17

5.8K 551 33
                                    

LUKA
Part 17

Jaehyun jadi kesal sendiri. Apalagi teman Jeno tadi yang mengatakan bahwa Ayahnya akan jauh lebih baik darinya. Siapa dia berani mengatakan hal itu? Memang dia mengenal Jaehyun secara pribadi?
Jaehyun menekan klakson berkali kali saat lampu hijau baru saja menyala. Jalanan yang padat juga Jeno menjadi alasan ia mendadak uring-uringan. Sepanjang jalan ia mengumpat beberapa pengendara yang dinilai mengganggu jalannya.

••

"Untuk apa ini Paman?" Tanya Jeno bingung saat Taeyong memberikan lembar uang cukup banyak. Lebih banyak dari biasanya. Biasanya hanya untuk uang saku yang Jaehyun berikan melalui Taeyong, tidak pernah sebanyak itu.
"Ayahmu menaikan uang sakumu" jawab Taeyong singkat. "Ayo ambil ini"
Jeno hanya mengambil 2 lembar dari 15 lembar, kemudian mendorong tangan Taeyong menolak mengambil lebih.
"Cukup kok Paman segini. Bilang Papa ga perlu ditambahin" tolak Jeno.
"Loh kenapa? Jeno masih marah sama Papa ya?" Tanya Taeyong.
Jeno tersenyum tipis. "Jeno sudah ga mau berharap lebih, Paman. Jeno hanya akan menerima bagian Jeno seperti biasa. Terlalu berharap nanti akhirnya juga kecewa" ujar Jeno lirih. Membuat Taeyong ikut merasa sakit. Padahal saat ia melihat perlakukan Jaehyun yang sudah berubah, Ia juga bisa melihat kebahagiaan di wajah Jeno. Sejak Hanna tiada, Jeno tidak pernah menampakan wajah secerah itu. Tapi karena masalah yang terjadi beberapa hari yang lalu, Jeno kembali menjadi Jeno yang dulu.

••

"Apa? Dia menolak?" Tanya Jaehyun pada Taeyong.
"Iya. Simpan saja" Taeyong meletakan sisa beberapa lembar uang itu di atas meja kerja Jaehyun.
"Sialan. Berani sekali ia menolak. Bulan depan tidak usah beri dia uang saku lagi. Biar saja sampai ia sendiri memohon minta uang" Jaehyun kentara sekali sedang kesal.
"Aneh. Kenapa kau jadi marah? Itu salahmu yang membuat Jeno jadi menjaga jarak lagi denganmu. Sampai ia tidak mau menerima apapun yang ia rasa ia tidak pantas dapatkan. Menurutmu ini karna siapa? Tidak berkaca ya?" Taeyong ikut kesal. Meskipun ia tahu Jaehyun adalah atasannya dikantor tapi ia tidak peduli kali ini. Dengan langkah lebar Taeyong keluar dari ruang kantor Jaehyun.

Jaehyun hanya menatap tak percaya. Apa barusan Taeyong sudah berani memarahinya?

••

Hari yang dinantikan Jeno akhirnya tiba. Ia sungguh tak sabar untuk ikut kegiatan sosial untuk pertama kalinya. Wajahnya terlihat begitu sumringah sejak pagi tadi. Bahkan untuk memilih baju yang akan ia kenakan saja udah memakan waktu 30 menit, seperti layaknya seorang remaja yang bersiap pergi untuk berkencan.
Jeno baru saja keluar dari kamarnya, berjalan hendak mengeluarkan sepedanya dari dalam garasi. Melewati ruang tengah, ia terkejut mendapati Ayahnya ada disana duduk sembari memainkan ipadnya.
"Mau kemana?" Tanyanya ketus, tanpa mengalihkan pandangannya dari ipad miliknya. Sebenarnya Jeno tak mengira akan ada Ayahnya dirumah karena hari Sabtu begini biasanya Ayahnya sudah memiliki jadwal untuk bermain golf dengan rekan bisnisnya.
"Mau ke rumah teman, Pa" sahut Jeno.
"Tidak ada yang mengijinkan kau untuk keluar rumah" ujarnya. Ia mendongak, menatap Jeno dan memberi isyarat untuk Jeno kembali masuk dalam kamarnya.
"Sebentar aja, Pa" Jeno mencoba bernegosiasi. Padahal sebelumnya ia tidak pernah dilarang pergi keluar di akhir pekan seperti sekarang ini.
"Tuli ya? Masuk kamar sekarang!" Perintah Jaehyun lagi.
"Jeno sudah janji Pa sama teman Jeno. Tidak enak kalau  batal" Jeno lagi-lagi mencoba bernegosiasi.
Jaehyun meletakan ipad miliknya kasar diatas meja, ia berdiri dan mendekat pada Jeno, kemudian menarik lengan Jeno kasar.
"Kalau begitu sekalian pergi dari sini saja, jangan kembali" ujarnya.
Jeno yang tahu jika Ayahnya itu hendak mengusirnya keluar, sebisa mungkin mempertahankan langkahnya meskipun percuma karena tenaga Jaehyun jauh lebih kuat. Jeno sampai tersandung dan jatuh dalam posisi berlutut, namun Jaehyun masih dengan kasar menarik Jeno sampai akhirnya Jeno mau tak mau terseok mengikuti langkah Ayahnya.
Sesampainya di pintu rumahnya, Jaehyun mencoba mendorong kasar Jeno agar keluar.
"Ampun Pa. Jeno gak jadi pergi" Mohonnya, mencoba meraih lengan Ayahnya agar ia sampai melewati batas pintu.
"Kau bilang sudah janji kan? Ya sudah sana pergi" Jaehyun menghempas keras tubuh Jeno.
Dan dengan cepat ia menutup daun pintu namun teriakan dari Jeno membuatnya terkejut.
"Sakit Pa! Sakit!" Jaehyun melepaskan tangannya cepat dari gagang pintu. Ia bisa melihat jari Jeno terjepit karena anak itu mencoba menahan agar pintu tak tertutup sempurna.
Sejujurnya Jaehyun tak mengira jika Jeno akan nekat seperti itu. Jaehyun hanya ingin menakutinya saja karena ia tak ingin Jeno pergi dengan kawannya dan juga Siwon.
"Ya! Jaehyun kau brengsek!" Teriakan Taeyong terdengar olehnya dari dalam.
Pintu didorong keras oleh Taeyong. Untung saja Jaehyun dengan cepat melangkah mundur, jika tidak mungkin wajahnya sudah kena hantaman pintu.
Jeno berlutut sambil terus memegangi jarinya yang terjepit dan berdarah, wajahnya meringis kesakitan. Taeyong ikut berlutut dan segera memeriksa keadaan jari Jeno, sedangkan Jaehyun hanya mematung melihat mereka berdua.
"Kau gila ya? Lihat hasil perbuatanmu!" Ujar Taeyong penuh emosi.
"I-itu salahnya sendiri" Jaehyun mencoba membela diri.
"Kalau kau mau mengusirnya keluar, baik, akan ku bantu. Ayo Jeno kita ke rumah paman saja" Taeyong membantu Jeno untuk berdiri namun Jeno menggeleng keras.
"Jeno mau di sini aja" tolaknya.
"Gak. Disini kau dalam bahaya. Papa mu ini udah gila. Ayo ikut Paman" Taeyong tak kalah kasar menarik tubuh Jeno. Tidak bermaksud menyakitinya, Taeyong hanya ingin Jeno ikut dengannya. Jeno tak bisa melawan saat Taeyong menarik tubuhnya dan membawanya masuk kedalam mobil. Jeno baru saja akan mencoba keluar tapi Taeyong sudah menekan tombol kunci dengan cepat.
"Tunggu disini sebentar" ujar Taeyong dari luar mobil.
Jeno dapat melihat Taeyong masuk ke dalam rumahnya, entah apa yang akan dilakukannya.

"Ya! Apa yang kau lakukan?!" Kali ini ganti Jaehyun yang berteriak marah saat melihat Taeyong menerobos kamar Jeno dan mengambil koper kosong, lalu mengisinya dengan pakaian milik Jeno.
"Aku akan membawa Jeno tinggal denganku dan Sora" ujar Taeyong.
Jaehyun menendang koper itu keras membuat koper itu melayang cukup jauh dan membuat semua isi koper itu berserakan.
Dicengkeramnya erat kerah baju Taeyong. Ia mengangkat tangannya hendak memberi pukulan pada sahabat sekaligus sekretatisnya itu.
"Ayo pukul kalau berani, Brengsek! Jangan hanya berani pada Jeno. Apa salah anak itu hah?!" Tantang Taeyong.
"Jangan ikut campur dalam urusanku!" Jaehyun melepaskan cengkeramannya dan menahan diri untuk tidak bermain fisik.
"Kalau kau memang tidak sayang dengan Jeno, lepaskan dia, daripada ia harus tetap tinggal denganmu. Kenapa? Kau takut Jeno pergi dari rumah ini kan? Kau hanya bisa menggertaknya saja padahal kau jauh lebih takut. Kau hanya termakan gengsi mu sendiri. Sadar Jae, kau sebenarnya sayang dengan Jeno namun dengan cara yang salah!" Taeyong memunguti kembali pakaian Jeno yang tercecer di lantai dan  memasukan kembali ke dalam koper.
"Sayang? Dengan anak sialan itu?" Jaehyun tertawa meremehkan. "Baiklah, bawa saja anak sialan itu pergi yang jauh. Jangan kembali lagi kalau bisa!" Seru Jaehyun saat melihat Taeyong melangkah meninggalkan ruangan kamar Jeno dengan membawa koper.

Hellloo akhirnya up lagi
Jangan lupa vote & comment

HBD buat Lee Jeno ✨

HBD buat Lee Jeno ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang