Melihat penanganan yang membuat perutnya bergejolak ingin memuntahkan isinya.

Bagaimana tidak, tubuh manusia yang entah sudah mati atau belum, dengan kulit wajah yang sedang dikelupas oleh orang yang wajahnya tertutup topeng.

Orang bertopeng itu begitu hati-hati mengelupas kulit kepala. Bahkan ia sama sekali tidak jijik dengan daging yang menempel di jarinya.

Darah segera mengalir hingga turun ke kemaluan sang korban yang sudah hancur dan di penuhi oleh belatung yang keluar masuk dengan sangat banyak.

Setelah mendapati kulit kepala itu tanpa cacat. Orang itu melempar kulit itu begitu saja hingga mengenai wajah gadis yang berdiri ketakutan dibelakangnya.

"Aaaaa!"

TBC.

Hai bertemu lagi dengan aku, simanis yang baik hati dan rajin menabung.

Jujur radak tremor aku ngetik part ini. Sungguh geli sendiri aku😪

Okh next?

3 Mei 2022

Transmigrasi ANATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang