28

5.8K 506 36
                                    

LUKA
Part 28

Jaehyun menatap nanar pada Jeno yang sedang terbaring tertidur efek dari obat bius. Dokter menyarankan agar dilakukan endoskopi pada Jeno. Proses memasukan tabung kecil yang dilengkapi dengan kamera melalui kerongkongan. Mendengar penjelasan dokter saja, Jaehyun sudah ngeri, apalagi sekarang ia akan menyaksikan proses itu sendiri melalui pembatas kaca transparan. Ia benar-benar tak tega. Pasti sakit, pikirnya.
Untung saja proses itu tak memakan waktu lama hingga Jaehyun dapat bernafas lega.

"Terdapat luka di lambungnya. Sangat berbahaya jika tidak cepat ditangani. Pasien bisa saja sampai muntah darah. Jadi saya sarankan agar pasien banyak beristirahat dan tolong jangan sampai ia stress karena itu bisa memicu juga semakin parahnya keadaan pasien" jelas dokter berkacamata itu.

••

Jaehyun membelai lembut rambut Jeno. Anak itu tertidur tapi tampak tak nyaman, terlihat dari dahinya yang berkerut.
Taeyong menghubunginya berkali-kali hingga akhirnya Jaehyun memutuskan untuk mematikan handphonenya sementara. Ia sudah meminta pada karyawan di kantor untuk sementara membantunya menghandle pekerjaannya karena Taeyong benar-benar mengundurkan diri dari posisinya sebagai sekretarisnya.

"Jeno, makan dulu" ujar Jaehyun ke sekian kalinya. Jeno sedari tadi terus bersembunyi dibawah selimutnya. Tak menampakan kepalanya sama sekali. Jaehyun takut jika sakit Jeno makin parah. Ia perlu makan tepat waktu agar asam lambungnya tidak naik dan membuat sakit lambungnya kian parah.
Jeno tak menjawab. Diam membisu.
"Jeno, ayo dong. Nanti sakit" Jaehyun kembali membujuknya tapi Jeno masih setia dalam posisinya.
"Baiklah" Jaehyun menyerah. "Jeno mau bertemu Paman Taeyong kan? Nanti kalau sudah sembuh, Papa janji bawa Jeno bertemu Paman Taeyong" mau tak mau Jaehyun membawa nama Taeyong agar Jeno mau menurut.
"Jeno mau tinggal dengan Paman Taeyong" akhirnya ia menyahut juga.
Jaehyun mengangguk. "Iya boleh. Tapi nanti ya tunggu Jeno sembuh. Sekarang ijinin Papa buat rawat Jeno. Sama seperti waktu Jeno rawat Papa waktu sakit. Papa janji kok kalau Jeno sembuh nanti Jeno boleh pergi tinggalin Papa sendiri" Jaehyun menahan mati-matian air matanya. Sakit rasanya mengatakan hal itu. Ia tak mau Jeno pergi, ia ingin Jeno kembali ke rumahnya, dengannya. Namun ia bisa apa? Kesembuhan Jeno menjadi prioritasnya saat ini hingga terpaksa Jaehyun berjanji untuk merelakan Jeno.
"Sekarang makan dulu ya? Biar Jeno cepat sembuh"
Jeno akhirnya membuka selimut yang menutupi seluruh wajahnya. Ia mengganti posisi menjadi duduk.
Jaehyun segera mengambil meja lipat sebelum Jeno berubah pikiran. Menata satu persatu lauk yang didapat dari rumah sakit. Jeno enggan menatap Jaehyun, ia menghabiskan makanan dihadapannya dengan kepala tertunduk.
Jaehyun mengerti, ini salahnya yang memberi jarak begitu jauh antara dirinya dan Jeno. Wajar jika Jeno membencinya.

••

"Dimana Jeno, sialan?!" Taeyong berteriak keras diseberang sana sampai-sampai Jaehyun harus menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Aku akan merawat Jeno sampai ia sembuh. Setelah itu aku akan mempertemukannya denganmu. Tolong Yong, kali ini biarkan aku menjaga Jeno sebagai balasan atas semua kesalahanku" pinta Jaehyun dengan suara bergetar.
Taeyong tau jika Jaehyun benar-benar menyesal, tapi rasa marahnya tak akan hilang. Harusnya Jaehyun cepat sadar saat itu, hingga Jeno tak perlu sampai tersiksa.
"Kau boleh menghajarku nanti habis-habisan. Tapi aku tidak akan memberitahukan dulu posisiku saat ini" Jaehyun mematikan telepon secara sepihak, mengantungi kembali ponselnya. Ia menghelas nafas panjang, memandang keramaian kota Seoul dari lantai 27.

••

Jeno sangat menurut, makan tepat waktu, minum obat dengan baik, dan istirahat cukup. Namun satu yang membuat Jaehyun merasa sedih, anak itu tidak pernah sekalipun menatapnya. Bahkan untuk berbicara dengannya, Jeno hanya menyahut singkat jika Jaehyun bertanya.

"Mau ke toilet? Papa bantu ya?"
"Tidak usah. Jeno bisa sendiri"

"AC nya terlalu dingin?"
"Tidak"

"Jeno mau makan yang lain? Nanti Papa belikan"
"Tidak"

"Perutnya masih nyeri?"
"Sedikit"

Jaehyun tidak pernah menyangka, Jeno akan membencinya. Selama ini Jeno hanya menunjukan sisi lemahnya. Diam ketika dipukul dan dicaci. Namun ketika Jeno sudah di ujung rasa kecewanya, justru ganti Jaehyun yang panik.

••

Jeno bosan setengah mati, ia hanya menekan tombol remote televisi berulang tanpa satupun chanel yang ia tonton.
"Bosan ya?" Jaehyun yang sedang mengetik laporan pada laptopnya, menghentikan aktivitasnya. "Mau menonton netflix? Ini pakai laptop Papa saja" tawar Jaehyun.
"Tidak" jawaban singkat Jeno. Ia berakhir menekan tombol off, kemudian kembali menyembunyikan dirinya dibawah selimut.
Jaehyun tersenyum kecut, ia bangkit dari sofa, menarik kursi lain yang ada didekat ranjang Jeno, lalu duduk disana agar lebih dekat dengan Jeno.
"Jeno mau luapin semua ke Papa? Papa mau denger kok" ujar Jaehyun. "Jeno mau maki-maki Papa juga gak apa. Tapi Jeno ngomong sama Papa ya? Papa sedih kalau kaya gini" Jaehyun jadi mencurahkan isi hatinya.
Jeno diam. Malah membalikan badan memunggungi Jaehyun.
"Ya udah, kalau begitu Jeno saja yang dengerin Papa ya?" Jaehyun membasahi bibirnya, menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Papa minta maaf. Papa selama ini kasar sama Jeno. Papa juga selalu menyalahkan Jeno. Mama pergi bukan karna Jeno. Papa juga teledor waktu itu" ujarnya. Tangannya mengusap lembut punggung Jeno. "Jeno tau-tau sudah sebesar ini. Papa gak ada ya nemenin Jeno tumbuh besar? Papa jahat ya, gak ada waktu Jeno butuh Papa" Jaehyun menggigit bibir bawahnya menahan tangis. "Jeno sendirian. Papa suka pukul Jeno juga. Sakit ya? Maafin Papa, Jeno"
Jaehyun mendadak mengingat semua dosanya. Memukul Jeno ketika anak itu melakukan kesalahan kecil, belum lagi menampar anak itu dan mengatainya pembunuh. Mungkin sudah banyak sakit yang Jeno tanggung sendirian. Banyak yang Jeno tak bisa ungkapkan dan ia pendam seorang diri.
Jaehyun menyembunyikan wajahnya menempel pada punggung Jeno. Ia mulai menangis.
"Maafin Papa Jeno, Maaf" rapalnya.
Jeno merasa punggungnya basah, mendengar Ayahnya menangis, ia ikut terisak. Ia ingin memeluk Ayahnya, berharap sekali lagi jika Ayahnya kali ini benar-benar berubah tapi rasa takut lebih mendominasi. Jeno tak mau kecewa untuk ke sekian kalinya. Jadi kali ini, ia putuskan untuk mengeraskan hatinya.

TBC
Kasian gak sama Jae? 😊 wkwkwkk

LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang