part 15

5.1K 377 8
                                    

Hai!

Aku update lagi!

Langsung aja ya.
Vote dan komen dulu dong.
∆Typo tandai∆
Happy Reading📖


"Gue itu cantik, tapi kenapa masih dighosting sih, gue kurang apa coba?," Ucap Sahara lesu. Dia bertopang dagu dengan wajah ditekuk.

"Kurang pinter. Kurang bohay. Kurang montok." Balas Cahya dengan spontan. Gadis itu fokus dengan buku novel yang sedang ia baca. Membenarkan letak kacamatanya yang sedikit melorot.

Sahara mendelik menatap Cahya. "Nggak papa yang penting gue kaya." Sombong Sahara mengibaskan rambutnya bak model.

Cahya memutar bola matanya. "Nggak nyambung." Semprot Cahya, melempar bantal tepat mengenai wajah Sahara membuat gadis itu mengadu.

"Kasar banget sih," Gerutu Sahara memayungkan bibir. Gadis itu mengelus jidat.

Saat ini mereka berada diruang tamu rumah Eva. Hari ini libur karena guru pada rapat, maka dari itu, mereka berkunjung ke rumah untuk sekedar bermain main.

Tapi ketiganya sangat tidak tau diri dengan membuat ruang tamu yang semula bersih sekarang berantakan dengan bungkus snack dan minuman kaleng berceceran membuat Anatha merasa marah.

Dia sangat tidak suka tempat yang kotor. Tapi saat mereka ditegur, bukannya minta maaf atau sekedar membersihkan kekacauan yang mereka perbuatan, mereka malah semakin menjadi membuat Anatha pasrah.

"Emang siapa yang ngeghosting sahabat gue ini." Ucap Jelita yang baru saja keluar dari arah dapur dengan kedua tangan penuh dengan berbagai macam snack.

Gadis itu mendudukkan diri di sofa sigle. Membuka bungkus snack. Dia memakannya dengan kaki kanan yang dia angkat.

"Siapa lagi kalau bukan Rais." Ketus Sahara menyomot cemilan Jelita membuat gadis itu melotot tidak terima.

"Ih ngambil aja sana sendiri, jangan ngambil punya gue." Jelita menjauhkan snack itu dari Sahara. Dia sangat tidak suka jika ada yang meminta jajahannya.

Sahara mendengus. "Dasar pelit!"

"Biarin."

Cahya menatap malas keduanya yang saling menjelekkan. Tidak ada hari tanpa pertengkaran membuat Cahya sedikit frustasi.

Anatha tetap menutup matanya tanpa terganggu sedikitpun dengan perdebatan Jelita dan Sahara. Tangan kirinya ia jadikan bantal. Sedangkan tangan kanan menutup mata.

Suara Jelita dan Sahara yang mengumpati sama lain dengan disusul teriakan Cahya benar-benar tidak membuat Anatha membuka mata.

Cukup malas meladeni ketiga cewek aneh yang menganggu ketenangannya saat ini. Kalau bisa, Anatha sangat ingin menendang mereka keluar dari rumah ini.

Tapi ia urungkan karena dia masih memiliki sedikit kewarasan. Tapi tolong ya Tuhan, kasih dia kesabaran yang ekstra.

Cahya yang kesabarannya sudah diujung tanduk. Dia dengan jengkel menarik rambut Jelita dan Sahara membuat keduanya menjerit karena ke bar-baran sahabat mereka.

"Awww Cahya lepas, sakit ya." Jerit Sahara dengan rintisan. "Yaampun Cahya yang cantik, huhuhu lepas." Jelita memohon dengan wajah memerah menahan perih dan sakit.

Cahya tanpa merasa bersalah melepas begitu saja membuat tubuh mereka terjungkal kebelakang. Lalu gadis itu berjalan mengambil buku novel yang tadi sempat ia lempar ke kepala Jelita.

"Aduhh bokong seksi ku." Jelita mengelus bokongnya yang barusan berciuman mesra dengan lantai.

"Tega kali lo sama sahabat sendiri." Ujar Sahara cemberut. Dia merapikan rambutnya yang berantakan karena jambakan dari Cahya.

Gadis itu hanya terkekeh. Suruh siapa membuat orang kesal. "Salah kalian sendiri buat gue kehilangan kesabaran." Cahya meminum kaleng sprite yang tadi diambil Jelita dari dapur.

***

"Sini makan dulu." Ajak Dona pada sahabat anaknya. Dia menyusun makanan dimeja makan.

Anatha duduk dikursi yang biasa ia duduki dengan raut muka malas. Jelita tersenyum lebar melihat meja makan yang terdapat begitu banyaknya aneka makanan.

Air liur menetes disudut bibir Jelita sebelum dengan cepat ia hapus. Duduk dengan perut yang semakin Keroncongan.

"Hehehe nggak usah repot-repot tante, nggak enak akunya." Lain dengan perkataan, Tangan Jelita begitu banyak mengambil nasi dan lauk pauk membuat Sahara dan Cahya meringis malu.

Dona terkekeh pelan. Dia menutup mulut anggun. "Tak apa. Kalian kan teman anak gadis tante, jadi ya harus diperlakukan dengan baik bukan?,"

Jelita mengangguk dengan mulut penuh dengan makanan. Anatha menatap rumit kearah Dona yang sedang mengambilkan makanan untuk Cahya.

Senyum sinis tersiap dibibir ranum Anatha. Harus diperlakukan dengan baik eh? Cih anak kandungnya sendiri diacuhin.

Mereka makan dengan tenang. Sesekali Jelita nambah makanan dengan tak tau malunya.

Sikembar dan Hugo sedang tidak ada dirumah. Karena kembar yang sedang menginap dirumah sahabatnya, sedangkan Hugo masih ada dikantor.

***

"Kalian nggak nginep aja?," Tanya Dona khawatir. Sebab ini sudah hampir tengah malam, tidak baik bukan untuk seorang gadis keluar malam-malam.

Maka dari itu Dona menyarankan agar mereka menginap saja disini. Tapi mereka menolak dengan halus karena mereka sendiri belum ijin ke orang tua mereka. Takut mereka panik.

"Nggak udah tante. Kita langsung pulang aja, takut dicariin sama orang tua juga." Sahara menolak dengan lembut. Memberi pengertian untuk Dona.

Dona menghela nafas menyerah. Dia tersenyum lembut dan mengangguk pelan. "Yaudah kalau gitu, tapi hati-hati."

Mereka mengangguk. "Iya tante, kalo gitu kita duluan Eva, bye!" Jelita melambai-lambaikan tangannya ribut pada Anatha.

Ekpresi Anatha tidak berubah. Datar tanpa emosi. Dona menghela nafas saat melihat mobil yang ditumpangi sahabat anaknya sudah berjalan menjauh dari pekarangan rumah.

"Ayok masuk." Ajak Dona pada Anatha. Dia menggandeng tangan Anatha tanpa menatap wajah Anatha yang terlihat marah.

Anatha benci dengan orang yang seenaknya memegang dirinya tanpa permisi.

TBC.

Tadi aku lihat berita kalok orang yang terkena covit omikron makin banyak. Ih ngeri ya, moga aja kita dilindungi dan nggak terkena omikron.

Tapi ingat, tetap disiplin sama protokol kesehatan sai.

5 Januari 2022

Transmigrasi ANATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang