part 14

5K 375 2
                                    

Hola hola 👋😄

Kabar kalian baik? Semoga iya.

Happy Reading📖

Sedangkan di belahan dunia lain. Terlihat seorang Perempuan dengan penampilan kacau. Mata yang sembab dengan kantung dibawah mata yang hitam seperti panda menandakan dia kurang tidur.

Baju yang lusuh dengan tubuh yang mulai kurus. Rambut kusut yang lepek karena jarang keramas menambah kesan menyediakan.

Perempuan itu terlihat gelisah dengan tangan yang memegang perutnya yang terasa kosong karena belum makan.

Tangan kanannya menggenggam erat ponsel mahal milik temannya yang dia temukan disekitar jurang.

"Aku mohon." Tubuh gadis itu merosot dengan tatapan kosong. Dia tidak ingin kehilangan temanya untuk kesekian kalinya, cukup Lenny, Tessa dan Zafa saja yang meninggalkan dirinya, jangan Anatha juga.

Sonya benar-benar tidak kuat. Kenapa orang disekitarnya selalu meninggalkan dirinya sendiri.

Apa salahnya, Sonya tidak tau.

Seorang pria dengan seragam polisi mendekat pada Sonya yang sedang menangis dalam diam.

Polisi itu mengerti, ditinggalkan oleh orang yang disayang memang sangat menyakitkan.

"Nona Sonya?," Panggil polisi itu. Sonya mengangkat kepalanya pelan dengan jejak kekosongan dimatanya.

"Apa?,"

Polisi itu menghembuskan nafas. Cukup berat baginya menyampaikan ini pada orang yang sedang terpuruk, tapi orang itu harus mengetahuinya.

"Tim kepolisian sudah mengerahkan yang terbaik untuk menemukan keberadaan Nona Anatha. Tapi sejauh ini tidak ada perkembangan dari pencarian ini. Pihak kepolisian tidak berani terlalu jauh masuk kedalam jurang yang tidak berdasar itu. Para anggota polisi juga menyimpulkan bahwa Nona Anatha tidak selamat karena jauh dari ketinggian yang begitu tinggi." Ujar polisi muda itu dengan hati-hati, ia tidak mau salah bicara pada perempuan didepannya, bisa sial dirinya jika salah bicara.

Hati Sonya runtuh. Harapan yang dia genggam erat dihatinya retak saat mendengar itu. Apa benar dia kehilangan Anatha?

***

Syasya mengeringkan rambut basahnya dengan handuk. Dia berjalan menuju meja rias. Masih dengan tangan yang memegang handuk dengan mengeringkan rambut nya.

Dia memperhatikan wajahnya didepan pantulan cermin. Tangannya mengambil hair dryer untuk mempercepat pengeringan rambut.

Setelah dirasa cukup kering. Tangannya beralih mengambil krim malam untuk wajahnya.

Walaupun dia hanya anak miskin, bukan berarti dia tidak memperhatikan perawatan wajahnya, walaupun menguras gaji yang tak seberapa itu.

Tapi Syasya cukup senang karena bisa membeli peralatannya dengan hasil jeri payahnya sendiri.

Menutup pintu kamar. Gadis itu berjalan menuju dapur untuk membuat makanan buat dirinya yang terasa lapar.

Membuka kulkas. Syasya mengeluarkan bahan-bahan masakan yang akan ia olah. Suara pisau yang memotong sayuran itu terdengar cukup keras diruangan yang hening.

Tersenyum puas saat masakannya selesai dan saat dia mencicipi nya, rasanya tidak begitu buruk.

"Kau tau, aku begitu merindukannya." Sebuah suara gaib membuat tangan Syasya yang semula sibuk menyendok makanan terdiam dengan tubuh kaku.

Matanya bergerak liar mencari siapa pemilik suara itu. "Si-siapa kamu?!," Teriak Syasya cukup kuat. Yang ditakutin Syasya adalah, suara itu milik penyusup. Dia hanya takut kenapa-napa, apa lagi dia sendiri saat ini.

Bukan cuma saat ini sih, tapi memang dia selalu sendiri setiap saat.

Tidak ada balas. Bagai tidak pernah ada suara, ruangan itu hening dengan si pemilik sibuk berkelana dengan sejuta pemikiran.

***

Anatha menutup matanya merasakan air dingin yang menusuk kulit. Semakin menenggelamkan tubuhnya kedalam bak mandi.

Gadis itu merilekskan diri. Air dingin benar-benar membuat pikirannya sedikit jernih. Beban yang selama ini dia pendam seperti terangkan hilang.

"Ini menenangkan." Lirih Anatha serasa menggosok tubuhnya dengan sabun.

TBC.

Kkkkk.

Salam dari Binjai.

31 Desember 2021

Transmigrasi ANATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang