Hallooo 👋
Happy Reading📖
***
Anatha menuruni tangga dengan cepat. Sampai diruang tamu, dia menemukan tiga sahabat Eva yang sedang melamun bersama.
Anatha mengernyit. Dia berjalan mendekat dan menepuk bahu Cahya, membuat gadis itu tersentak kaget.
"Kalian kenapa melamun, tidak baik." Tanya Anatha dengan teguran.
Cahya menghembuskan nafasnya, dengan lesu. "Nggak papa kok Va," Jawabnya bohong.
"Eh lo katanya sakit," Sahara mengalihkan pembicaraan.
"Oh udah baikan." Kata Anatha setelah mendudukkan diri disamping Cahya. Mereka bernafas lega.
"Syukur lah kalok gitu, lo tau kita khawatir tau pas tau lo sakit, Eva." Terang Jelita. Dia menopang dagu menatap intens Anatha.
Sebenarnya gadis itu risih pada tatap Jelita. Tapi dia hanya mengangkat bahu mencoba tak acuh.
"Kalian sudah dari lama disini?" Tanyanya. Mereka mengangguk serentak. "Owh kalau begitu, kalian melihat Syasya keluar tidak?" Tanyanya lagi.
Dia benar-benar ingin menanyakan kenapa dia memiliki batu yang terdapat nama pacarnya.
Jelita, Sahara dan Cahya saling tatap-tatapan. Sahara terlihat menggeleng pelan menyuruh mereka berdua untuk tidak menjawab jujur.
Cahya yang paham hanya mengangguk, menurut. "Gak lihat kita."
Anatha memicingkan matanya. "Oh ya? Tapi bukannya tadi kalian bilang sudah lama disini?,"
Mereka meneguk salivi nya kasar. "Ah iya, emang kita udah lama disini, tapi kita nggak lihat Syasya, gitu." Gugup Jelita. Dia memalingkan wajahnya untuk tidak menatap Anatha.
Menyeringai. Anatha hanya mengangguk pura-pura percaya. "Oh gitu." Ujarnya dengan nada remeh.
***
"Mampus lah kita," Ucap Jelita pelan, saat setelah Anatha keluar dari rumah, ke halaman depan.
Jelita memukul paha Sahara pelan. "Lagian lo kenapa nyuruh kita buat bohong sih," Kesalnya.
Sahara yang sama takutnya, menoleh menatap Jelita. Dia menatap sinis gadis itu, "Lo lupa kalok Syasya yang minta buat nggak ngasih tau Eva?!" Sewot nya dengan kesal.
Jelita mencebikkan bibirnya. "Halah, ngapain juga turuti omongan dia sih!"
"Lo juga kenapa ikut sandiwara kita?" Ucap Sahara yang tidak habis pikir.
"Ya itu karena Cahya udah bilang dia nggak lihat noh!" Sahutnya tidak ingin mengalah. Cahya hanya menghela nafas, gadis itu memijat pangkat hidungnya.
"Udah diam! Pusing gue dengernya." Lerai Cahya dengan keluhan.
"Lagian lo kenapa malah ikut-ikut sama Sahara sih," Bukannya berhenti, sekarang Jelita malah menyalahkan Cahya.
"Lo juga ikut-ikut ya, ngapain cuma nyalahin kita berdua!" Semprot Cahya tidak ingin disalahkan sendiri.
Jelita memutar bola matanya malas. "Ya gue terpaksa!" Gadis itu tidak ingin disalahkan, menurutnya dia tidak salah.
"Terpaksa?!" Geram Sahara pada Jelita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ANATHA
FantasyCerita ini mengisahkan tentang seorang gadis berusia 24 yang sangat berperan penting dalam dunia bawah. Gadis berhati beku yang memiliki trauma tersendiri dan selalu menyalahkan dirinya atas kehilangan orang yang paling ia sayang. Tapi bagaimana bis...