18

5.3K 458 3
                                    

LUKA
Part 18

Jaehyun mematung beberapa saat didalam kamar Jeno bahkan setelah Taeyong pergi dengan koper ditangannya.
Ini mungkin pertama kalinya Jaehyun berada cukup lama di kamar Jeno. Ia mengedarkan pandang dan terpaku melihat beberapa lembar foto yang Jeno tempel di lemari bajunya. Ada fotonya disana sedang menggendong Jeno dan mengecup pipi gembulnya. Jaehyun hampir saja lupa fakta bahwa ia pernah sedekat itu dengan Jeno. Baginya dulu, Jeno adalah segalanya. Kelahiran Jeno menjadi alasan untuknya bekerja lebih keras, demi menyenangkan anaknya itu, demi Jeno bisa hidup bahagia.
Tapi kata bahagia itu sepertinya tidak pernah lagi ada dihidup Jeno sejak kepergian Hanna.
Mungkin Taeyong benar, ia hanya gengsi mengakui bahwa ia menyayangi Jeno. Jaehyun hanya membutuhkan seseorang yang bisa ia salahkan atas kematian Hanna, demi menghilangkan rasa bersalahnya. Kenyataannya, kehilangan Hanna bukan salah Jeno sepenuhnya. Hari itu, Jaehyun hanya ingin bersantai setelah penat dengan pekerjaan kantornya. Ia lengah, tak menjaga Jeno dengan baik, tak berpikir bahwa banyak hal yang mungkin Jeno lakukan tanpa berpikir mengingat anak itu masih kecil dan tak mengerti bahaya. Yang Jeno tahu, Ayahnya akan selalu ada menjaganya, yang Jeno mengerti, kalaupun ia dalam bahaya, Ayahnya akan datang menyelamatkannya. Jaehyun sadar harusnya hari itu ia lebih extra lagi dalam menjaga Jeno agar anak itu tak berlari ke laut dan membuat Hanna akhirnya mengorbankan dirinya.

Jaehyun melewatkan banyak hal dalam pertumbuhan Jeno. Ia tak mengerti apa yang sebenarnya anaknya itu sukai maupun yang tidak ia sukai. Jaehyun membesarkan Jeno dengan keras. Cacian, pukulan fisik, kekangan, menjadi cara Jaehyun menunjukan bahwa setidaknya Jeno harus bersyukur karena ia masih sedikit peduli dengannya. Tanpa menyadari, Jeno tumbuh dengan banyak luka karenanya.

••

Sora dengan telaten mengobati luka di jari Jeno sembari sesekali meniup luka itu berharap mengurangi rasa sakit. Jeno yang hanya diam meringis menahan sakit, membuat Sora seakan merasakan luka yang Jeno derita. Ia berpikir bagaimana jika anaknya Nara mendapat perlakuan seperti itu dari orang terdekatnya, jelas Sora tidak akan pernah memaafkan.
"Sudah selesai. Jangan kena air dulu ya" ujar Sora, lalu merapikan kembali kotak P3K miliknya.
"Pilihan yang tepat, membawa Jeno tinggal disini" ujar Sora kali ini pada Taeyong. "Rasanya aku ingin mencekik Jaehyun"
Taeyong tertawa kecil, "Tenang, aku akan melakukannya untukmu" candanya.
"Jangan, Paman. Tolong jangan apa-apakan Papa" pinta Jeno memelas.
Sora lantas mengelus lembut puncak kepala Jeno. Ia sendiri heran bagaimana bisa Jeno tumbuh tetap menjadi anak yang baik dan tidak menyimpan dendam apapun pada Ayahnya.
Sora merasa iba dengan Jeno. Anak itu tumbuh tanpa orangtuanya, karna meskipun Ayahnya masih ada tapi nyatanya ia tidak pernah mendampingi Jeno. Ditambah lagi Jeno juga tak memiliki teman. Jeno sendiri, seorang diri, hanya ada Taeyong dan Sora namun itupun mereka tidak selalu ada untuknya. Sora bertanya-tanya, pernahkah Jeno merasa jenuh dan butuh seseorang untuk mendengar keluh kesahnya? Dengan siapa pada akhirnya ia bercerita? Ataukah ia hanya memendamnya semua seorang diri? Hati Sora ikut sakit hanya dengan membayangkan betapa kesepiannya Jeno.

••

"Maaf aku tidak bisa datang kemarin" ujar Jeno.
Jaemin mengibaskan tangannya.
"Tenang saja kan masih ada lain waktu" jawabnya. "Ayahmu tidak menginjikanmu pergi kan?" Tebak Jaemin.
"Bagaimana kau bisa tau?"
"Firasatku saja" padahal Jaemin sudah menebak jika Jaehyun tidak akan memberi ijin Jeno untuk dekat dengannya, ia pasti takut Jeno menjadi lebih dekat Siwon, Ayahnya dibanding dengan Jaehyun sendiri.
"Long time no see, Jeno" suara yang sangat Jeno kenal menginterupsi percakapan mereka berdua. Lucas masuk kedalam kelas, lalu menjatuhkan tubuhnya dibangku tempat duduknya.
"Lihat saja, aku berjanji hari-harimu ke depan tidak akan damai setelah kau mematahkan hidungku!" Ancam Lucas dengan seringaian diwajahnya.
Jeno hanya bisa menghela nafas panjang. Ia harus siap dengan semua yang akan Lucas lakukan padanya.

Lucas tidak main-main rupanya. Sepanjang pelajaran ia terus menendang kursi Jeno, dan menembakan gelang karet ke punggung Jeno berkali-kali. Jeno hanya diam tak membalas, ia sudah berjanji tak akan membuat keributan lagi di sekolah. Jadi apapun yang akan Lucas lalukan padanya, ia akan pasrah menerima.
Jaemin sendiri sebenarnya sudah akan memarahi Lucas namun Jeno dengan cepat memberi isyarat agar ia membiarkan saja.

TBC

LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang