09

5.3K 462 9
                                    

LUKA
Part 09

Libur kenaikan kelas sekaligus libur musim panas telah tiba. Dan Jeno membenci itu. Karena artinya ia akan menghabiskan waktu 2 minggu di Ulsan, kampung halaman ayahnya sekaligus rumah neneknya. Karena sudah menjadi tradisi keluarga Jung untuk berkumpul disana setiap libur musim panas.
Jeno sebenarnya lebih memilih menghabiskan 2 minggunya dirumah seorang diri daripada harus tinggal dengan neneknya. Sayang sekali, kehadirannya dibutuhkan. Bukan, bukan karena neneknya merindukannya. Tapi karena ia akan dibutuhkan untuk mengurus semua keperluan keluarga besar Jung disana.

Jeno menutup resleting koper miliknya juga milik Ayahnya lalu mengangkatnya satu persatu ke dalam bagasi mobil. Jaehyun yang sudah duduk dikursi pengemudi hanya menonton Jeno yang dengan susah payah bolak balik memasukan koper, tanpa ada niatan membantu sedikitpun.
Setelah selesai, Jeno membuka pintu mobil, masuk dan duduk dibaris kedua, seperti biasa. Jaehyun tidak pernah mengijinkan untuk Jeno duduk tepat dikursi kosong disebelahnya.
"Sudah semua pa" lapor Jeno.
Jaehyun tidak menjawab, hanya menyalakan mesin mobil dalam diam, hingga mobil hitam miliknya melaju meninggalkan halaman rumah.
Hari-harinya yang terasa seperti dineraka akan dimulai. Jeno menatap rumahnya nanar, kala mobil yang ditumpanginya mulai berjalan menjauh. Sampai jumpa 2 minggu lagi.

••

Mobil Jaehyun memasuki pekarangan rumah orangtuanya. Disana ada Johnny dan Haechan yang juga baru datang. Johnny tak lain adalah kakak ipar Jaehyun, ia menikah dengan Jung Soo-Jung , kakak perempuan Jaehyun dan memiliki seorang anak yaitu Haechan. Meskipun begitu hubungan Johnny dan Jaehyun bisa dibilang tidak begitu baik. Johnny tidak menyukai cara Jaehyun memperlakukan Jeno, sedangkan Jaehyun merasa Johnny terlalu mencampuri urusannya. Itulah yang akhirnya membuat hubungan mereka menjadi renggang.

"Haechan, biar Jeno saja yang menurunkan semua barangmu" ujar Nyonya Jung, nenek Jeno. Padahal Jeno juga baru saja selesai menurunkan koper miliknya dan Jaehyun. Namun Jeno bisa apa, tak mungkin ia membantah.
"Haechan bisa sendiri, Mom" Johnny berucap, dengan maksud agar Jeno tak perlu membantu mereka, ia kasihan dengannya yang selalu menjadi suruhan ibunya.
Jeno yang bingung harus bagaimana, memilih diam hingga suara berat ayahnya membuatnya bergegas membantu Haechan.
"Kau tuli? Tidak dengar apa yang nenekmu perintahkan?"
Jika Jaehyun yang sudah buka mulut, maka Johnny menyerah. Ia masih ingat betul kejadian dimana ia mencoba membantu Jeno tapi berakhir Jeno yang malah makin tersiksa.

FLASHBACK

"Jeno" Johnny memanggil pelan keponakannya yang sedang menyapu halaman belakang rumah ibunya. Anak itu sedang dihukum, ia tidak mendapat jatah makan siang dan diminta untuk membersihkan seluruh bagian rumah.
Jeno menoleh, mendapati Johnny membawa sebungkus roti.
"Makan dulu"
"Tapi paman-"
"Ayo cepat, sebelum ketahuan nenek dan ayahmu"
Jeno mengangguk. Cepat-cepat ia meraih roti itu dan melahapnya dengan segera.
Baru saja ia menghabiskan roti itu, Jaehyun tiba-tiba saja hadir mengejutkan Jeno dan Johnny.
"Siapa yang memperbolehkan mu makan?" Tanyanya, ia menatap tajam Jeno membuat Jeno seketika menundukan kepalanya, menghindar dari tatapan ayahnya.
"Jae, dia bahkan tak sempat sarapan tadi karena Mom memintanya berbelanja" jelas Johnny.
"Dan kau sebaiknya tidak usah ikut campur. Jeno itu urusanku, tak perlu berlagak menolongnya" sahut Jaehyun, kemudian kembali memandang Jeno. "Muntahkan!" Perintahnya. Sontak Jeno dan Johnny menatap Jaehyun tak percaya. Perintah gila macam apa itu.
"Jae!"
"Cepat, Jung Jeno!"
Jeno dengan cepat berjongkok disamping plastik sampah yang ia gunakan untuk mengumpulkan daun kering. Jarinya mulai masuk kedalam mulut, guna menyogok tenggorokannya agar ia bisa memuntahkan roti yang baru saja ia telan.
"Jae! Kau gila?!" Pekik Johnny.
"Kuperingatkan kau, jangan sekali kali kau membuatnya membantahku atau ini akibatnya"
"Okay! Okay Jae! I am really sorry, tolong hentikan semua ini, kau tidak kasihan dengannya?" Johnny menunjuk Jeno yang masih berjongkok dibawah, raut wajahnya menahan sakit. Ia tak berhasil mengeluarkan isi perutnya, dan berakhir menyakiti tenggorokannya.
"Please stop it. I am really sorry, okay?" Johnny kembali memohon.
"Lanjutkan tugasmu, bersihkan keseluruhan rumah" ujar Jaehyun pada akhirnya. Jeno bernafas lega, ia jatuh terduduk diatas rerumputan, dan terisak pelan.

FLASHBACK END

Semenjak itu, Johnny memilih untuk tidak mencampuri lagi urusan Jaehyun dan Jeno. Bukannya ia tidak peduli pada Jeno, justru karena ia sangat peduli maka ia tak mau lagi Jeno semakin terkena masalah karena dirinya.

••

Tidak selesai sampai ia diminta membantu Haechan menurunkan koper bawaannya, sekarang Jeno sudah berada didapur untuk membantu menyiapkan makan siang. Sudah ia bilang, bukan? Itulah kenapa Jeno dibutuhkan oleh neneknya.
Jeno kadang iri melihat perlakuan neneknya dengan cucunya yang lain. Sejak dulu neneknya memang tidak pernah menyukainya. Ia bilang Jeno itu pembawa sial. Neneknya pernah mengatakan, kalau Hanna -ibu Jeno, sempat mengalami pendarahan saat mengandung Jeno. Dokter menyarankan agar Hanna menggugurkan kandungannya, namun Hanna bersikeras untuk mempertahankan kandungannya hingga akhirnya Jeno lahir dengan sehat. Kemudian setelah kelahiran Jeno, tak lama perusahaan Jaehyun mengalami kebangkrutan, namun dengan bantuan dana dari orangtuanya, akhirnya Jaehyun bisa kembali bangkit. Dan terakhir karena neneknya juga menganggap bahwa Jeno adalah penyebab kematian Hanna. Rasa benci yang terkumpul itu membuat Jeno akhirnya mendapat perlakuan yang sangat buruk dari neneknya. Dulu saat kakeknya masih hidup, terkadang ia mendapat pembelaan. Namun semenjak 3 tahun yang lalu kakeknya meninggal, sudah tidak ada seorangpun yang akan membelanya.

TBC
Vote Comment nya jangan lupa 🥳

LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang