27

6K 525 28
                                    

LUKA
Part 27

Taeyong segera melapor ke polisi mengenai kasus penculikan dan meminta mereka dengan cepat menangkap Winwin dan anak buahnya. Dengan begitu, Taeyong akan merasa lebih aman.
"Datanglah ke alamat itu. Kau aman disana" Taeyong menyerahkan sebuah kartu bertuliskan nama hotel berserta alamatnya pada Ten.
"Paman yakin aku akan aman?" Tanya Ten ragu.
Taeyong mengangguk. "Akan ada rekanku disana. Tetap disana dan jangan berani kabur. Atau aku juga akan menyeretmu ke penjara" ancam Taeyong. "Aku akan meminta penjelasan darimu nanti jika keadaan Jeno sudah stabil"

••

Jaehyun tidak menyerah begitu saja. Ia bertekad membawa Jeno ke rumah sakit lain agar Taeyong tak dapat menemukannya. Ia tidak terima, mengapa Jeno lebih memilih Taeyong. Baiklah, Jaehyun mengaku salah karena ia terlambat menolong Jeno, tapi Jeno juga tidak tahu jika hari itu ia sudah bertekad menyerahkan tanah itu untuk dijual pada Winwin. Jika Jeno tahu, mungkin anak itu akan memaafkannya. Berbekal surat-surat yang menjadi bukti bahwa Jeno benar anaknya, Jaehyun kembali ke rumah sakit. Ia sengaja mengecoh Taeyong, menggunakan nomor baru yang ia beli, ia mengirimkan pesan pada Taeyong. Mengaku jika ia adalah anggota polisi dan ia sudah menemukan keberadaan Winwin. Jaehyun tahu jika Taeyong memang sempat melapor pada polisi, dan ini akan menjadi kesempatan emas untuk Jaehyun agar dapat membawa Jeno pergi.

Benar saja, Jaehyun dari kejauhan dapat melihat Taeyong yang berpesan pada salah satu perawat untuk menjaga Jeno sementara ia pergi sebentar.
Begitu Taeyong hilang dari pandangannya, Jaehyun segera mendatangi meja administrasi.
"Saya ingin memindahkan anak saya"
Jaehyun menyerahkan surat-surat yang ia bawa agar pihak rumah sakit tak bisa menolak. Karena bagaimanapun ia selaku Ayah kandung Jeno, lebih memiliki kuasa dibanding Taeyong.

••

Jeno membuka matanya, rasanya ia sudah tertidur cukup lama. Buktinya langit sudah berganti cerah kembali, tanda pagi telah datang. Tapi tunggu, Jeno merasa asing. Sepertinya ruangan ini berbeda dengan tempatnya kemarin dirawat. Dengan susah payah menahan nyeri diperutnya, Jeno mengubah posisinya menjadi duduk kemudian memandang sekeliling.
"Loh sudah bangun?" Jaehyun tampak terkejut saat ia baru saja masuk ke dalam kamar dan mendapati Jeno sudah bangun dari tidurnya.
"Paman Taeyong- Paman! Paman!" Jeno panik memanggil Taeyong.
"Hanya ada Papa disini, Jeno" ujar Jaehyun lembut. Ia menghampiri Jeno dan mengelus kepala Jeno namun Jeno menghempaskan kasar tangan Jaehyun.
"Pergi! Jeno benci Papa!"
"Jeno, Papa minta maaf. Papa sungguh sudah berniat menjual tanah itu pada mereka. Bukannya Papa tidak mau menolong Jeno" jelas Jaehyun.
"Bohong! Pergi! Jeno benci Papa!" Rapalnya lagi. "Jeno mau bertemu Paman Taeyong!"
"Tidak, Jeno. Kau akan tetap dirawat disini sampai sembuh, dengan Papa. Okay?"
"Tidak mau! Kalau begitu biar Jeno mati saja! Jeno mau menyusul Mama!" Jeno memberontak, ia mengambil asal pisau buah yang ada dimeja disebelahnya.
"Jung Jeno!" Jaehyun dengan cepat merebut pisau itu hingga tangannya tergores panjang dan mengelurkan darah.
Jeno mendadak mematung. Ia takut jika Ayahnya mungkin marah dan memukulnya, namun ia meyakinkan dirinya jika sampai itu terjadi, kali ini ia tidak boleh diam saja.
Jaehyun berlari ke kamar mandi, menyiram luka di tangannya lalu keluar sebentar mencari perawat untuk membantunya memberi pertolongan pertama.
Jeno hanya memandangi tetesan darah yang mengotori ranjang putihnya. Dadanya terasa sesak, perasaan bersalah tiba-tiba saja timbul. Dan Jeno benci itu. Ayahnya selalu kasar dengannya tapi ia tidak pernah bisa membenci Ayahnya sepenuhnya.
Jaehyun kembali masuk dengan tangan yang sudah dililit perban. Ia tak bicara lagi, hanya sibuk mengambil nampan berisi makanan dan membawanya pada Jeno.
"Jeno makan dulu ya. Setelah itu minum obat" Tidak ada emosi sedikitpun dalam suara Jaehyun. Tidak seperti biasa.
"Jeno benci Papa" ujar Jeno lirih. Kepalanya tertunduk, butir bening membasahi wajahnya. "Papa jahat. Kenapa tidak dari dulu saja Papa bunuh Jeno. Pukul Jeno sampai mati. Kenapa Papa selalu memberi Jeno harapan palsu kalau Papa bisa berubah suatu saat" Jeno meluapkan isi hatinya.
Tangan Jaehyun terangkat menghapus air mata dipipi Jeno. "Papa minta maaf. Mulai hari ini Papa janji akan selalu ada buat Jeno" ujarnya sungguh-sungguh.
Jeno menggeleng keras, kembali dihempas kasar tangan Jaehyun. Nampan yang dipegang Jaehyun ikut dihempas juga hingga semua piring berisi makanan jatuh ke lantai menimbulkan bunyi kencang.
"Jeno sudah tidak percaya sama Papa. Pergi! Pergi!" Jeno mendorong tubuh Jaehyun berkali kali meskipun percuma karena ia tidak dalam keadaan fit sepenuhnya, kekuatan Jeno tak sebanding dengan Jaehyun.
Jaehyun menangkap kedua lengan Jeno agar anak itu berhenti mendorongnya.
"Lepas! Lepas!" Jeno semakin histeris. Namun sedetik kemudian wajahnya meringis kesakitan. "Sa- kit" rintihnya.
"Jeno! Tunggu sebentar, Papa panggilkan perawat" Jaehyun menekan tombol darurat berkali-kali berharap para perawat segera datang. Ia panik bukan main. Kali ini, Jaehyun benar-benar takut jika Jeno akan meninggalkannya.

TBC
Hari ini 1 part aja yaa belum sempet ngedraft karna lagi banyak kerjaan 😭🤭

LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang