part 20

4K 282 5
                                    

Happy Reading📖

Kalau ada typo tolong bantu tandai ≧﹏≦

***

Beberapa hari telah berlalu, tentang mimpinya tidak pernah absen sedikitpun membuat Anatha jengah.

Apalagi Valerio sekarang seperti penguntit yang salalu menguntit nya. Tidak diluar sekolah, dilingkungan sekolah, bahkan dirumah.

Para kembaran Eva bahkan pernah berniat membunuh Valerio karena sangking kesalnya dengan Valerio. Tapi untuk saja tidak jadi karena mereka baru ingat bahwa Valerio adalah sahabat mereka.

Anatha sendiri bahkan sudah merencanakan bagaimana cara membunuh Valerio. Ditembak dengan senapan bagus juga.

"Jadi bisakan kamu pergi." Sudah kesekian kalinya Anatha berucap seperti itu kepada Werewolf keras kepala yang duduk didepannya.

Valerio melirik sekilas, "tidak."

Anatha berdecak kesal. Ingin sekali ia menjambak rambut Valerio dan menyeretnya keluar. "Keras kepala banget sih kamu, saya cuma minta kamu keluar dari ruangan ini, karena cuma ada kita berdua disini."

Memang benar sekali mereka ada diruang belakang sekolah dan hanya berdua, ingat cuma berdua, dan kalian juga jangan berpikir yang bukan-bukan ya, tidak ada yang seperti itu, bahkan saat Valerio tidak sengaja bersentuhan dengan Anatha saja, Gadis itu akan mengamuk seperti Singa betina yang lepas kandang.

Tak jarang ditangannya akan ada luka karena cakaran dari sang mate. Valerio hanya bisa mendengus.

"Aku tidak peduli."

"Kamu jangan keras kepala!! Saya tidak suka kamu berada di dekat saya Valerio!." Sudah habis kesabaran Anatha. Dia berteriak keras didepan muka Valerio sampai laki-laki itu mengerjap karena kejatuhan air hujan.

Valerio mengelap wajahnya. "Kalau bicara jangan tepat dimuka ku, air liur mu bahkan sampai muncrat kemuka tampan ku ini." Jelas Valerio membuat Anatha memalingkan muka.

Astaga, apa tadi saat ia berteriak keras air liur nya sampai muncrat, ck kalau saja Sonya mengetahuinya pasti ia akan tertawa mengejek.

Ngomong-ngomong soal Sonya, apa kabar gadis yang sudah tidak perawan itu. Mungkin ia sedang menangis dipojokan mengetahui temannya ini meninggal dengan tragis.

"Ck lupakan, sekarang kamu tolong cabut saya dari ikatan mate yang kamu bilang itu, gara-gara itu, hidupku sekarang tidak tenang." Tapi seingat Anatha, hidupnya memang tidak pernah tenang.

"Tidak bisa,"

"Mengapa?,"

Valerio menatap Anatha lekat. "Karena aku bukan moon goddess yang bisa menarik kembali ikatan diantara kita."

"Lagian, Terima saja lah. Kita memang ditakdirkan untuk bersama."

"Tidak akan, kita tidak akan pernah bersama, mana ada manusia yang mau dengan werewolf seperti mu, mungkin orang itu sedang ada gangguan jiwa karena mau dengan mu." Ucap Anatha Sakral.

"Itu terserah pemikiran mu. Tapi yang perlu kamu tau, sejauh apapun kau pergi dariku nanti, akanku pastikan aku akan menangkapmu dan tidak akan pernah membiarkanmu pergi lagi dari hidupku." Setelah itu, Valerio pergi meninggalkan Anatha yang bergeming dengan senyuman menyeramkan.

"Kita lihat saja nanti."

***

"Lepas anjing!" Sentak Zafran mencoba melepaskan tangan Dahlia yang menggenggam nya erat.

Dahlia yang pada dasarnya keras kepala menggeleng. Dia mengeratkan genggamannya tidak peduli tangannya yang memerankan karena pukulan dari Zafran.

"Tidak. Kenapa sih? Cuma genggaman tangan aja kok. Lagian kita kan sebentar lagi bakal ngelakuin pertunangan setelah itu menikah, dan pastinya bakal tinggal serumah dan akan ngelakuin lebih dari ini." Ujar Dahlia panjang lebar.

Zafran memutarkan bola matanya. "Gk usah mimpi. Gak akan gue biarin cewek jadi-jadian kayak lo jadi istri gue!"

Terkekeh kecil. "Ingat Zaf. Hutang kedua orang tua kamu aja masih menumpuk seperti gunung sama orang tua aku. Lagian Papa kamu juga gak akan tuh biarin pertunangan ini batal." Dahlia tersenyum mengejek. Makanya kalau hutang tuh dilunasin. Jangan dilihatin.

Zafran yang mendengar itu marah. Bukan hanya marah kepada Dahlia saja, tapi juga marah kepada orang tuanya yang menjadikan dia sebagai jaminan?

"Lo tuh perempuan murahan. Jalang! Udah berapa kali pria yang masukin lo, pasti punya lo longgar. Gak bakal sudi gue nikah sama jalang tukang ngangkang kayak lo!"

"Arghh." Dahlia berteriak saat rambutnya ditarik keras oleh Zafran. Dia mencoba mengapai tangan Zafran agar menjauh dari rambutnya tapi tak sampai.

"Arghh.Apa-apaan kamu Zafran! Lepas sialan! Ini sakit." Sudut mata Dahlia mengeluarkan air mata. Kulit kepalanya terasa sakit karena jambakan yang begitu kuat seakan-akan akan membotaki rambutnya.

Tak.

Dahlia menjauhkan rambutnya dari Zafran. Rambutnya berantakan seperti rambut singa. Dia menatap nyala pada Zafran yang tangannya masih gatal ingin kembali menjambak rambut gadis itu.

"Aku tidak seperti yang kamu bicarakan sialan! Aku tidak pernah dimasukin laki-laki manapun itu. Perkataanmu begitu melukai harga diriku bajingan! Aku akan mengatakan ini kepada Papa mu agar kamu bisa menjaga ucapan sampah mu itu biar tidak melukai hati seorang wanita."

Dahlia meninggalkan Zafran dengan tangan yang memegang kepalanya. Laki-laki itu mendengus. "Dasar pengadu."

Disisi lain seorang pemuda dengan rambut yang sedikit panjang menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sangat sahabat.

Memasukan tangan ke saku celana. Dia menyenderkan punggung pada dinding dibelakangnya. "Sangat bar-bar." Komentarnya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya serasa terkekeh kecil.

Fariz bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa dia mau berteman dengan manusia tempramen seperti Zafran. Bahkan dalam segi apapun itu, masih ada orang yang lebih pintar mengendalikan emosinya diluar sana.

"Ey. Perkataannya juga tidak pernah diasah terlebih dahulu."

TBC.

Masih menunggu cerita ini?

Bagaimana Part ini say? Enjoy aja dulu. Masalah konflik mah nanti nanti aja. Aku juga bingung mikir konflik yang ringan tapi ngenak.

Bye. Pada daring ya sekarang? Wkwk baru juga masuk, eh daring lagi.

14 Febuari 2022

Transmigrasi ANATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang