Suara tawa Wildan saat kembali bercanda bersama Rifki menggema ke seluruh ruangan. Dengan gemasnya anak itu meminta maaf ke Wildan dengan membawakan satu pack permen yupi kesukaannya. Padahal dirinya ikut jatuh juga, tapi sadar mereka terjatuh itu karena ulahnya yang tak bisa diam saat dibonceng, dan Rifki begitu menyesal dan khawatir dengan keadaan Wildan
Ibu yang saat itu tengah memasak di dapur sedikit cemas dengan Ajeng, pamitnya untuk beli obat ke apotek malah gak balik-balik, begitu juga dengan Mahesa, saat ibu menyempatkan melihat kedepan, rumah Mahesa masih tertutup rapat
mendengar handphone nya berbunyi, dengan langkah agak terburu Ibu mengambil handphone nya dikamar, dan mengangkat panggilan itu. Begitu terkejutnya dengan kabar yang ia dengar, Ibu hampir kehilangan keseimbangannya untuk berdiri
________
Hening, seolah berada pada titik terendah dalam hidupnya kembali terulang dengan begitu cepat, dalam hati Mahesa sibuk meminta, meminta hal baik kepada Yang Maha Kuasa untuk segera membawa Ajeng dalam kesadaran, menyembuhkan nya tanpa harus melewati rasa sakit yang begitu memilukan
Kening Ajeng membiru, lebam karena terbentur begitu kencang. Lengan kirinya diperban sampai batas siku dan diberi alat bantu agar tak bergeser dahulu karena patah, luka yang hampir merata di sekujur tubuh membuat siapapun pasti ngilu saat melihatnya
Hijab yang biasa Ajeng kenakan kini dilepas, memperlihatkan rambutnya yang tak begitu panjang juga pendek tergerai begitu saja. Tapi dibagian belakang kepala sebelah kiri rambutnya terpaksa dipangkas dan dicukur sebagian agar memudahkan dokter memasang jahitan disana.
Beberapa luka yang masih basah dikaki, sengaja Mahesa tak menutup nya dengan selimut, agar tak terasa semakin perih jika Ajeng tersadar. Bahkan kakinya juga bengkak sebelah. Melihat itu membuat hati Mahesa hancur, "Ya Allah jangan beri dia rasa sakit yang begitu berat, jika bisa biar aku aja yang menanggung semua lukanya" Gumamnya begitu pilu
Setengah nyawanya seakan ikut hilang saat melihat tubuh Ajeng tergeletak sore tadi, dengan darah yang merembes sampai membuat hijab Ajeng berwarna merah semua. Mahesa berteriak seperti orang kesetanan ditempat kejadian, menghentikan kendaraan yang lewat dengan begitu nekat untuk bisa membawa Ajeng kerumah sakit secepatnya. dan mendekap tubuh Ajeng dengan untaian do'a, agar orang yang dicintainya itu baik-baik saja
Ibu bahkan hampir tak sadarkan diri saat sampai dirumah sakit, melihat anaknya dengan keadaan begitu memilukan. Ibu yang mencoba tegar, justru dibuat hampir runtuh lagi saat mendengar tangisan Wildan.
Dengan tertatih Wildan mencoba bangkit untuk masuk keruangan agar bisa mendekap kakaknya, kakinya yang masih diperban dan juga badannya yang agak lemas setelah mendonorkan darah untuk kakaknya, Wildan yang berjalan dengan tongkat karena kakinya masih belum pulih jadi kelimpungan sendiri, dan akhirnya dihentikan ibunya.
"Bu, kak Ajeng pasti kesakitan" Adunya ke Ibu
Dokter kembali datang keruangan, memeriksa keadaan Ajeng untuk ke sekian kali. dokter utama yang menangani Ajeng dan diikuti putri dibelakangnya, dokter sekaligus teman yang sempat mengutarakan rasanya pada Mahesa beberapa waktu lalu
Mencoba se profesional mungkin, putri ikut memeriksa bagaimana keadaan Ajeng disana. Mahesa otomatis menepi ketika dokter menjalankan tugasnya. Menjelaskan beberapa hal, mereka hanya menunggu Ajeng sadar baru bisa memastikan apa yang terjadi selanjutnya.
Melihat Mahesa seperti orang yang tak punya semangat hidup lagi, putri rasanya juga ikut hampa, apalagi saat dirinya melihat kondisi Ajeng dengan lukanya. Ingin sekali putri mengucapkan beribu-ribu kata maafnya ke Ajeng, orang baik seperti Ajeng kenapa dengan kejamnya dirinya hina saat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ STMJ ] Feat. Lee Heeseung ✔
General Fiction[LENGKAP] Jomblo itu pilihan, Pura-pura punya pacar itu pencitraan, pacaran beneran hukumnya haram. Tapi, kalau dijodohin mendadak gini bikin jantungan. _Ajeng Ayu Lestari_ ☘ Jodoh udah ada yang ngatur, bukan cuma cantik buat dijadiin tolok ukur...