26

5.9K 505 26
                                    

LUKA
Part 26

Taeyong sedang berdiri menunggu lift saat ponselnya berbunyi. Ada panggilan dari nomor tak dikenal.
"Halo"
"Benar ini Paman Taeyong?"
"Ya benar. Dengan siapa ini?"
"Saya akan jelaskan nanti. Jeno ada dirumah sakit Seoul. Tolong segera kesini dan jangan beritahukan pada Ayah Jeno"
"Jeno? Dirumah sakit?! Apa yang terjadi?!" Taeyong mulai panik.
"Pokoknya segera datang!" Setelah itu telepon terputus.

Taeyong memilih turun dari lantai 8 menggunakan tangga darurat. Tak sabar jika ia harus menunggu lift. Sebenarnya ia sudah menyewa beberapa detektif untuk mencari keberadaan Jeno. Namun Winwin rupanya bermain rapi hingga saat ini tak ada satupun dari mereka yang menemukan keberadaan Jeno.
Telepon yang diterimanya akhirnya menjadi titik cerah dimana Jeno berada. Tapi kenapa harus rumah sakit? Taeyong berdoa agar Jeno tak kenapa-kenapa.

••

Jaehyun tak bisa fokus dengan pekerjaannya. Ia sudah mengirimkan berpuluh puluh pesan agar Winwin segera membalas karena ia sudah akan menyetujui penjualan tanah. Ia tahu Winwin sedang mempermainkannya dan sungguh itu membuatnya akan gila.
Jaehyun memilih untuk pulang ke rumah. Baru saja ia berjalan menyusuri kodidor, ia mendengar suara Taeyong.
"Jeno? Dirumah sakit?! Apa yang terjadi?!"
Jaehyun ikut terkejut. Pertanyaannya sama dengan Taeyong. Apa yang terjadi hingga Jeno ada di rumah sakit saat ini. Jaehyun segera berlari untuk menghampiri Taeyong namun saat ia berada didepan lift, Taeyong sudah tak disana.

••

Ten bernafas lega, pria yang menyebut dirinya Paman Taeyong itu datang tepat waktu saat ia berdebat dengan petugas medis karena mereka berkata ia harus membayar lebih dahulu agar Jeno bisa dipindahkan ke ruang rawat.
Taeyong segera menyerahkan kartu kredit miliknya dan meminta mereka memproses dengan cepat.
"Jadi apa yang terjadi dengan Jeno?" Tanya Taeyong saat mereka sedang menunggu lift menuju lantai dimana Jeno akan dipindahkan.
"Jeno mengalami cedera di perut dan dada. Dia juga mengalami tukak lambung akut" Ten mengulang penjelasan dokter.
Taeyong mengusap wajahnya kasar.
"Lalu, kau siapa?"
"Namaku Ten, aku-" Ten agak takut menjawabnya karena ia tahu mungkin Taeyong akan langsung menyeretnya ke kantor polisi, tapi mau bagaimana lagi ia harus jujur. "Aku anak buah Winwin. Tapi sungguh, aku tak ada niat untuk menyakiti Jeno dengan sengaja"
"Apa?!" Taeyong mencengkeram kerah baju Ten dan mendorongnya ke tembok.
"Dengarkan aku dulu, Paman! Aku tau aku salah. Aku juga mungkin akan dibunuh oleh Winwin setelah ini. Jadi simpan tenagamu untuk menghajarku. Aku akan mendapat pembalasan sendiri" ujar Ten.
Bersamaan itu, pintu lift terbuka. Taeyong akhirnya melepaskan Ten dan segera masuk ke dalam lift yang disusul cepat oleh Ten.
"Urusan kita belum selesai" ujar Taeyong.

••

Jaehyun melihat Taeyong menaiki lift rumah sakit. Untung saja tadi Jaehyun dapat mengemudikan mobilnya cepat mengikuti mobil Taeyong. Hanya saja saat ia hendak masuk ke dalam rumah sakit, sebuah mobil menerobos dan membuatnya kehilangan jejak Taeyong. Jaehyun sampai harus berlari memutari lantai rumah sakit demi menemukan Taeyong. Ia yakin Taeyong tahu dimana Jeno.
Melihat lift berhenti lama di lantai 5, terlihat dari angka yang ada dibagian atas lift, dapat Jaehyun duga, Jeno ada disana.

••

"Jeno!" Pekik Taeyong saat mendapati Jeno. Para perawat baru saja memasangkan infus pada Jeno.
"Paman"
"Kau kenapa? Mana yang sakit? Beritahu Paman"
"Paman- hiks" Jeno mulai terisak.
Taeyong memeluk Jeno dan mengusap lembut kepalanya.
"Shhh tenang ya, Paman disini" Taeyong menenangkan.
"Jeno takut" ujarnya.
"Paman disini. Jeno sekarang aman" Taeyong dapat merasakan eratnya cengkeraman Jeno pada kemejanya, menandakan ia benar-benar ketakutan. Jeno menangis keras, takut namun sekaligus lega dapat bertemu Taeyong.
"Jeno!" Mereka bertiga sontak menoleh. Jaehyun berdiri diambang pintu.
"Paman, Jeno tidak mau bertemu Papa. Tolong Paman, tolong" rintih Jeno pelan.
"Iya, iya. Tenang ya" Taeyong melepaskan pelukannya pada Jeno lalu menghadang tubuh Jaehyun yang hendak mendekat pada Jeno.
"Lepaskan aku sialan!" Jaehyun memberontak.
"Ikut aku!" Bentak Taeyong tak kalah keras. Ia menarik kasar tubuh Jaehyun untuk keluar dari ruang rawat Jeno.
"Aku ingin bertemu Jeno" ujar Jaehyun.
"Jeno tak mau bertemu denganmu. Lagipula untuk apa? Bukannya kau tidak peduli?" Sindir Taeyong.
"Aku sudah akan menjual tanah yayasan pada Winwin, tapi-"
"Stop! Aku tak tertarik dengan cerita karanganmu itu. Sekarang lebih baik kau pulang. Jangan membuat Jeno semakin tertekan. Dia sedang sakit, kau lihat sendiri" putus Taeyong cepat sebelum ia kembali masuk ke dalam kamar Jeno.
Jaehyun terduduk dibangku tunggu yang ada didepan ruangan. Menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia menyesal. Andai ia lebih cepat, Jeno tidak akan sampai masuk rumah sakit. Ia terlalu mementingkan ego nya hingga ia hanya bisa membuat Jeno membencinya.
Penolakan Jeno untuk bertemu dengannya sungguh membuat hatinya sakit. Ternyata ini yang Jeno rasakan setiap ia menolaknya, dan setiap ia menyakiti anak itu. Ternyata sesakit ini.

TBC
🍀

LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang