LUKA
Part 29Seminggu berlalu dan keadaan Jeno sudah membaik. Entah apakah Jaehyun harus senang atau sedih. Mungkin ia senang melihat Jeno kembali sehat, bahkan Jeno sudah bisa memakan habis makanan yang diberikan pihak rumah sakit. Biasanya, dia hanya memakan setengah porsi saja karena rasa tak nyaman di perutnya. Namun di satu sisi, Jaehyun juga sedih karena itu artinya Taeyong akan menjemput Jeno. Tak ada pilihan lain, yang terpenting Jeno sembuh.
Jaehyun mendorong koper besar masuk ke dalam ruang rawat Jeno. Ia baru saja kembali ke rumah tadi untuk mengambil keperluan Jeno karena besok rencananya Taeyong akan datang menjemput. Taeyong bilang ia akan mengajak Jeno berlibur seminggu di Busan guna membuang trauma Jeno pasca diculik. lalu nanti ia akan melihat apakah Jeno masih ingin tetap bersamanya atau pulang ke rumah Jaehyun. Taeyong akan membiarkan Jeno memilih dan meminta Jaehyun untuk menerima apapun keputusan Jeno.
"Ini Papa sudah siapin keperluan Jeno. Kalau nanti ada yang kurang, boleh hubungin Papa ya" ujar Jaehyun yang tak direspon sama sekali oleh Jeno. Anak itu sibuk memalingkan perhatiannya pada televisi yang menyala.
Jaehyun hanya tersenyum tipis, kembali duduk disofa memandangi anak semata wayangnya. Sudah seminggu juga Jeno enggan berbicara panjang dengannya dan memandangnya. Itu benar-benar membuat Jaehyun sedih. Ia ingin memperbaiki hubungannya dengan Jeno. Selama ini Jeno lah yang terus berusaha, tapi kali ini Jaehyun juga ingin mencoba.
"Jeno" panggil Jaehyun.
Jeno diam tak menoleh, tak menjawab.
"Tidur, sudah malam. Paman Taeyong besok sudah datang jam 9 loh" ujar Jaehyun.
Jeno seakan tuli, tetap pada fokusnya menonton televisi.
"Nanti kalau Jeno udah puas berlibur, pulang ya ke rumah? Papa janji setiap malam kita bisa makan bersama. Papa bakal selalu ada kalau Jeno butuh Papa. Okay?"
Tidak ada jawaban. Jeno malah makin mengencangkan volume televisi itu, tak ingin mendengar suara Ayahnya lagi.
Jaehyun yang mengerti, akhirnya diam mengalah. Ia bangkit berdiri dan melangkah keluar dari kamar.
"Papa pergi beli kopi dulu ya" pamitnya sebelum keluar.Ketika Jaehyun kembali, Jeno sudah terlelap dengan keadaan TV masih menyala. Jaehyun mengambil perlahan remote yang ada ditangan Jeno agar tidak membangunkannya, lalu mematikan televisi. Dipandangnya wajah Jeno cukup lama. Jujur saja Jaehyun takut jika Jeno benar-benar tidak akan mau lagi tinggal bersama dengannya. Jaehyun berharap banyak jika waktu seminggu yang akan Jeno gunakan untuk berlibur bisa membuatnya berubah pikiran.
Jaehyun mendekat pada wajah Jeno lalu mengecup pelan pucuk kepala Jeno. Sesuatu yang sudah sangat lama tidak pernah ia lakukan.••
Taeyong datang sangat awal bahkan saat jam masih menunjukan pukul 8 pagi. Membuat Jaehyun kesal karena akhirnya Jeno merengek untuk segera berangkat jam itu juga.
Taeyong selesai menaikan koper Jeno ke dalam mobilnya, mereka sudah siap meninggalkan rumah sakit. Namun Jaehyun membuka pintu mobil dimana Jeno duduk, lalu ia berlutut agar posisi tubuhnya tidak lebih tinggi dari Jeno, karena memang model mobil Taeyong yang rendah.
"Jeno" panggilnya.
Jeno membuang muka menatap kemudi mobil.
"Lihat Papa, Jeno" pinta Jaehyun. Jeno masih tidak mau.
"Sebentar saja, lihat Papa" ulang Jaehyun. Membuat Jeno akhirnya memberanikan diri menatap Jaehyun. Ada luka dan kekecewaan dalam mata Jeno, membuat Jaehyun kembali diselimuti rasa bersalah.
Jaehyun memberanikan diri mengangkat tangannya memegang pipi Jeno. Untungnya kali ini Jeno tetap diam tak menolak.
"Jeno senang-senang ya di Busan. Jaga kesehatan juga. Papa tunggu Jeno pulang" Jaehyun menghapus segera air mata yang meleleh disudut matanya, lalu dengan cepat ia berdiri dan menutup pintu mobil Taeyong. Bukan ia tak ingin lebih lama lagi mengobrol dengan Jeno, Jaehyun hanya takut jika Jeno sampai menolaknya lagi. Jaehyun memandangi mobil Taeyong yang mulai melaju.
Jeno hanya menatap Ayahnya melalui kaca spion. Mulai goyah, apakah ia sudah keterlaluan dengan Ayahnya?
"Biarkan Papa mu merenungi kesalahannya" ucapan Taeyong seakan menjawab pertanyaan Jeno.
Jeno menoleh menatap Taeyong. "Jeno tidak salah kan Paman? Jeno tidak egois kan kalau Jeno kali ini mencoba melindungi diri sendiri agar tidak kembali kecewa?"
Taeyong mengacak pelan rambut Jeno dan tersenyum.
"Tidak. Keputusan Jeno tepat"••
Jaehyun memasuki rumahnya yang kosong. Memilih masuk ke dalam kamar Jeno, duduk diranjang sembari mengamati sekeliling. Tidak banyak barang di kamar itu. Hanya ada buku-buku pelajaran dan beberapa pakaian tersisa. Jeno bahkan tidak memiliki banyak pakaian sebenarnya. Jaehyun tak pernah sekalipun membelikannya, semenjak ia mengambil keputusan untuk membenci anak itu. Biasanya Taeyong atau Sora yang membelikannya itupun tidak sering, tentu saja karena bagaimapun mereka bukan yang bertanggung jawab sepenuhnya atas Jeno. Tas sekolah milik Jeno bahkan sudah terlihat usang, juga dengan sepatu hitam yang Jeno taruh rapi dibawah meja belajarnya. Jaehyun tak bisa membayangkan bagaimana rasanya jadi Jeno yang melewati masa pubertasnya sendirian. Kegiatan Jeno terlihat sangat monoton. Bangun tidur, sekolah, pulang, belajar atau merapikan rumah lalu tidur. Padahal diusia Jeno biasanya mereka akan sibuk pergi berkumpul dengan teman-teman atau berlibur dengan keluarganya. Tapi Jeno tak pernah merasakan hal itu.
Jaehyun mulai terisak pelan. Menyesal, amat sangat menyesal. Dan kini ia hanya bisa menunggu selama seminggu meskipun ia sudah menyiapkan skenario terburuk, yakni jika Jeno pada akhirnya tetap memilih hidup bersama dengan Taeyong.TBC
Nangess kan skrg lu Jae 😏
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA [END]
FanfictionHubungan Jeno dan Ayahnya yang rusak setelah Ayahnya menganggap Jeno sebagai penyebab kematian istrinya. Jeno berharap ia bisa memperbaikinya.