02

7.4K 555 6
                                    

LUKA
Part 02

6 bulan pertama sejak kepergian Hanna, setiap harinya terasa seperti neraka untuk Jeno maupun Jaehyun. Jeno bahkan sampai tidak berani keluar dari kamarnya saat malam tiba, karena hampir setiap hari selama 6 bulan itu, Jaehyun selalu pulang malam dalam keadaan mabuk, menggedor keras pintu kamar Jeno sambil mengucapkan sumpah serapah untuknya. Jeno hanya bisa meringkuk ketakutan diatas ranjangnya setiap kali itu terjadi, menutup telinganya dengan kedua tangannya, berharap ia tidak mendengarkan apa yang ayahnya lontarkan.
Tapi bersyukur, Jeno masih memiliki Taeyong, kerabat dekat yang juga menjadi sektetaris pribadi Jaehyun. Rasanya Taeyong lebih cocok dianggap "Ayah" oleh Jeno. Kalau saja tidak ada Taeyong, Jeno memastikan dirinya sudah mati kelaparan tak terurus. Karena selama Jaehyun uring-uringan, Taeyong lah yang selalu memeriksa keadaannya. Membelikan makanan untuknya, membayarkan uang sekolahnya, memberinya uang saku, meskipun itu semua masih menggunakan uang Jaehyun, karena ayahnya memang menyerahkan segala hal yang bersangkutan dengan keuangan pada Taeyong.

Dan untungnya melewati 6 bulan, perlahan Jaehyun kembali bangkit, menata kembali kehidupannya yang hancur sejak kepergian Hanna. Namun rasa bencinya pada Jeno tak berubah, bahkan hingga saat ini melewati 5 tahun, sikap dinginnya masih tetap sama. Jaehyun, dulu menjadi sosok yang membuat Jeno selalu merasa aman, kini malah menjadi ketakutan terbesar Jeno. Karena Jaehyun kini tak segan-segan berlaku kasar pada Jeno.

••

"Ya! Lucas! Buka pintunya!" Jeno berteriak, sembari memukul keras pintu kayu dihadapannya.
Sudah hampir setengah jam ia terjebak diruang gelap yang merupakan gudang sekolahnya. Jari-jarinya sudah tampak terluka akibat sedari tadi ia mencoba membuka pintu kayu usang didepannya. Sialnya, meskipun terlihat usang namun kayu itu begitu kokoh, terlalu sulit untuk dibuka paksa. Tentu saja, mengingat sekolah Jeno merupakan salah satu sekolah elit di Seoul, jadi tak mungkin bangunan sekolah ini dibangun dengan bahan bangunan dengan kualitas rendah.
Jeno melirik jam tangannya. Sudah jam 4 sore, itu artinya ia akan terlambat sampai dirumah jika tak segera pulang.
"Lucas! Buka pintunya!" Jeno kembali berteriak setelah tadi ia tidak mendapat respon apapun dari nama yang ia panggil.
Jeno mengitari gudang dengan gusar, mencoba mencari alat apapun yang bisa ia gunakan untuk membuka pintu gudang. Jeno bukannya takut terjebak diruang gelap dan berdebu itu, karena jelas ada yang lebih ia takutkan dirumahnya, tak lain adalah ayahnya, Jaehyun.
Bisa gawat jika ia kembali pulang terlambat ke rumah. Dua minggu yang lalu saja Jeno sudah pulang terlambat akibat menunggu hujan deras reda, hingga Ayahnya menghadiahkannya pukulan rotan saat ia sampai dirumah. Ia tak mau sampai menerima pukulan lagi hari ini. Yang dipikirkannya saat ini hanyalah bagaimana ia bisa segera keluar dari gudang dan sampai dirumah sebelum ayahnya sampai terlebih dulu dari kantornya.

CLEK.
Suara pintu terbuka, Jeno segera menoleh. Jaemin, teman sebangkunya berdiri diambang pintu.
"Jeno kau ti-"
Belum sempat Jaemin menyelesaikan ucapannya, Jeno sudah berlari menerobos keluar, menuju tempat sepedanya terparkir.
Ternyata Lucas tidak hanya menguncinya digudang, tapi juga membuat ban sepedanya kempes. Jeno menghela nafas panjang, memutuskan untuk berjalan sembari menuntun sepedanya. Ia berharap semoga saja ada bengkel tak jauh dari sini.

Sayangnya, Jeno tak menemukan bengkel, sehingga terpaksa ia menuntun sepedanya hingga sampai dirumah. Kakinya sampai terasa pegal karena ia terus mempercepat langkahnya meskipun ia tetap terlambat, mobil ayahnya sudah terparkir dihalaman rumah.
Jeno memberanikan diri melangkah masuk kedalam rumah, berharap agar kali ini ayahnya memaafkannya.
Jaehyun tampak sedang sibuk memeriksa lembar dokumen yang dipegangnya, dan Taeyong rupanya juga sedang ada disana. Keduanya menoleh bersamaan saat menyadari kehadiran Jeno.
"M-maaf pa, ban sepeda Jeno kempes" ujar Jeno lirih.
Jaehyun hanya menatap Jeno sesaat, kemudian kembali fokus pada dokumen yang sedang diperiksanya tadi.
"Masuk kamar mu, dan tidak ada makan malam untukmu" ujar Jaehyun dengan entengnya, yang dibalas anggukan oleh Jeno sebelum ia kembali melanjutkan langkahnya masuk kedalam kamar.
"Are you serious, Jae?" Taeyong membelalak sempurna menatap Jaehyun, membuat Jaehyun lantas menutup map dokumennya kasar, dan memandang Taeyong kesal.
"Apa lagi?"
"Kau lihat seragamnya sampai basah oleh keringat, ia menuntun sepedanya berjalan kaki dari sekolahnya, dan kau bahkan tidak memberinya makan malam, huh?"
"Itu memang kosekuensi yang harus ia terima. Aku sedang sibuk, kalau kau hanya akan mengomel, lebih baik kau pulang saja"
Taeyong mengerang frustasi melihat sahabatnya itu. Tapi tak ada yang bisa Taeyong lakukan. Menolong ataupun membela Jeno sama saja melukainya, karena ia tahu jelas Jaehyun tidak suka dibantah apalagi jika ia sudah membuat keputusan seperti barusan. Jika ada yang berani membela Jeno, maka Jeno jugalah yang akan menjadi sasaran kemarahan Jaehyun.
"Baiklah, lagi pula kerjaanku sudah selesai" Taeyong memilih pulang.

••

Jeno meletakan tas sekolahnya diatas meja belajar, kemudian ia sendiri menjatuhkan diri diatas lantai kamarnya, bersandar pada tempat tidurnya. Kakinya masih terasa pegal, hingga ia memutuskan duduk beristirahat sejenak sebelum membersihkan tubuhnya.
Ia cukup lega, setidaknya kali ini ia hanya tidak mendapat jatah malam. Itu lebih baik dari pada ia harus menerima pukulan lagi.

Jeno sendiri tak yakin kenapa kini ia menjadi target Lucas. Bocah berandal itu memang hobi menargetkan murid-murid yang tampak lemah untuk ia ganggu. Tapi Jeno tak menyangka kalau kali ini adalah gilirannya. Kalau dugaan Jeno benar, itu semua bermula saat hasil ujian tengah semester dibagikan, Jeno berhasil menggeser peringkat Lucas hingga anak itu tidak lagi masuk kedalam 5 besar. Meskipun Lucas anak yang nakal tapi nilai nya memang tidak mengecewakan. Terlebih lagi ia cukup ambisius, Jeno semakin yakin itu semua menjadi penyebabnya, mengapa sudah seminggu ini Lucas tak berhenti mengganggunya.

Sepertinya hari-hari disekolahnya akan terasa semakin berat.

TBC
jangan lupa vote & comment 🥰

LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang