37

5.9K 456 21
                                    

Part 37
LUKA

Jeno menoleh saat mendengar pintu kamarnya terbuka. Jaehyun menggunakan piyama hitam miliknya, masuk dan berbaring di samping Jeno membuat Jeno sedikit menggeser badannya ke sisi kasur agar Jaehyun dapat berbaring dengan nyaman.
"Sini Jeno, peluk Papa" pintanya.
Jeno terkekeh. "Jeno udah besar Pa. Masa tidurnya dipeluk gitu" protes Jeno.
"Dulu juga Jeno gak bisa tidur kalau gak dipeluk Papa" sahut Jaehyun.
Ya, memang benar. Itulah mengapa sejak hari dimana Jaehyun mulai membenci Jeno, Jeno tak bisa tidur nyenyak selama beberapa minggu. Ia tak pernah tidur sendirian sebelumnya, takut. Tapi hari itu Jeno memberanikan diri meskipun ia harus menyalakan lampu karena takut gelap, meskipun ia harus hanya memeluk guling disaat biasa Ayahnya yang memeluk eratnya memberi rasa tenang. Mendengar sedikit suara saja Jeno ketakutan setengah mati namun tak berani menangis, takut jika Jaehyun mendengar dan ia malah kena amuk. Meskipun setelah beberapa hari kemudian, Jeno baru mengetahui jika suara yang setiap malam ia dengar itu berasal dari anak kucing yang selalu berada dibawah jendela kamar Jeno bagian luar. Jeno ingat jelas bagaimana hari-harinya terasa mencekam. Rasa aman yang biasa Jaehyun salurkan mendadak hilang. Hingga akhirnya Jeno terbiasa dengan kesendirian, dan dengan rasa sepi.
"Jeno?" Panggilan Jaehyun menyadarkan Jeno dari lamunannya. "Kenapa?" Tanyanya.
"Engga Pa" Jeno memaksakan dirinya tersenyum.
Jaehyun yang mengerti jika Jeno kembali teringat dimasa sulitnya, membawa dirinya semakin mendekat pada Jeno, lalu membiarkan Jeno menenggelamkan kepalanya pada dada Jaehyun. Tangan Jeno meremat erat piyama Jaehyun. Rasanya Jeno tak ingin malam itu cepat berlalu.

••

Lucas menepati janjinya. Mobil miliknya sudah terparkir di depan rumah Jeno sejak 5 menit yang lalu. Tak ingin Lucas menunggu lama, Jeno segera memakai sepatunya dan berlari kecil menghampiri mobil Lucas setelah pamit pada Ayahnya juga.
"Terima kasih" ucap Lucas canggung, saat mobilnya berhenti menunggu lampu hijau menyala.
"Untuk?"
"Terimakasih sudah memaafkanku dan membuatku tidak dikeluarkan dari sekolah"
"Ah, tidak masalah"
"Aku juga minta maaf sudah mengganggumu selama ini. Aku-" Lucas menginjak pedal gasnya melanjutkan perjalanan. "Aku hanya iri denganmu karena nilaimu selalu sempurna. Aku sudah berusaha sebisa mungkin tapi Ayahku selalu membandingkannya denganmu karena peringkatmu selalu diatasku"
Jeno tersenyum tipis mendengar Lucas bercerita. "Aku yang seharusnya iri denganmu. Tentu saja aku selalu mendapat nilai bagus, karena memang tidak ada yang bisa kulakukan selain belajar" Jeno selalu ingin punya teman banyak, lalu pergi bermain setelah bel pulang berbunyi seperti kebanyakan temannya, atau kadang dimalam hari, mereka bertemu di cafe untuk sekedar mengobrol. Tapi mana mungkin. Pulang sekolah ia harus segera pulang agar tidak kena marah Ayahnya. Di akhir pekan, disaat teman-teman yang lain memikirkan kemana mereka akan menghabiskan waktu, Jeno malah hanya diam di rumah. Sesekali dengan sepedanya, Jeno berkeliling kota sejenak menghilangkan penat.
"Aku yang iri denganmu karena kau punya banyak teman yang bisa diajak bermain" lanjut Jeno.
"Maksudmu?" Lucas tak mengerti.
"Lupakan saja. Kau tidak akan mengerti" sahut Jeno. Ia tak ingin repot-repot menjelaskan pada Lucas apa yang sebenarnya terjadi padanya selama ini. Toh sekarang itu hanya cerita lama, karena Ayahnya sudah berubah.

••

"Kutebak sekarang hubunganmu dengan Ayahmu membaik ya?" Tanya Jaemin saat Jeno baru saja masuk ke dalam kelas.
"Tahu dari mana?"
"Ayahmu menghubungiku. Bertanya apa yang sebenarnya terjadi padamu selama disekolah"
Jeno tak heran sekarang. Ia tahu mengapa Ayahnya bisa tahu jika ia selalu dibully di sekolah. Rupanya dari Jaemin.
"Baguslah kalau Ayahmu sudah berubah. Sejujurnya selama ini aku tahu kalau kau anak dari pemilik Jung Food Company. Kau pernah mengatakannya dulu saat kita masih kelas 1. Tapi karna kau tiba-tiba menjauh, jadi pikir lebih baik pura-pura tidak tahu saja"
Jeno menatap Jaemin tak percaya. "Jadi kau tahu?"
Jaemin mengangguk. "Aku juga senang melihat Lucas kena batunya. Aku dengar dia hampir dikeluarkan dari sekolah kan?"
"Iya begitulah tapi untung saja tidak jadi"
"Ohya, akhir pekan ini akan ada kegiatan sosial lagi dengan Ayahku. Kau mau ikut?"
Jeno tampak berpikir. Terakhir kali saja Jaehyun sampai mau mengusirnya dari rumah. Tapi mungkin kali ini ia bisa mencoba mengajak Ayahnya juga.
"Boleh aku mengajak Ayahku?"
"Tentu!"

••

"Kenapa? Ada yang mau Jeno sampaikan ke Papa?" Tanya Jaehyun. Jeno tiba-tiba saja masuk ke dalam ruang kerja Jaehyun dan sudah 5 menit hanya duduk sembari mencuri pandang ke arah Jaehyun.
"Itu Pa" Jeno meremat tangannya guna menghilangkan rasa gugupnya. "Jaemin mengajak Jeno ikut kegiatan sosial dengan Ayahnya. Papa mau gak nemenin Jeno?"
Jaehyun menutup buku yang sedang dibacanya. Ia tampak diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk.
"Boleh juga"
"B-beneran Pa?" Jeno tak percaya Jaehyun akan secepat itu setuju.
"Tapi ada satu syarat"
"Apa, Pa?"
"Jangan panggil Ayah teman mu itu dengan sebutan Ayah. Papa tidak suka" Jaehyun melipat kedua tangannya didepan dada.
"Papa tahu dari mana?"
"Waktu itu Papa juga ada direstauran. Dan temanmu yang bernama Jaemin itu sengaja membuat Papa kesal"
Diingat-ingat memang waktu itu sikap Jaemin agak aneh. Anak itu seperti sengaja agar orang lain mendengar percakapan mereka. Jeno baru tahu kalau orang lain itu adalah Ayahnya sendiri. Pantas saja Jaehyun terlihat marah dan kesal saat ia berpamitan untuk pergi bersama Jaemin ke kegiatan sosial di akhir pekan. Jeno mengerti semuanya sekarang.
"Iya, Papa jeno cuma Papa kok!" Ucap Jeno, membuat Jaehyun menampilkan senyum lebarnya.

TBC
Ohyaa aku ada post teaser baru lohh dan next story castnya masih tetep Jeno kwkkw soalnya keknya Jeno memang cocok jadi anak yang terzolimi 🥺🥲 maaf ya Jen kwkwkwk
Boleh cek di profil aku judulnya "struggle"
Thankyouuu ✨

LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang