Bab 45

49K 6.3K 303
                                    

➹Happy Reading➷

❀❀❀

"Lo kenapa?"

Ale mendongak lesu, dia menatap Ananta serta Ezriel dengan menghela nafas kasar. Ale melipatkan tangannya di atas meja, dia kembali menghela nafas kasar.

Ananta dan Ezriel saling menatap, dan menahan tawa ketika melihat wajah menyedihkan Ale.

"Lo kenapa si?"

Ale menatap Ananta sebentar, dia kembali menghela nafas.

Ananta menoyor kening Ale dengan kesal. Sepertinya kesabaran dia sudah habis. Dia sudah berpuluh-puluh kali menanyakan Ale kenapa, namun pria itu malah selalu menghela nafas kasar.

"Apasi Ta?" Protes Ale.

Ananta berdecak kesal, "Gue daritadi nanya coy, lo malah.. " Memperagakan Ale yang selalu menghela nafas kasar namun kesannya lebih mengarah ke mengejek.

Kembali Ale menghela nafas kasar, dia memposisikan duduknya di kursi secara benar. Mereka bertiga memang berada di kantin.

"Gue mau cerita tapi lo juga harus ngasih saran."

Ananta merilik Ezriel, dia menatap Ale dan mengangguk.

"Gue lagi suka sama cewek."

"Ya terus masalah nya apa? Bukannya lo emang pengumpul para cewek biar di jadikan asrama."

Ale mengangguk lesu, "Tapi yang ini beda dari cewek yang lain."

"Maksudnya?" Ananta memang tidak paham apa yang dimaksud Ale.

Ale menegakan bahunya, dia menatap orang yang baru saja datang ke kantin dengan tersenyum lebar.

"Nah gue lagi suka sama cewek itu." Tunjuk Ale tanpa menatap Ananta, pria itu terus menatap seorang gadis cantik yang baru datang ke kantin.

"Kalo suka yang deketin lah."

Ale menoleh cepat, dia kembali menatap Ananta lesu, "Gue dari dulu udah deketin dia."

"Terus masalah nya dimana Ale-ale?" Ananta greget sekali dengan pria itu, sampai-sampai rasanya dia ingin menimpuk kepala Ale dengan gas elpiji.

"Jadi gini..."

"Cie nungguin ya." Lanjut Ale jahil dan menggoda Ananta sambil mengedipkan sebelah matanya.

Sebuah botol air minum melayang tepat kearah kening Ale, yang masih tersisa setengah air nya. Dan itu adalah ulah dari Ezriel. Dia daritadi mendengarkan pembicaraan mereka. Namun lama kelamaan dia malah tersulut emosi melihat tingkah Ale.

"Shh sue sakit anjir. Kalo bukan bos gue udah gue bacok dia." Sambil mengelus keningnya yang terasa sakit.

"Emang berani?" Balas Ezriel dengan nada dingin. Tidak lupa raut wajah yang terlihat menyeramkan.

Sontak Ale menggelengkan kepalanya. Mana mungkin dia berani dengan Ezriel. Boro-boro Ezriel dengan Lio saja dia tidak berani.

Ananta berdecak kesal, "Lo jadi nggak si cerita, ngantuk ni gue."

Ale memposisikan duduknya lagi dengan benar. Pria itu menatap raut serius. Posisi duduk mereka memang terhalang sebuah meja.

"Cewek itu namanya Dira 'kan?" Ananta memang tahu nama gadis itu. Siapa coba yang tidak mengenal sosok Dira. Gadis cantik, pintar, baik hati dan manis. Tidak heran banyak yang suka kepadanya.

"Heem. Gue udah suka dari dulu sama dia. Bahkan ni ya gue udah ngedeketin dia sekitar dua bulan yang lalu."

"Tapi dia menolak kehadiran gue. Dan mau nya dia jadi temenan aja." Lanjut Ale sok sedih.

Figuran Novel (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang