part 31

2.2K 162 2
                                    

Anatha duduk termenung diujung ranjang kamar Syasya. Dia melamun dengan batu berwarna merah yang ia gengam begitu erat.

"Apa ini? Apa dia berbohong padaku, tapi mana mungkin dia berbohong."

"Lagian kalau dipikir dengan logika, mana bisa batu yang sebesar batu akik ini dia tidak melihatnya? Sungguh ini tidak lucu."

"Tapi bagaimana Syasya bisa mendapatkan batu dengan nama Lenny ini? Tapi entah mengapa saya pernah melihat batu ini, tapi dimana?" Anatha bermonolog sendiri. Dengan menatap intens batu berlian berwarna merah yang sangat indah dan mencolok.

Disekitar nama itu, terdapat ukiran mawar merah. Mawar yang indah, tapi mematikan saat disentuh karena terdapat duri di batangnya.

Cantik dan terlihat begitu mematikan. Juga dia merasa batu ini bukan batu biasa. Entah sadar atau tidak, dia tadi malah melihat aura hitam keluar dari batu ini.

Menghela nafasnya. Gadis itu menatap Syasya yang tertidur disampingnya, dengan kening yang mengeluarkan keringat.

Anatha menepuk pundak Syasya untuk menyadarkan gadis itu yang tengah bergerak gelisah.

Syasya tersentak. Dia membuka mata dan menatap linglung sekitarnya. "Anatha?!" Ujar Syasya.

Anatha menegang. Tangannya tanpa sadar mencengkram pundak Syasya. Mencoba menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak dengan kencang.

"Anatha siapa?" Tanyanya dingin. Syasya menatap Anatha bingung. "A-aku nggak tau." jawabnya pelan. Dia mengaruk pipinya bingung.

"Anatha siapa? " Tanyanya pada dirinya. Dia pun tidak tau siapa Anatha itu, dan tiba-tiba saja secara spontan ia menyebutkan nama itu.

Anatha memicingkan matanya. Dia curiga pada Syasya. Kenapa akhir-akhir ini gadis itu sangat misterius.

***

Laki-laki berusia 7 tahun itu berjalan mengendap-endap menuju kakak sepupunya yang duduk membelakangi dirinya.

Cahya yang melihat Niko, adik sepupu Sahara mengernyit melihat cara berjalan laki-laki kecil itu.

Niko meletakkan jari telunjuk dibibir mengisyaratkan Cahya untuk diam. Cahya hanya mengangkat alisnya.

"Yo!" Seru Niko mengagetkan Sahara membuat gadis itu terlonjak kaget hingga ponselnya ia lempar.

"Niko, jangan ngagetin kakak! Mau gue tabok pantat tepos lo itu hah?!" Pekik Sahara.

Niko menutup telinganya. Rasanya gendang telinganya seperti akan lepas.

"Hehehe." Bocah cilik itu hanya menyengir kuda. Hidup Sahara kembang kempis dibuatnya.

"Lo itu ya!" Sahara berancang-ancang mengapai tubuh kecil Niko, tapi bocah itu lebih dulu berlari dan berlindung dibelakang Cahya.

"Selamatkan pangeran dari moster kejam yang ingin mengambil tahta kerajaan!" Ucap Niko mendramatis.

Sahara menarik tangan Niko. "Sini lo! Awas aja lo ya kalok minta duit sama gue heh!"

Niko memberontak. "Aaaa tolong selamatkan pangerann!" Cahya menatap mereka datar.

Jelita menguap bosan. "Gak bukak aurat." Niko menatap Jelita. "Gak bukak aurat." Katanya sekali lagi dengan senyum menyebalkan menurut Niko.

Jelita menunjukkan ponselnya pada kedua sahabatnya. Tapi Niko berusaha merebutnya.

"Siniin ih!" Niko merungut kesal. Jelita tertawa lepas. "Gak bukak aurat, haha."

Niko menatap kesal pada Jelita yang menatapnya dengan senyum tengil. "Haha lucu deh, gak bukak aurat."

TBC.

Minal aidzin wal faidzin ya. Maaf kalo ada salah, perkataan aku yang mungkin tanpa sadar menyinggung kalik, dan juga yang biasanya suka menggantung🙏.

Cuma mau bilang. Selamat hari raya idul fitri pren, hehehe.

2 Mei 2022

Transmigrasi ANATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang