24

5.5K 533 22
                                    

LUKA
Part 24

cw // abuse ; harshwords

Ten mengoleskan obat pada bagian tubuh Jeno yang mulai lebam, lalu menyuapinya dengan nasi yang ia beli di restoran terdekat. Meskipun Jeno enggan makan, namun Ten tetap memaksanya hingga anak itu menghabiskan beberapa sendok.
"Kenapa kau tidak menurut saja untuk meminta tolong pada Ayahmu?" Tanya Ten.
Jeno menggeleng. "Kau bukannya dengar sendiri?" Jeno balik bertanya.
Ten mendengus kesal. "Ayahmu benar-benar tak punya hati"
"Apa.. Apa mereka akan membunuhku?" Tanya Jeno lirih.
"Tidak akan. Kupastikan mereka tidak akan sampai melakukan hal gila seperti itu" Ten menenangkan.

••

"Bangsat!" Taeyong memukul tembok di sebelahnya melampiaskan emosinya saat ia yang berada di sebelah Jaehyun ikut menonton video yang Winwin kirimkan.
"Kau masih tak mau menjual tanah itu Jae?" Entah sudah keberapa-kalinya Taeyong menanyakan hal itu.
"Tidak" jawab Jaehyun singkat. "Mereka hanya menggertak. Tunggu beberapa hari mereka akan menyerah dan membebaskan Jeno"
Taeyong menyerah dengan sikap keras kepala Jaehyun. Ia memilih keluar dari ruang kantor Jaehyun sebelum ia menghajar sahabat sekaligus atasannya itu.

••

Ten panik bukan main. Jeno demam. Wajah anak itu berkeringat. Nafasnya memburu. Matanya terpejam.
"Jeno, kau baik-baik saja?" Tanya Ten, sembari memukul pelan pipi Jeno beberapa kali meyakinkan bahwa anak itu masih sadar total.
Ten membuka bungkus obat demam yang ia beli barusan. Ia memasukan tablet obat kedalam mulut Jeno dan menyodorkan sebotol air. Untunglah Jeno masih ada tenaga hingga ia bisa meminum obat.
Menggunakan punggung tangannya, Ten menyeka keringat diwajah Jeno. Ia sejujurnya iba dengan Jeno yang mengingatkannya pada adiknya yang sekarang telah tiada. Tapi mau bagaimana lagi, Ten butuh uang untuk melanjutkan hidupnya yang kini hanya sebatang kara. Ia harus kejam demi uang, namun setidaknya ia sudah menjaga Jeno sebisa mungkin.

Jeno tampak tertidur tak lama setelah ia mengonsumsi obat. Ten bernafas lega setidaknya anak itu dapat beristirahat sejenak, karena ia tahu sudah 2 malam Jeno tak tidur.

••

Taeyong kembali masuk dalam ruang kantor Jaehyun, kali ini bertekad untuk tidak terbawa emosi. Ia tahu percuma jika meladeni Jaehyun dengan emosinya.
"Apalagi?" Tanya Jaehyun langsung. "Jika kau hanya ingin mengomel, lebih baik keluar saja. Aku sibuk"
Taeyong meletakan segelas kopi yang ia beli.
"Hanya ingin mengobrol" ujarnya.
Jaehyun mengernyitkan dahi, tumben suara Taeyong tampak tenang. Biasanya, apalagi 2 hari ini, kawannya itu selalu menggebu-gebu setiap mengobrol dengannya.
Taeyong menjatuhkan dirinya dibangku yang ada dihadapan Jaehyun.
"Kau tau sebelum Sora melahirkan. Tepatnya sebulan sebelum. Dokter mengatakan ada masalah dengan perkembangan bayi di dalam perut Sora dan mungkin akan beresiko pada diri Sora" Taeyong menghela nafas sejenak. "Kau tau benar kita berdua trauma dengan keguguran yang Sora alami dulu. Setelah itu Sora membuat kesepakatan. Lebih tepatnya aku dipaksa menyetujui. Jika nanti aku disuruh memilih antara bayi kita atau Sora, Sora meminta aku untuk mengutamakan bayi kita. Dia bahkan sampai mengancam akan membenciku seumur hidup jika aku sampai memilihnya. Dan aku sangat bersyukur saat akhirnya Sora bisa melahirkan dengan selamat"
"Apa inti ceritamu? Kau ingin aku memilih Jeno dibanding Hana?"
Taeyong mengubah posisi duduknya. "Jika hari itu, Jeno kehilangan nyawanya, sedangkan Hana selamat. Kau pikir Hana akan hidup seperti biasa? Tidak. Ia pasti akan menyesal seumur hidupnya"
"Tapi dengan perginya Hana, aku satu-satunya yang menyesal" bela Jaehyun.
"Kau tidak pernah merasakan kehilangan seorang anak, Jae. Rasanya seperti dunia runtuh. Dan kau bilang kau satu-satunya yang menyesal? Kau pikir Jeno hidup baik-baik saja selama ini? Kau bisa berkata seperti itu karena kau tidak mengenalnya" Taeyong mengatur nafasnya, ia mulai sedikit emosi menghadapi Jaehyun.
"Aku hanya ingin mengatakan itu. Kalau kau memiliki sedikit rasa sayang pada Jeno, jangan keraskan egomu. Atau mungkin kau sudah siap kehilangan Jeno. Kalau kau memang siap hidup seorang diri, silahkan. Aku tak punya hak untuk memaksamu" Taeyong bangkit berdiri dan berjalan keluar.

••

"Boss! Dia demam" lapor Ten saat Winwin kembali datang bersama Dejun dan Dery.
"Aku tak peduli" sahutnya.
Dejun menaruh sebuah plastik berisi beberapa botol minuman alkohol ke atas meja usang yang ada dipojok ruangan.
"Kalian mau minum-minum disini?" Tanya Ten.
"Tidak. Ini untuk anak itu" jawab Dery. "Orang mabuk biasanya akan berkata jujur. Kita akan membuat anak itu mabuk dulu agar ia mau meminta tolong pada Jaehyun untuk menolongnya. Aku tau benar anak itu ketakutan tapi sialnya ia masih tak mau memohon" jelasnya
Ten tampak gelisah. Ingin rasanya ia membawa Jeno kabur saja, tapi bagaimana bisa. Nyawanya juga menjadi taruhan.
"Bangunkan dia!" Perintah Winwin. Ia sendiri sudah menekan tombol rekam pada ponselnya.
Ten tak bergeming. Tak tega melihat Jeno yang tampak sedang tertidur apalagi ia sedang tidak sehat.
"Cepat!"
"Biar aku saja" Dery mendorong tubuh Ten menjauh. Ia menyiramkan sebotol air mineral yang dibawanya ke wajah Jeno hingga anak itu terbangun.
"Enak sekali kau malah tertidur" sindir Dery. "Beri dia satu botol" pintanya pada Dejun.
Dejun mencengkeram rahang Jeno memaksanya membuka mulut. Jeno tak memiliki lagi sisa tenaga. Ia tak bisa memberontak saat Dejun dengan kejamnya mencekokinya dengan minuman beralkohol itu.
"Uhuk- uhuk!" Jeno sampai tersedak. Rasanya dadanya begitu sakit setiap kali ia terbatuk.
Satu botol habis. Kepala Jeno rasanya berputar. Wajahnya terasa panas. Pandangannya berbayang.
"Tunggu saja efeknya" ujar Dery puas.
"Payah! Baru satu botol sudah teler. Percuma aku beli beberapa botol" ejek Dejun.
Winwin berjalan mendekat pada Jeno yang sudah tampak setengah sadar agar bisa merekam lebih jelas.
"Ayo nak, minta Ayahmu menyelamatkanmu" ujar Winwin pelan namun tegas.
"Pa" Jeno mulai bersuara.
Terlihat jelas keadaan Jeno dengan wajah merah padam di layar ponsel Winwin.
"Papa- tolong Je-no" Jeno berbicara terputus-putus. "Jeno- takut" ujarnya lirih hampir tak terdengar.

TBC
Maaf ya Jenoo ga tegaaa 😭
Double up ni jangan lupa vote nya bestie ✨

LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang