harapan

1.2K 295 26
                                    

Sudah menjadi rutinitas, para cowok-cowok yang sedari Tk sudah berteman itu. Mahesa, jaka, dan juga Hanan selalu melaksanakan sholat subuh berjamaah di musholla, ditambah dua bocil kalau kata mereka, yakni Wildan sama Rifki.

Jaya rumahnya jauh, nyari kontrakan dari kapan taun aja belum nemu masa.

Rifki hebat loh, masih SMP sholat subuh nya ngikut di musholla juga.
Setiap ditanya, Rifki kenapa giat mau ikut berjamaah juga? Katanya dia mau jadi imam nanti pas udah gede.

Bagus, dengan begitu mereka jadi lebih rajin beribadah, apalagi melaksanakan subuh berjamaah. Sungguh momen yang langka, karena biasanya subuhnya nyerempet sama sholat duha alias kesiangan.

Menyampirkan sarung dipundak, Wildan berjalan pulang dengan memakai celana jersey pendek, sama halnya dengan Hanan yang malah menyulap sarungnya jadi selimut, alias menutupi hampir seluruh badannya termasuk kepala, hanya keliatan wajahnya aja.

Sedangkan Rifki tadi pulang duluan bareng ayahnya, sambil digandeng karena biasanya Rifki jalan pulang sambil merem karena masih ngantuk.

Tinggal mereka berempat yang pulang bersama pagi itu, seperti biasanya.

"Ya Allah, udah ganteng, pinter, sholat subuh jama'ah lagi. Paket komplit ini, cocok banget buat dijadiin mantunya pak RT sebelah" Celetuk Jaka yang sejak dulu naksir Jannah, anak RT desa sebelah.

Kalau ngarepin mbak Via terus dia nyerah, soalnya dia bosen dibully terus sama sahabat²nya.

"Makan lontong lauknya rendang, ngemilnya krupuk sama semangka"

"CAKEEP..... " Semua kompak menyahuti pantun Hanan kecuali Jaka.

"Jaka mah ngomong doang, pdkt-an mulu jadian kaga" Lanjut Hanan dengan cengiran lebar, disusul tawa Mahesa yang sudah meledak disana.

"Baleni" Sahut Jaka keki, kalau dalam bahasa Indonesia artinya *ulang lagi ngomong apa

Dengan sekuat tenaga Hanan lari sekencang-kencangnya mengindari amukan Jaka yang sudah siap memegang sarungnya untuk disabet kan ke arah Hanan.

Akhirnya Hanan memilih beringsut ke dekat Mahesa. Jaka yang sudah ancang-ancang ingin menyabetkan sarungnya ke Hanan jadi diurungkan karena lirikan Mahesa di depannya.

"Mas, liat deh itu apa?" Wildan yang sejak tadi diam tiba-tiba mengejutkan semuanya dengan menunjuk kearah pohon mangga yang memang begitu gelap subuh-subuh begitu.

Anggota terkecil mereka yang sejak tadi mengantuk, kini ikutan mepet ke Mahesa.

Hanan yang dasarnya penakut langsung nemplok ke tubuh Mahesa tanpa permisi "nakut-nakutin aja bocil"  Serunya ke Wildan.

"Udah deh, palingan cuma angin" Mahesa tanpa peduli melanjutkan langkahnya untuk pulang, berbeda dengan lainnya yang malah asik memerhatikan kebun mangga itu.

Srek... Srekk...

Terlihat sebuah bayangan disana yang entah itu apa "Allahumma lakasumtu" Ucap Wildan memejamkan matanya takut-takut jika yang diliatnya adalah setan.

"mau ngusir setan apa mau buka puasa Wil? " Seru Hanan.

"Kurang kerjaan banget genderuwo nyolong mangga" Sahut Jaka yang memang gak ada takut-takut nya. sedangkan Hanan juga Wildan sudah mengapit tubuh Mahesa meminta perlindungan.

Jaka masih memperhatikan bayangan itu lamat-lamat "eh lo itu ada job ngiklan marjan, malah nongkrong di situ" Ucapnya.

GEDEBUK....

"AAAAAAAA......" Teriak Mahesa heboh.

Suara benda jatuh itu otomatis membuat keempatnya seketika lari tunggang langgang dari sana. Entah itu setan atau apa, mereka kompak berlari saat Mahesa kabur duluan.

________

Setelah rutinitas sholat subuh, Mahesa disibukkan dengan aktivitas paginya. Biasanya sang nenek yang sudah berkutat didapur untuk membuat sarapan ataupun jika tidak neneknya akan sibuk memberi pakan ayam kampung peliharaan nya.

Tapi pagi ini Mahesa tak mendapati neneknya beraktivitas, masih lengkap mengenakan baju koko beserta sarung Mahesa menghampiri sang nenek yang ternyata masih duduk dikamarnya.

Tangannya memijit pelan kakinya sendiri yang dirasa lelah, Mahesa berjongkok didepan neneknya yang duduk dipinggiran kasur. Tersenyum, namun wajahnya mengguratkan perasaan khawatir.

"Nenek gimana? Ada yang sakit? Kakinya pegel ya?"

Senyuman terbit diwajah teduh milik nenek disana "nenek gak papa" Jawabnya yang enggan mengeluh, padahal wajahnya sedikit memucat, membuat Mahesa cemas.

Tanpa meminta penjelasan lagi, Mahesa memilih mengangguki nya saja, karena biasanya neneknya juga enggan mengeluh ini itu "udah nenek istirahat aja, hari ini Mahesa yang bakal ngurus semuanya, Oke" Katanya sambil terkekeh.

"Loh, kamu gak kerja to, Sa?" Mahesa menggeleng "kebetulan libur dulu heheh, nemenin nenek dirumah. Jaya katanya setres pengen liburan" Bohongnya yang malah mengorbankan nama Jaya. Padahal dirinya baru saja mengetikkan pesan ke Jaya minta izin buat libur hari ini, walaupun resikonya besok Jaya bakal ngomel karena izin mendadak.

Tangan hangatnya mengusap kepala Mahesa dengan sayang, cucu yang selama ini beliau rawat sudah tumbuh menjadi pemuda yang penuh perhatian juga tanggungjawab.

"Le, nenek berharap awakmu wes ngomong serius karo Ajeng, wes opo durung?"

(Nak, nenek berharap kamu sudah ngomong serius sama Ajeng, udah apa belum?)

"Sampun kok, wingi Hesa sampun ngomong serius sama Ajeng"

(Udah kok, kemarin Hesa udah ngomong serius sama. Ajeng)

Nenek tersenyum "gimana tanggepan nya? Ajeng yo setuju kan?" Mahesa tersenyum getir, tak tau harus menjawab apa.

"do'akan nenek selalu semoga bisa menemani cucu ganteng nenek ini sampai nanti, Nenek pengen lihat kamu bersama Ajeng sebelum nenek pergi, Hesa"

Lagi-lagi kalimat permohonan itu terucap dibibir nenek. Menegaskan Mahesa untuk segera mengambil langkah selagi neneknya masih sehat katanya.

Membuat hati Mahesa yang ngilu mendengarnya, setiap hari do'anya meminta agar orang yang paling dia sayang itu selalu sehat walafiat setiap harinya.

Hanya kekhawatiran orang tua pada cucunya, tubuh lansia nya tak bisa diprediksi kapan akan tumbang, neneknya Mahesa hanya ingin memastikan, bahwa cucunya tak akan sendirian disaat dirinya nanti akan dipanggil Yang Maha Kuasa suatu saat nanti.

Bingung mau menjawab apa, ditambah hatinya yang takut akan kata² yang seolah dirinya akan ditinggal pergi. Mahesa terdiam, menunduk dengan perasaan campur aduk.

"Mahesa udah ngomong serius kok sama Ajeng. Mahesa udah gede, ada Ajeng, Wildan sama Ibu juga nenek, Mahesa gak bakal sendirian. Nenek juga bakal selalu sehat" Ucap Ajeng yang sudah berdiri diambang pintu entah sejak kapan.

dirinya harus berbohong, padahal pembicaraan nya dengan Mahesa belum pernah serius sama sekali tentang mereka kedepannya.

Mendekat, dirinya juga ikut bersimpuh disamping Mahesa, menghadap neneknya "loh, katanya nenek bakal jadi yang pertama foto bareng pas aku sama Mahesa nikah?"

Nenek tertawa "loh iya ya, nenek bakal foto paling banyak nanti. Terus fotonya dicetak yang besar terus dipajang" Candaan Ajeng membuat suasana hati nenek kembali semangat, Ajeng juga tertawa.

"oh harus dong, pasti nenek keliatan cantik, nanti Ajeng request deh biar nenek di make-up juga yang paling cuantik, Iya kan Sa?" Ucap Ajeng sambil menoleh ke arah Mahesa yang justru malah menangis sambil mengangguki kata²nya

"Iyaa, pasti" Jawabnya.

[ STMJ ] Feat. Lee Heeseung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang