Part 25

3.1K 234 13
                                    

Jelita melongok menatap teman kelasnya. Merasa menjadi orang paling bodoh karena tidak mengerti apa yang Jaffray dan Nehan lakukan.

Mengelus tengkuknya dengan wajah tolah-toleh bagai orang dongo. Jelita memakan cemilannya tidak peduli lagi pada mereka yang semakin tidak terkendala tingkahnya.

Cahya yang sedari tadi duduk dimeja guru dengan memegang buku novel, tidak merasa terganggu sedikitpun.

Dia bahkan dengan berani menaikan salah satu kakinya kemeja, dengan punggung yang ia sandaran pada meja.

Karena kelas sedang jamkos, makanya para murid berbuat seenaknya. Tapi tetap saja, tidak diperbolehkan untuk keluar kelas sebelum bel istirahat berbunyi.

Nehan memutar-mutar gelas itu dengan satu jari. Dia mengangkat tinggi-tinggi seakan-akan ingin memperlihatkan pada mereka bahwa dia bisa melakukan itu tanpa gelas itu terjatuh kebawah.

"Wow gak jatuh dong." Nehan mengangkat dagunya sombong. Pranvi menatap malas pada pemuda itu.

Alex melemparkan kulit kuaci pada Nehan dengan penuh tenang. "Nanti juga jatuh." Sahut Rindhi tak acuh. Dia sibuk dengan rumus-rumus fisika yang membuat kepala pusing.

"Nggak bak––"

Pyarr

"Nah kan," Cicit Leia menatap Nehan yang terdiri membeku.

"Selalu aja buat masalah dia," Najwa memegang kepalanya, seperti tertekan dengan kelakuan sang kekasih.

"Udah dibilangin kan." Kazra menonyor kening Nehan yang membuat laki-laki itu mendengus kesal.

"Aneh." Komentar Sahara yang duduk di dekat pintu yang tertutup. "Apa yang aneh?," Tanya Megan yang baru datang setelah menanti seragamnya yang kena semburan dari Nehan.

"Eh Ayam!" Latah Sahara terkejut saat mendapat Megan yang tiba-tiba bertanya dengan wajahnya yang begitu dengan dengan dirinya.

Megan meringis mendengar latahan Sahara. Ia tersenyum begitu manis melihat Sahara yang menatap dengan tatap horor.

"Hehehe, sorry." Megan mendudukkan dirinya disamping Sahara. Sedangkan gadis itu hanya mampu mengelus dada sabar.

Hening beberapa saat diantara mereka, sampai  megan berucap yang membuat dirinya baru sadar sesuatu.

"Eva nggak masuk ya, kok gue nggak liat dia dari tadi." Ucap Megan pada Sahara.

Sahara menoleh, baru sadar. Dia menelisik setiap sudut ruang kelas tapi tak menemukan Eva disana.

Bahkan tasnya saja tidak ada, dan dipastikan bahwa gadis itu tidak masuk.

"Mungkin Eva nggak masuk deh, ya udah lah, nanti gue tanya sama Kembarannya aja."

***

"Eidlan!" Sang empu nama menghentikan langkahnya, dia menoleh kebelakang dan mendapati bahwa sahabat adiknya sedang berjalan mendekat.

"Tunggu, huff." Jelita mengatur nafasnya yang sedikit memburu.

Ia merebut paksa botol siswa yang tidak sengaja lewat disampingnya. Wajah siswa itu memerah saat Jelita menghabiskan air itu dengan ujung botol dan bibir yang menempel.

Itu artinya, ciuman tidak langsung bukan?

"Gini, Eva kenapa nggak masuk?," Tanyanya setelah membuang botol itu ketempat sampai.

Eidlan menatap datar, terlihat engan untuk memberitahu. "Woi jawab lah! Lo bisu?!" Cahya ngegas duluan. Mood nya sedang tidak beres karena hari pertama datang bulan, maklum.

Transmigrasi ANATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang