08

5.6K 448 7
                                    

LUKA
Part 08

"Ayo ambil kalau bisa" ejek Lucas. Dilemparkannya tas milik Jeno itu kearah Felix yang kemudian ditangkap cepat oleh Felix. Jeno mencoba merebut kembali tas miliknya namun Felix sudah lebih dulu melempar ke arah Bangchan. Sudah hampir 5 menit mereka terus mengerjai Jeno yang masih belum berhasil mengambil tasnya kembali.
"Kembalikan tas ku!" Teriak Jeno pada akhirnya, hilang kesabaran.
"Wah sudah berani melawan ya bocah satu ini" Lucas mengangkat tas milik Jeno kemudian melemparkannya ke kolam ikan yang berada tak jauh darinya.
Tanpa berpikir panjang, Jeno langsung berlari masuk kedalam kolam ikan yang kedalamannya setinggi betis Jeno. Ia perlu menyelamatkan isi tasnya agar tidak rusak oleh air.
Melihat itu Lucas dan kawan-kawannya hanya mentertawakan Jeno kemudian pergi meninggalkan Jeno yang sibuk mengeluarkan isi tasnya.

Jaemin berlari kecil menghampiri Jeno yang ia lihat sedang berjongkok didekat kolam ikan dari kejauhan.
"Kau sedang apa?" Tanyanya heran.
"Jangan menggangguku" Jeno terus sibuk mengeluarkan isi tasnya. Beberapa buku miliknya sudah terlanjur basah, dan juga dompet miliknya. Dengan cepat Jeno mengeluarkan secarik foto yang ia sematkan didalam dompetnya, lalu menyeka nya menggunakan baju seragamnya berharap agar foto itu tidak rusak. Ia tidak terlalu peduli dengan barang lainnya, tapi foto keluarga satu-satunya itu tidak boleh sampai rusak.
"Kau sedang merajut ya?" Tanya Jaemin saat melihat sekotak alat rajut disamping tas sekolah Jeno.
"Tak usah banyak tanya. Pergi saja sana!" Usir Jeno kesal.
"Aku juga bisa merajut. Kalau kau butuh bantuan, katakan saja" Jaemin masih saja melanjutkan ocehannya.
"Tuli ya? Kubilang pergi!" Jeno mendorong bahu Jaemin membuat Jaemin akhirnya mengalah dan memilih pergi dari situ.

••

Sudah sejak 2 jam yang lalu Jeno sibuk mengikuti instruksi dari buku panduan yang ia baca maupun menonton youtube namun hasilnya ia malah membuat gulungan benang wool itu makin menjadi kusut tak berbentuk. Jeno sebenarnya masih memiliki waktu sekitar 1 bulan lagi untuk menyelesaikan rajutan itu. tapi mengingat minggu depan ia akan menghadapai ujian kenaikan kelas, ia harus segera menyelesaikan rajutannya agar waktu belajarnya tidak terganggu.
"Masa aku harus meminta bantuan Jaemin?" Gumamnya. Padahal tadi ia sudah mengusir kasar Jaemin. Apa Jaemin masih mau membantunya? Jeno tak yakin tapi ia tak punya pilihan lain.

Sedari tadi Jeno tampak gelisah dan Jaemin mengetahui itu. Ia tau teman sebangkunya itu seakan ingin mengatakan sesuatu.
"Ada yang ingin kau katakan?" Tanya Jaemin pada akhirnya, sembari memasukan buku kedalam tasnya karena bel pulang sekolah sudah berbunyi.
Jeno menggeleng cepat. Namun dalam hati mengumpat, mengapa ia malah beraksi sebaliknya.
"Kalau begitu aku pulang dulu" Jaemin lantas menyampirkan tas ranselnya dipunggung.
"Itu-" Jeno buka suara. "Kau benar bisa merajut?" Tanyanya singkat.
Jaemin hanya membalas dengan anggukan kepala, sengaja tak balik bertanya, agar Jeno lebih dulu menjelaskan maksud dari pertanyaannya.
"Oh" hanya itu yang keluar dari mulut Jeno. Lidahnya terasa kelu untuk mengucapkan permintaan tolong. Namun melihat Jaemin yang sudah siap beranjak, Jeno mau tak mau kembali bersuara.
"Bisakah kau mengajariku?" Pintanya.
"Tapi tidak gratis" sahut Jaemin.
"Berapa biayanya?"
Jaemin terkekeh. "Kau pikir kau sedang membuka kursus? Bukan dengan uang"
"Lalu?"
"Makan siang denganku sebagai gantinya. Tapi aku yang menentukan waktu dan tempatnya. Dan satu lagi, aku akan mengajarimu dirumahku"
Jeno tampak berpikir. Tak ada pilihan lain selain akhirnya ia setuju.

••

Jeno menatap lekat foto yang terpajang didinding kamar Jaemin.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu saat aku menemani ayahku" jelas Jaemin tanpa Jeno bertanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu saat aku menemani ayahku" jelas Jaemin tanpa Jeno bertanya. "Ayahku duta Unicef, jadi ia sering pergi ke tempat-tempat terpencil untuk mengunjungi anak-anak disana" Lanjutnya sembari mencari kotak rajutan miliknya yang sudah lama tidak tersentuh olehnya.
"Kau- dekat ya dengan ayahmu?" Pertanyaan Jeno membuat Jaemin menghentikan aktifitasnya kemudian menoleh pada Jeno yang masih diam memandang figura foto miliknya.
"Tentu saja. Memang kau tidak?" Jaemin sengaja memancing. Ia tahu hubungan Jeno dengan ayahnya kelihatannya tidak baik-baik saja. Jeno mungkin lupa, tapi Jaemin tidak. Jaemin ingat saat mereka masih akrab dulu, Jeno selalu mengeluh tentang betapa keras ayahnya terhadapnya. Dan mungkin hanya Jaemin satu-satunya disekolah yang mengetahui fakta bahwa Jeno adalah anak dari seorang pengusaha sukses Jung Jaehyun. Hanya itu saja yang Jaemin tau sebelum tiba-tiba Jeno menjauhi dirinya dan berubah menjadi dingin seperti sekarang.
"Ayo kita mulai. Aku tak bisa pulang terlalu sore" Jeno mencoba mengalihkan pembicaraan. Tak ingin membahas mengenai ayahnya.

••

Jeno berterimakasih pada Jaemin, dengan bantuannya kini Jeno sudah menyelesaikan satu buah rajutan kaus kaki. Hanya sisa satu lagi untuk menjadi sepasang.
Jeno mendadak teringat kedekatan Jaemin dengan Ayahnya dan itu cukup membuat hatinya terasa nyeri. Pikirannya menerawang, kalau saja ibunya masih ada saat ini, apakah ayahnya masih bersikap baik dengannya? Mungkinkah dia juga sedekat Jaemin dengan ayahnya?
Namun cepat Jeno menepis pikiran itu, yang justru membuatnya semakin sakit, karena Jeno tau itu semua tidak akan pernah terjadi.

TBC
VoteComment nya silahkan ✨

LUKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang