05

6K 443 4
                                    

LUKA
Part 05


Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Sejujurnya Jeno enggan untuk pergi ke sekolah hari ini dengan tubuhnya yang terasa nyeri akibat pukulan ayahnya semalam. Tapi mengingat hari ini ayahnya akan cuti dan berada dirumah, Jeno pikir sekolah adalah tempat teraman untuknya saat ini. Siapa tahu ayahnya akan kembali memukuli nya jika ia berada dirumah.

Taeyong rupanya sudah menunggu Jeno didepan gerbang sekolah. Dari dalam mobilnya ia melambaikan tangan memberi isyarat agar Jeno masuk ke mobil.
"Padahal aku bisa naik bus, Paman. Tidak perlu menjemputku" ujar Jeno sembari memasang sabuk pengaman.
"Kebetulan paman senggang kok. Lagipula paman juga ingin memintamu menemani paman berbelanja keperluan bayi"
Jeno masih belum mengerti. Bayi? Bayi siapa?
"Jeno sebentar lagi akan punya sepupu loh" Taeyong seakan bisa membaca raut wajah Jeno yang kebingungan. "Bibi Sora sedang mengandung" lanjutnya lagi, dengan tersenyum lebar.
Jeno mengerjap. "B-benarkah Paman?"
Meskipun Taeyong seumur dengan Jaehyun, namun Taeyong baru menikah dengan Sora, kekasihnya sekitar 7 tahun yang lalu. Jeno juga menjadi saksi betapa pasangan tersebut ingin memiliki anak. Awal pernikahan mereka, Sora pernah mengandung namun keguguran. Dan hingga saat ini, mereka masih belum diberi keturunan.
"Jeno turut senang" ujarnya sungguh-sungguh. Bahkan wajah Jeno juga menyiratkan kebahagiaan.
"Paman bahkan sudah menyiapkan nama untuk anak paman nanti. Lee Nara, dia perempuan" jelasnya.
"Jeno janji akan menjaga Lee Nara, paman!"

Jam menunjukan pukul 8 malam saat mobil Taeyong baru saja terparkir dihalam rumah Jaehyun.
Jeno tampak takut, tangannya menggenggam erat sabuk pengamannya. Ia lupa ijin pada Jaehyun bahwa ia akan pulang terlambat.
"Tenang saja. Paman akan menjelaskannya pada Ayahmu" Taeyong selalu bisa membaca pikiran Jeno.
Mereka berdua kemudian masuk kedalam rumah. Taeyong melangkah lebih dulu, sedang Jeno bersembunyi dibelakang tubuh Taeyong seperti anak kucing yang berlindung pada induknya. Jeno memilih untuk cari aman.

"Pulang malam lagi huh? Pukulan semalam masih kurang?" Suara Jaehyun menginterupsi langkah keduanya. Jaehyun tampak sedang menikmati segelas teh diruang tengah sembari memeriksa data kantor di ipad miliknya.
"Calm Down Jae" ujar Taeyong. "Aku yang mengajaknya pergi"
"Tidak usah membelanya"
"Aku tidak berbohong. Aku memintanya menemaniku membeli keperluan untuk anakku nanti"
Sama seperti reaksi Jeno, Jaehyun tampak diam sesaat mencerna ucapan Taeyong barusan.
"What?" Sedetik kemudian Jaehyun memekik senang. "Omg congratulation Yong!" Jaehyun menghampiri sahabatnya itu dan memeluknya erat, turut bahagia.
"Maaf baru memberitahumu. Kau tau- aku- aku hanya tidak ingin terlalu berharap"
"I know" potong Jaehyun cepat.
Jaehyun tau betapa terpukulnya Taeyong saat istrinya keguguran kala itu, ia mencoba menguatkan istrinya disaat ia sendiri juga kehilangan, tapi Taeyong benar-benar kuat.
"Aku ikut senang. Katakan padaku jika kau masih butuh sesuatu, aku akan membelikannya sebagai hadiah" Jaehyun terlihat begitu semangat, membuat Taeyong hanya bisa tertawa.

Jeno tersenyum tipis. Apakah dulu ayahnya juga begitu semangat menanti kelahirannya? Mungkin iya, tapi mengapa sekarang Jaehyun tak pernah menunjukan senyummya lagi untuknya?

••

Jeno tampak sedang memilih aneka kerajinan tangan. Rencananya ia ingin merajut sepasang kaus kaki untuk anak Taeyong nanti sebagai hadiah kelahirannya. Ya, Jeno juga begitu semangat menunggu hari itu datang.
Ia tampak begitu fokus sampai tak menyadari sepasang tangan nakal, berhati hati membuka resleting tasnya dan memasukan sesuatu didalam sana.
Puas dengan pilihannya, sekotak bahan rajut dengan sebuah gambar kaus kaki bermotif beruang kecil tertempel dikardus sebagai contoh, Jeno lantas segera membayar, kemudian melangkah keluar dari toko.
Alat pendeteksi berwarna abu itu berbunyi kencang bersamaan dengan tubuh Jeno yang melewatinya, menarik perhatian beberapa pengunjung disana. Sang satpam dengan cepat menghampiri Jeno yang tampak kebingungan. Beberapa saat Jeno diperiksa, dengan barang yang ia beli ditangannya, satpam itu tak menemukan kejanggalan, hingga ia meminta Jeno membuka ransel miliknya, mendapati sekotak manik manik dengan label harga yang cukup mahal, ada didalam.
Jeno menggeleng ribut. "Saya tidak mencuri pak, sungguh!" Elaknya.
Tak jauh dari sana, Lucas menyeringai senang, kali ini rencananya berhasil.

TBC
Vote & Commentnya jangan lupa kakk~

LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang