LUKA
Part 12Jeno dan ayahnya sudah kembali kerumah sejak beberapa hari yang lalu. Jeno juga sudah sembuh secara total. Tadi malam baru saja Jaehyun menemaninya untuk check up terakhir ke dokter. Taeyong pun sampai terkejut melihat hubungan Jaehyun dan Jeno yang tampaknya sudah membaik. Ia ikut senang melihatnya.
"Pa, Jeno berangkat dulu" pamit Jeno setelah menghabiskan sarapannya.
"Ya. Hati-hati" Sahut Jaehyun. "Ah! Tunggu sebentar, Jen"
Jeno menoleh. Melihat Ayahnya mengeluarkan beberapa lembar uang dari dalam dompetnya, dan meletakannya diatas meja makan.
"Uang jajan untukmu" ujarnya.
Jeno menggeleng. "Tidak usah Pa. Kan setiap bulan Jeno memang sudah dapat uang jajan" tolaknya.
"Tidak apa. Anggap saja sebagai tambahan" ujar Jaehyun lagi.
Jeno lantas mengambil uang itu dan menyimpannya ke dalam dompet miliknya.
"Terimakasih Pa"••
Tahun ajaran baru telah dimulai. Jeno tak menyangka kini dia sudah duduk di kelas 3, artinya sebentar lagi ia akan lanjut ke Universitas. Sejujurnya ia masih ragu universitas mana yang menjadi tujuannya dan jurusan apa yang harus ia pilih.
Jeno baru saja masuk ke dalam kelas saat Jaemin dengan semangat melambaikan tangannya, menunjuk kursi kosong disebelahnya, dengan maksud agar Jeno kembali duduk di sampingnya.
Jeno tak menolak, lagipula hanya Jaemin saja yang ia kenal dalam kelas itu.
"Kita sekelas lagi. Benar-benar takdir bukan?" Ujar Jaemin masih dengan bersemangat.
Jeno mendengus. "Aku berharap kita tidak sekelas lagi" ujarnya membuat Jaemin mencibir kesal.
"Hey bro! Kita sekelas lagi rupanya" sapa Lucas yang baru saja datang. Ia dengan cepat memilih duduk dibangku belakang Jeno yang kebetulan masih kosong.Jeno mengepalkan tangannya menahan amarah. Sedari tadi selama pelajaran berlangsung, Lucas terus mengganggunya dengan menusuk-nusuk punggungnya dengan ujung tutup bolpoint, atau sesekali menendang-nendang kursi yang ia duduki.
Segera setelah sang guru meninggalkan kelas, Jeno berbalik menatap tajam Lucas.
"Bisakah kau berhenti mengganggu ku?!" Tanya Jeno penuh penekanan.
"Tidak. Karena mengganggu sangat menyenangkan" Lucas tersenyum lebar, tidak menunjukan penyesalan sama sekali.Hari selanjutnya, Jeno terlalu ceroboh. Saat bel istirahat berbunyi, dengan segera ia berlari menuju toilet meninggalkan tas ranselnya didalam kelas. Tentu itu menjadi kesempatan emas bagi Lucas. Ditambah lagi Jaemin sedang diminta oleh guru untuk membantu mengembalikan buku ke perpustakaan.
Lucas mengambil dompet milik Jeno dan tersenyum puas, mendapati secarik foto usang. Jeno masih sangat kecil disitu sedang digendong oleh seorang wanita cantik yang pasti adalah ibunya.
Lucas bisa menebak jika foto itu pasti sangat berharga untuk Jeno karena saat ini mengerjai Jeno beberapa waktu yang lalu, ia sempat melihat Jeno langsung menyelamatkan foto tersebut dibanding benda lainnya.
Lucas menyimpan foto itu ke dalam sakunya, lalu melenggang pergi meninggalkan kelas.Jeno baru menyadari bahwa foto didalam dompetnya hilang, saat ia hendak membayar iuran kelas.
Mungkinkah Lucas? Pikir Jeno
Padahal tadi saat Jeno menyadari kebodohannya meninggalkan tas didalam kelas, ia segera memeriksanya, dan tidak mendapati satu buku miliknya hilang. Mungkinkah Lucas mengincar benda lain?
"Kau mencari ini?"
Jeno menoleh ke arah suara. Lucas dengan raut wajah mengejek, mengibas-ngibaskan selembar foto yang ia pegang ditangan kanannya.
"Kembalikan!" Jeno melangkah cepat hendak merebut lembar foto itu namun tubuhnya lebih dulu dihadang oleh Felix dan Bangchan yang sedang ada dikelasnya juga.
"Berlutut didepanku, maka aku akan mengembalikannya" pinta Lucas.
"Aku tak sudi! Kembalikan cepat sebelum aku menghajarmu!" Ancam Jeno yang hanya ditertawakan oleh Lucas.
"Ku beri kesempatan sekali lagi. Cepat berlutut" ujar Lucas lagi.
"Aku tidak akan sudi berlutut di depan orang tak berguna sepertimu!"
"Sialan!" Lucas tampak marah, ia mengangkat foto itu, menunjukannya didepan wajah Jeno dan merobeknya tanpa ragu.
"Brengsek!" Jeno kalap, sampai ia bisa melawan kekangan Felix dan Bangchan, lalu melayangkan pukulannya ke wajah Lucas sampai Lucas terjatuh. Jeno tak puas memukul nya hanya sekali. Ia terus menghajar wajah Lucas sampai hidung Lucas mengeluarkan darah.
"Ya! Jeno! Hentikan" Jaemin yang baru kembali dari toilet langsung berlari menarik tubuh Jeno menjauh dari Lucas.
"Lepaskan! Brengsek!" Jeno masih terus memberontak sampai beberapa teman kelasnya akhirnya ikut membantu Jaemin menahan tubuh Jeno.••
Jeno tampak sedang duduk dengan gelisah di dalam ruang kepala sekolah. Ia merutuki dirinya yang tak bisa mengontrol diri memukuli Lucas hingga hidung anak itu patah. Guru-guru tampak panik dan membawa Lucas segera ke rumah sakit. Tentu saja, orangtua Lucas termasuk salah satu donatur terbesar di sekolah, tidak heran ia selalu mendapat perlakuan istimewa.
Tak lama, pintu terbuka, menampakan sang kepala sekolah masuk bersama dengan Taeyong. Taeyong mengangguk mengerti saat pak kepala sekolah menjelaskan secara singkat apa yang sudah Jeno lakukan pada Lucas.
Saat Taeyong baru saja akan bertanya pada Jeno mengapa ia memukul Lucas, tiba-tiba saja seorang wanita dengan pakaian yang terbilang cukup fashionable, menggunakan kacamata hitam, mendorong pintu kasar membuat mereka yang ada di ruang kepala sekolah, terlonjak kaget.
"Jadi kamu yang sudah memukuli anak saya hah?!" Tangannya menunjuk ke arah Jeno.
"Saya ingin dia dikeluarkan dari sekolah ini" ujarnya sembari duduk disofa, lalu melepas kacamata hitamnya.
"S-sebentar bu. Saya rasa ini bisa diselesaikan dengan baik" Ucap Taeyong. Ia tampak panik.
"Diselesaikan dengan baik ya? Bagaimana caranya?" Tanyanya dengan nada mengejek.
"Jeno, ayo minta maaf" Taeyong menepuk pundak Jeno.
Jeno menggeleng. "Lucas yang memulainya. Ini bukan salahku" Jeno membela diri.
"Kau lihat? Bocah sialan ini bahkan tidak mau meminta maaf. Baiklah, kau hanya perlu meminta maaf saja, bocah. Dengan begitu aku akan mengijinkanmu tetap bersekolah disini. Lagipula kudengar kau hanya murid beasiswa. Aku bisa membuatmu kehilangan beasiswa mu dan tidak diterima di sekolah lain" ancam wanita yang adalah ibu Lucas itu dengan angkuh.
"Saya mohon jangan, bu. Ayo Jeno, minta maaf" paksa Taeyong sekali lagi.
"Anda yang seharusnya mengajari anak anda dengan benar" dengan berani Jeno berucap.
"Jung Jeno!" Taeyong kehabisan kesabarannya. "Minta maaf" ujarnya penuh penekanan.
"Tidak mau!"
"Minta maaf! Cepat!" Jeno menatap tak percaya ke arah Taeyong. Ini pertama kalinya ia melihat Taeyong semarah ini.
"Cepat! Paman minta sekali lagi, minta maaf dengan sopan"
Ibu Lucas tersenyum penuh kemenangan. Sengaja diam menonton keributan 2 orang dihadapannya kini.
"Cepat Jung Jeno!" Taeyong kembali meninggikan suara.
"Maaf" ujar Jeno singkat sambil membuang muka.
"Jung Jeno. Minta maaf dengan sopan!"
"Aku minta maaf" Jeno mengalah. Meminta maaf pada akhirnya.Selama perjalanan Jeno hanya diam. Ia marah dengan Taeyong. Masalah akhirnya terselesaikan, setelah Jeno meminta maaf dan kepala sekolah memberi hukuman tambahan pada Jeno untuk membersihkan toilet sekolah selama seminggu sepulang sekolah. Dan yang membuat Jeno kesal, Taeyong menyetujuinya secara sepihak.
Akhirnya, mobil milik Taeyong berhenti didepan gerbang rumah Jeno.
"Papa mu bilang, dia menunggu di ruang kerjanya. Mau paman temani?" Tanya Taeyong lembut, barangkali saja Jeno takut jika harus menghadapi ayahnya sendirian.
"Tidak" tolak Jeno ketus. Ia segera turun dari dalam mobil dan membanting pintu mobil keras, menandakan ia sedang kesal.TBC
Jangan lupa vote & commentnya
Thankyouu 🥳🥳
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA [END]
FanfictionHubungan Jeno dan Ayahnya yang rusak setelah Ayahnya menganggap Jeno sebagai penyebab kematian istrinya. Jeno berharap ia bisa memperbaikinya.