39

5.7K 458 14
                                    

LUKA
Part 39

"Nenek akan datang menginap 2 hari selama akhir pekan besok"
Perkataan Jaehyun saat makan malam tadi membuat Jeno tidak bisa tidur. Besok pagi Neneknya akan datang karena harus menghadiri pernikahan cucu kerabatnya di Seoul. Jujur saja mendengar Neneknya akan datang, membuat Jeno ketakutan. Terakhir ia bertemu saja, Neneknya itu ceramah panjang lebar pada Jaehyun karena saat itu membiarkannya istirahat dan tidak mengijinkannya melakukan tugasnya membereskan rumah. Neneknya bilang ia hanya sengaja mencari perhatian, padahal saat itu Jeno benar-benar sedang luka dan sakit.
Jeno mencoba memejamkan matanya agar tertidur. Ia berharap besok tidak terjadi hal buruk padanya.

••

Mobil milik neneknya yang dikemudikan oleh supir telah sampai. Jaehyun menyambut kedatangan ibunya. Sedangkan Jeno hanya bersembunyi dibalik tubuh kekar Ayahnya.
Ia sampai memilih ikut Jaehyun ke dapur untuk membuatkan teh dari pada harus berduaan di ruang tengah hanya dengan Neneknya.
"Jeno, ayo antarkan untuk Nenek. Papa mau memanaskan dimsum dulu" Jaehyun menyerahkan secangkir teh panas pada Jeno.
"Ha? Ta-tapi Pa" Jeno hendak menolak.
"Ayo dong, biar Nenek perlahan mau terima Jeno juga" bujuk Jaehyun. Ia berharap Ibunya itu bisa melihat kebaikan hati Jeno dan mulai menerima Jeno.
"Ya sudah" Jeno pasrah. Dengan tangan agak gemetaran, ia membawa cangkir itu.

"Ne-nek, ini ini- teh nya" Jeno meletakan cangkir teh di atas meja yang langsung diambil oleh Neneknya.
"Hati-hati Nek itu.." baru saja Jeno mau mengingatkan jika teh itu masih panas, tapi Neneknya sudah menempelkan pinggir cangkir ke bibirnya. Alhasil ia sedikit melonjak kaget. Merasa kesal, disiramnya Teh itu pada tangan Jeno, kemudian ia menarik surai hitam Jeno membuat Jeno sontak menjerit.
"Sakit nek! Ampun!"
Jaehyun segera berlari mendengar teriakan Jeno. Ia tampak terkejut melihat apa yang Ibunya lakukan pada Jeno.
"Mom!" Pekik Jaehyun. "Mom, udah mom lepaskan" pintanya. Mencoba menarik tangan Ibunya namun cengkeraman Ibunya juga tak kalah kuat. Jaehyun ragu, ia bisa saja menghempas tangan Ibunya kencang, namun itu malah akan menambah masalah.
"Mom please, lepas" Jaehyun memohon.
Jeno hanya bisa meringis kesakitan. Ditambah tangannya mulai memerah akibat siraman teh panas tadi.
"MOM!" Jaehyun akhirnya membentak. Membuat Ibunya terkejut dan akhirnya melepaskan tangannya dari rambut Jeno.
"Kau berani membentak Mom?"
"Bukan begitu. Maaf Mom, maaf" Jaehyun mengantupkan kedua tangannya.
"Mom, bagaimanapun Jeno cucu Mom. Kalau Mom menyakiti Jeno, Jaehyun juga sakit" ujarnya.
"Kamu membela anak ini untuk apa? Tidak ingatkah jika anak ini yang membunuh Hanna?" Tangan Nenek Jeno menunjuk ke arah wajah Jeno yang sudah hampir menangis.
"Jeno bukan pembunuh. Tolong Mom berhenti menyalahkannya. Jeno sudah banyak terluka. Kalau mau salahkan Jaehyun saja. Jaehyun yang pembunuh. Jaehyun yang pembawa sial. Okay Mom?"

Jeno terisak pelan saat Jaehyun mengoleskan salep pada tangannya yang sedikit melepuh.
"Sakit sekali ya? Mau ke rumah sakit saja?" Tanya Jaehyun, wajahnya tampak begitu khawatir.
Jeno menggeleng pelan. "Tidak perlu"
"Maaf ya Jeno. Tadi seharusnya Papa tidak memintamu mengantarkan teh itu sendirian" Jaehyun menyesal.
"Kenapa Nenek begitu membenci Jeno, Pa?" Tanya Jeno. "Jeno iri dengan cucu Nenek yang lain"
Jaehyun mengelus lembut kepala Jeno. "Pelan-pelan ya. Nanti Papa coba bicara sama Nenek"

••

"Sejak kapan?" Ibu Jaehyun buka suara. "Sejak kapan kau akhirnya menerima anak itu?"
"Mom, Jeno melewati banyak kesulitan sendirian karena Jaehyun. Jaehyun menyesal selama ini memperlakukannya dengan buruk. Dia anak baik. Dia juga terluka tapi hanya diam" jelas Jaehyun. "Jaehyun mohon ya Mom, maafkan Jeno. Limpahkan saja semua tuduhan Mom untuk Jaehyun"
"Bagaimana bisa?! Dia yang membunuh Hanna bukan kamu Jae!" Protes Ibu Jaehyun.
"Bukan Jeno yang membunuhnya Mom. Semua itu memang sudah takdir. Lagipula Mom, Hanna melihat dari atas bagaimana kita memperlakukan Jeno. Mom pikir Hanna akan tenang disana? Dia pasti juga sakit melihat anak kesayangannya diperlakukan kasar seperti itu"
Ucapan Jaehyun cukup menohok Ibunya. Tapi memang benar. Hanna sangat menyayangi Jeno tapi mereka malah menyakiti Jeno berulang-ulang. Kalau saja Hanna masih hidup dan melihat perlakuan mereka, Jaehyun jamin mungkin Hanna sudah menceraikannya dan membawa Jeno pergi bersamanya.

••

Nenek Jeno sudah siap untuk pulang. Semalam ia baru saja selesai menghadiri acara pernikahan cucu rekannya dan pagi ini ia sudah bersiap untuk kembali ke Ulsan.
Jaehyun membantu Ibunya memasukan koper ke dalam mobil. Jeno memilih diam berdiri disamping pilar rumahnya.
"Hati-hati Mom. Kabari jika sudah sampai" pinta Jaehyun.
"Baiklah" Ibu Jaehyun tampak menoleh sebelum masuk kedalam mobil. Mencari kehadiran Jeno lalu melambaikan tangan agar Jeno mendekat.
Jeno dengan takut-takut menghampiri neneknya, Jaehyun juga segera pasang badan di samping Jeno, jaga-jaga jika Ibunya itu melakukan sesuatu lagi pada Jeno.
"Untukmu. Souvenir tadi malam, aku tak suka boneka" ujar Nenek Jeno ketus, sembari memberikan sebuah boneka beruang kecil. Ia masih gengsi untuk memperlakukan Jeno dengan baik, tapi bagaimanapun ia juga tak ingin Hanna marah padanya.
"Te-terima kasih nek" Jeno membungkukan badan sopan. Matanya tak lepas dari boneka kecil itu. Raut wajahnya begitu bahagia menerima hadiah pertama dari neneknya.
Jeno melambaikan tangan penuh senyum saat mobil neneknya itu melaju meninggalkan halaman rumahnya.
"Lihat Pa!" Jeno memamerkan boneka itu pada Jaehyun padahal jelas Jaehyun sudah melihatnya sendiri.
"Tuh kan apa Papa bilang? Pelan-pelan. Nenek sudah mulai menerima Jeno" Ujar Jaehyun.

TBC
Jangan lupa vote & comment 🍀

LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang