awal baru

1.3K 294 28
                                    

Ketika sebuah hubungan itu akhirnya menunjukkan sisi keseriusannya, tak menutup kemungkinan bahwa kebersamaan mereka akan menciptakan rasa canggung tersendiri.

Tak ada hal yang berlebihan sedari awal Ajeng juga Mahesa menjalin persahabatan sejak kecil. ditambah mereka yang setiap hari bertatap muka karena bertetangga. Jail, rukun, berdebat, atau kadang saling kesal.

Juga ada satu hal yang begitu mereka jaga selama ini, tak ada skinship lebih, kecuali geplakan Ajeng karena reflek, saat Mahesa menjahili nya.

Sejak dulu Ajeng lah yang menjadi saksi bagaimana Mahesa banyak disukai gadis sekolahnya. Berbanding terbalik dengan Mahesa yang menjadi saksi betapa asiknya Ajeng dengan dunianya sendiri.

tak ada masa pacaran yang gadis itu lakukan sejak dulu seperti anak muda pada umumnya, saat ada beberapa laki-laki mencoba mendekati, Ajeng dengan santainya menolak nya dengan cara halus.

Kata Ajeng Keep halal bestie, padahal Mahesa mikirnya kepala isinya oppa² Korea semua. Enggak deh, becanda. Ajeng emang tipe cewek yang tidak mau menjalin hubungan seperti itu.

Dan sekarang, saat hubungan mereka berubah menjadi keluarga dalam artian sah, keduanya harus menghadapi perubahan itu dengan perlahan-lahan.

"Jeng, banguun"

dengan mata yang masih terpejam, Ajeng tanpa peduli malah membungkus dirinya dengan selimut "kakak masih capek, pergi" Jawabnya.

tak kurang akal, pipi Ajeng diapit dengan satu tangan, lalu ditepuk² pelan "wil, sono ah" Saut Ajeng lagi masih merem.

"Bangun, mau subuhan jam berapa? Matahari udah mentereng lima menit lagi"

Ajeng masih diam, walaupun enggan membuka mata, tapi dirinya kini setengah sadar "biasanya Wildan kalau bangunin suaranya kaya make toa, ini tumben pelan banget" Pikirnya.

Membuka mata perlahan, Ajeng seketika melotot "ASTAGHFIRULLAH" Sentaknya, saat melihat wajah Mahesa yang berjarak beberapa inci dari wajahnya. Dirinya langsung duduk dan menyilangkan tangan didada.

"Astagfirullah aku gak niat buat ngelakuin pelecehan ya Jeng" Sahut Mahesa.

Ini mereka pada lupa udah nikah apa gimana? 😭

Ajeng menetralkan detak jantung nya terlebih dulu, diingatnya tadi malam dia pulang ke rumahnya, lalu tidur dikamarnya sendiri dengan tenang dan damai.

meninggalkan Mahesa malam itu yang hampir semalaman menemani Wildan juga Rifki yang ngotot ingin nginep di rumahnya, dan berujung Ajeng yang gak sanggup dan akhirnya pamit pulang ke rumahnya sendiri.

Tapi subuh ini Mahesa malah dengan setelan kaos juga sarung dan peci di kepala sudah membangunkannya.

"Tadi malem tidur disini?" Kata Ajeng masih dengan wajah shock, Mahesa berdecak "ya nggaklah orang kamu kunci dari dalem" Jawab Mahesa tak habis pikir.

"Nemu kunci serep kamarmu didepan, makanya bisa buka" Jawab Mahesa lagi saat Ajeng mau mengucapkan sesuatu, dan Ajeng hanya ber oh ria setelahnya.

Selama seminggu ini tak ada waktu untuk mereka bisa menjalani masa-masa bersama setelah akad. Disamping suasana berduka, Keduanya juga begitu sibuk saat satu persatu kerabat Mahesa datang, ada beberapa yang memilih stay beberapa hari karena jarak tempuh yang jauh, pun mereka juga menyadari jarangnya waktu berkumpul, dan saat semuanya bisa meluangkan waktunya, itupun karena adanya kabar duka.

Jadi untuk pagi ini, dengan Mahesa yang menjadi pemandangan pertama kali saat Ajeng bangun tidur, cukup membuat gadis itu shock bukan main.

_______

"KAAAK.... KAOS KAKI AKU KOK GAK ADA?"

tak mau kalah, Ajeng yang masih sibuk mencuci piring ikut berteriak "DI LEMARI"

Konsekuensi main adu panco waktu itu, saat yang kalah nyuci piring, nyatanya Ajeng juga yang lakuin "halah prett, Wildan kalo pagi abis subuhan ya balik tidur lagi, abis itu bangun² ngambil piring terus sarapan, baru mandi buat sekolah. Boro² inget nyuci piring segala" Batin Ajeng pasrah.

Bertahun-tahun bertetangga ataupun menjadi teman sejak kecil, Mahesa tak kaget lagi dengan itu semua. Dirinya sibuk mengecek kerjaannya selama ini yang ditinggalkan cuti.

"ADANYA SATU, SEBELAHNYA LAGI MANA?" teriak Wildan sekali lagi.

dengan greget Ajeng menyuci tangannya, menuju ke kamar adiknya itu. Wildan hanya mematung diam saat kakaknya menggeledah lemarinya, dan dengan mudah menemukan kaos kaki nya disana.

"Makanya kalo nyari itu diliat baik², ini apa?" Mendengar itu Wildan cuma mengangguki nya.

Ibunya Ajeng sendiri, pagi-pagi sibuk menyiram tanamannya setelah selesai masak buat sarapan. Tak ambil pusing dengan teriakan kedua anaknya  "perlu Hesa bantu gak Bu?" Mahesa keluar menghampiri Ibu disana.

"Masih ngambil cuti hari ini?" Mahesa mengangguk "hari terakhir, besok balik masuk lagi. Rencana mau ngurus berkas nikah kemaren yang belum lengkap Bu" Jawabnya, lalu tanpa disuruh lagi Mahesa mencabuti rumput liar, yang tumbuh di sela-sela tanaman bunga mawar merah muda kesayangan Ibu.

bayangan sepi yang sebelumnya selalu menyelimuti hati Mahesa nyatanya tak seperti espektasi nya. Nenek masih ada dihati juga ingatannya walaupun raganya kini tak lagi ada bersamanya.

layaknya hangatnya mentari pagi ini yang menyorot terang, kasih sayang ibunya Ajeng dengan Mahesa sendiri tak ada bedanya dengan anak-anak nya sendiri. Rasanya sama hangatnya.

"Kalau masih capek, istirahat dulu" Ibu melirik Mahesa "dikamarnya Ajeng aja, rumah kamu masih berantakan kayaknya" Sahut Ibu lagi, membuat Mahesa tersipu.

Ajeng juga ikut menghampiri setelah selesai dengan tugasnya, masih lengkap mengenakan setelan baju tidur lengan panjang dengan hijab disampirkan sembarangan, Ajeng malah menguap sambil berjongkok tak jauh dari ibunya juga Mahesa.

"Ajeng ih" Tutur ibu, heran melihat anak perempuannya sendiri.

"Kalian ngurus berkasnya berdua kan? kalau gitu kalian sarapan dulu lalu siap², lebih cepat lebih baik. Dateng tak lama setelah kantornya buka, kalau kelamaan ntar ngantri lama" Saran Ibu. Mahesa mengangguk "gitu ya, yaudah Bu, Hesa kedalem dulu" Pamitnya lalu menggiring Ajeng juga buat masuk.

"Emang udah tau, disuruh bawa dokumen apa aja?" Tanya Ajeng setelah mereka didalam "He'em, udah aku siapin juga. Tinggal berangkat aja, cepet mandi" Jawab Mahesa.

Ajeng cuma mengangguk, lalu berniat masuk kamarnya untuk mengambil handuk, tapi reflek kaget saat Mahesa lebih dulu nyelonong masuk ke kamarnya.

Kaget guys :')

"Lah, kirain udah mandi" Todong Ajeng, melihat penampilan Mahesa yang udah fresh, nyatanya belum mandi.

Mengambil handuknya Ajeng sembarangan, jujur Mahesa belum terbiasa sama sekali, nyelonong masuk kamarnya Ajeng juga baru kali ini. Lalu Mahesa menyampirkan handuknya dipundak, berjalan menuju kamar mandi, diikuti Ajeng dibelakangnya.

"belom lah, buru mandi dulu sana" Perintahnya. Ajeng masih mematung diam, dan dipandang Mahesa disana sambil menaikkan sebelah alisnya dan tersenyum simpul "apa mau bareng?" Celetuk Mahesa lagi dengan entengnya.

Ajeng melotot saking tak terduga nya mendengar omongan Mahesa "GAK GITU JUGA YA SA, MANDI SENDIRI SONO" Ajeng mencak-mencak mendorong Mahesa masuk kamar mandi, lalu pintunya dibanting sampai menciptakan debuman keras.

Ajeng ngedumel keluar rumah, sedangkan Mahesa cekikikan dikamar mandi.

[ STMJ ] Feat. Lee Heeseung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang