19

5.3K 515 26
                                    

LUKA
Part 19

Jam 9 malam, Jaehyun baru saja selesai dari urusan kantornya. Ia memasuki rumah besarnya yang kini kosong karena sudah 2 hari ini Jeno tinggal di rumah Taeyong. Kepalanya terasa pusing sejak pagi. Dan ia juga belum sempat makan malam. Ia menjatuhkan dirinya diatas sofa. Mendadak berpikir begitu sulitnya hidup sendiri. Kalau saja ada Jeno, mungkin ia bisa meminta anak itu mengambilkan obat untuknya atau setidaknya membantu memapahnya ke kamar. Sekarang ia tidak memiliki tenaga lagi bahkan hanya untuk mengambil makanan yang ada di kulkas.

••

Jeno begitu terkesima dengan hasil masakan Sora pagi ini. Sejak Jeno tinggal disana, Sora memasak seperti akan mengadakan hajatan. Taeyong sampai harus membungkusnya beberapa dan membagikannya dengan satpam komplek rumahnya.
"Banyak sekali ini Bibi" ujar Jeno, sambil menarik kursi makan dan duduk disana.
"Iya khusus buat Jeno, bibi juga buatkan nasi goreng Kimchi" Sora meletakan sepiring penuh nasi goreng buatannya yang langsung disantap oleh Jeno. Dulu ketika Hanna masih ada, biasanya Jeno selalu minta dibuatkan nasi goreng kimchi untuk bekal sekolahnya.
"Enak! Mirip buatan Mama" puji Jeno membuat Sora ikut tersenyum senang.
"Biasanya Paman hanya sarapan mie instan saja loh, tapi sejak ada Jeno, bibi Sora mendadak jadi jago masak" canda Taeyong yang dihadiahi cubitan kecil oleh Sora dilengannya.
Jeno sangat bahagia bisa tinggal dengan keluarga Taeyong. Baru kali ini ia bisa merasakan lagi rasanya kebersamaan keluarga. Seketika Jeno melupakan sejenak Jaehyun dan segala kekuatirannya karena harus meninggalkan Ayahnya seorang diri.

••

Jeno dan Taeyong sedang dalam mobil yang sama. Seperti biasa Taeyong akan mengantarkan Jeno terlebih dahulu menuju sekolahnya, barulah ia menuju kantor. Sudah 2 hari ini pula sebenarnya Taeyong tidak bertemu Jaehyun. Mereka hanya sekedar membahas pekerjaan melalui pesan.
Ponsel Taeyong berbunyi, ia mengambil dari dashboard mobilnya dan melihat nama Bibi Han di layar ponselnya. Karena berkendara sambil memegang ponsel sangat berbahaya, maka Taeyong memutuskan untuk menekan tombol loadspeaker dan kembali menaruh ponselnya di dashboard.
"Taeyong, kau bisa kemari sebentar? Jaehyun demam tinggi"
Mata Jeno membulat, tersirat kekuatiran di wajahnya.
"Jaehyun tidur disofa ruang tengah. Bibi tidak kuat jika harus memindahkannya ke kamar" lanjut Bibi Han lagi.
"Baik bi, tunggu sebentar, Taeyong segera segera ke sana" ujarnya sebelum telepon terputus.
"Paman, Jeno mau pulang. Mau lihat keadaan Papa" pintanya.
"Kamu sekolah saja ya. Biar Paman yang urus semua"
Jeno menggeleng. "Tolong Paman, Jeno mau pulang saja"
Taeyong menghela nafas panjang, kali ini ia tidak dapat menolak permintaan Jeno. Ia membawa mobilnya memutar arah menuju rumah Jaehyun.

••

"Aku tidak apa-apa" elak Jaehyun sesaat setelah Taeyong dan Jeno membantunya ke kamar untuk beristirahat.
"Wajahmu pucat begitu kau masih mau memaksa pergi ke sidang hari ini?" Omel Taeyong.
"Sidang ini sangat penting untukku. Aku tidak akan membiarkan tanah Yayasan jatuh ke tangan mereka" jelas Jaehyun. Hari ini rencananya ia akan datang ke sidang sengketa tanah dengan Dong Si Cheng company.
"Ka-kalau begitu apa bisa Paman gantikan Papa? Jeno yang akan jaga Papa dirumah" Jeno mencoba memberi saran meskipun ia tak yakin Ayahnya akan menerima.
"Ide bagus!" Potong Taeyong cepat sebelum Jaehyun menolak. "Aku akan menggantikanmu. Tenang saja akan kupastikan pihak kita menang. Aku akan mengantarkanmu dulu ke rumah sakit untuk diperiksa" Ujar Taeyong.
"Papa tidak suka rumah sakit, bisakah Paman panggil dokter untuk datang kemari saja?" tanya Jeno.
Jaehyun tertegun. Jeno sangat mengenalnya, sampai-sampai anak itu tau jika ia begitu membenci rumah sakit karena itu mengingatkannya pada saat ia harus melihat jenasah istrinya disimpan di ruang jenasah.
"Baiklah. Paman akan hubungi dokter untuk datang. Kalau ada perlu, hubungi Paman segera" Taeyong memakai kembali jasnya lalu segera melangkah keluar, meninggalkan Jeno dan Jaehyun berdua dalam keadaan canggung.
"Papa tidur dulu saja. Nanti Jeno bangunkan kalau dokter sudah datang" ujar Jeno.
Jaehyun tidak menjawab, ia merubah posisinya berbaring lalu mulai memejamkan mata.

"Hanya demam biasa, faktornya bisa karna kelelahan atau stress. Saya akan meresepkan penurun demam dan beberapa vitamin" jelas dokter berkacamata itu setelah selesai memeriksa Jaehyun. "Ini resepnya silahkan ditebus diapotik" ia menyerahkan secarik kertas yang penuh dengan tulisannya.
"Pa, Jeno akan mengantar dokter ke bawah sekalian Jeno pergi menebus obatnya" pamit Jeno yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Jaehyun.

Jaehyun melirik ke arah jam dinding yang terpasang di dinding kamarnya. 45 menit berlalu, Jeno belum juga kembali. Bersamaan itu suara petir terdengar, disusul dengan hujan yang begitu deras. Jaehyun mendadak khawatir bagaimana Jeno nanti dijalan. Mengingat saat ia berangkat tadi masih dalam keadaan cerah, anak itu pasti tidak membawa jas hujan.
15 menit berlalu, Jaehyun lega saat mendengar suara derap langkah yang ia tebak adalah Jeno karena Bibi Han sendiri tadi sudah ijin untuk pulang.
Benar, Jeno masuk kedalam kamar Jaehyun dengan keadaan basah kuyup. Tangan kanannya membawa segelas air yang ia ambil dari dapur tadi, sedang tangan kirinya membawa sebungkus obat.
"Pa ini diminum dulu" Jeno menyodorkan obat dan air yang ia bawa pada Jaehyun.
"Maaf ya Pa, kamarnya jadi basah. Jeno akan mengeringkannya nanti" Jeno masih tersenyum meskipun bibirnya sudah bergetar tanda ia kedinginan.
Setelah Jaehyun meneguk habis obat dan air, ia kembali menyerahkan gelas kosong itu pada Jeno.
Jeno melangkah hendak keluar dari kamar saat Jaehyun memanggilnya lirih.
"Jeno-"
Jeno menoleh. "Ya, Pa. Papa butuh sesuatu?"
"Cepat keringkan tubuhmu dulu, jangan sampai sakit" ujarnya.

TBC
Double up lagi ✨
Jangan lupa vote dan commentnya ya bestie 🔥
Seberapa kesel kalian sama si Jaehyun rate 1-10? Kalo aku sih 11 🙏🏻

LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang