pilihan hati

1K 281 38
                                    

Melihat seseorang yang kemarin sore seperti orang linglung, dan sekarang kembali normal seperti sebelumnya, tersenyum dengan tatapan hangat, membuat Ajeng lega.

Dirinya berdiri, melihat Mahesa dengan telaten menyuapi neneknya dengan senyuman mengembang.

"Aduh nenek udah kenyang Hesa"

"Ini tinggal dikit lagi abis nek, satu kali lagi ya" Nenek menurut, membuka mulutnya lalu mengunyah buburnya pelan.

Ajeng ikut bersorak bersama Mahesa saat nenek berhasil menghabiskan makanannya, sebuah hal sederhana untuk membangun suasana hangat.

"Permisi"

Suara langkah kaki mendekat, dengan pintu ruangan yang berisi beberapa pasien itu terbuka, menampakkan sosok cantik dengan balutan jas putih dengan alat stetoskop dileher nya.

Masih ingat dengan sosok putri?, yang Mahesa antar pulang sore itu, melupakan janjinya pada Ajeng sebelumnya.

Putri adalah salah satu dokter yang baru resmi bertugas dirumah sakit tempat neneknya Mahesa dirawat sekarang. Tersenyum sopan, putri menyapa semua yang di ruangan itu dengan ramah.

Mahesa serta Ajeng otomatis menepi, membiarkan putri menjalankan tugasnya, memeriksa nenek dengan sesekali bertanya.

"Waah, nenek keadaannya udah semakin membaik. Pasti nenek juga akan cepat sembuh" Ucap nya begitu ramah.

"Terimakasih, ibu dokter temannya Mahesa waktu sekolah kan?" Putri mengangguk "nenek masih ingat?"

Dalam hati Ajeng merutuk "siapa juga yang gak inget, dulu aja sering ngintilin Hesa kemana-mana. Sekarang dia masih suka gak ya sama Mahesa?" batinnya

Ajeng keluar ruangan, membiarkan Mahesa berbicara dengan putri didalam. Menoleh ke percakapan mereka dibalik pintu terbuka, Ajeng mendadak sendu.

Dirinya duduk dikursi tunggu, angan nya terbayang ucapan Mahesa kemarin malam. Memberinya kalung cantik sebagai tanda pinangan.

Dari perhatian Mahesa yang bahkan rela menjadi petugas PLN dadakan, sampai Mahesa yang ini itu sejak dulu selalu ada untuknya membuat Ajeng begitu bersyukur ada Mahesa dihidupnya.

melihat kedekatan putri dengan Mahesa barusan, membuat Ajeng agak minder. Mahesa itu hampir bisa segalanya, sosok laki-laki yang menata hidup nya dengan baik, pekerja keras, juga Mahesa yang begitu menyayangi keluarga nya, tapi Ajeng percaya penuh dengan Mahesa. hatinya dengan mantap memilih sahabat dari kecilnya itu untuk menjadi imamnya nanti.

Ditengah lamunannya putri datang, berdiri di sampingnya "Jeng, bisa ikut gue gak sebentar" Ajaknya.

_____

Mereka duduk dikursi taman rumah sakit, menikmati angin pagi itu dengan pikiran masing-masing.

"Kenapa?"

Putri berdehem sebelum akhirnya menjawab "Jeng, sebagai orang yang deket sama Mahesa, lo tau gak siapa orang yang dia suka sekarang?" Putri tersenyum canggung.

"Maksud gue, barangkali Mahesa lagi deket sama siapa gitu?"

Dalam hati Ajeng sudah menduga, pasti ini semua ada kaitannya dengan Mahesa "tanya aja sendiri, gue gak tau" Jawab Ajeng tak acuh.

"Jeng, please lah bantuin gue buat deket sama Mahesa ya?, lo tau kan kalau gue udah naksir sama dia dari jaman SMA"

Ajeng terkekeh pelan "gue kira selama ini usaha lo buat deketin Mahesa udah gencer banget Put, masa lo gak tau dia deket sama siapa?"

Putri mendadak sangsi "deketnya sama lo" Jawabnya tiba-tiba berubah ketus, Ajeng menoleh "lah kan gue sama dia udah sahabatan dari lama"

"Itu kalau lo nya sadar diri, siapa tau lo juga menaruh rasa ke dia juga, kan gak ada yang tau"

"Mahesa tuh sosok yang emang perfect buat dijadiin pasangan, harusnya Mahesa dapetin pendamping yang setara juga sama dia, perempuan yang tangguh dan pekerja keras juga, punya karir bagus dan kehidupan yang emang bener² jelas"

Putri menatap Ajeng dengan senyuman yang justru seperti ekpresi mengejek.

"Mahesa juga butuh mikirin dunianya sendiri Jeng, jangan lo halangin kalo ada seseorang yang coba deket sama dia. Harusnya lo ngerti itu. Dan satu lagi, Mahesa harusnya memilih dan punya seseorang di sampingnya yang sepadan sama dia, seperti gue. Jadi keliatannya gak kebanting sebelah"

Ajeng mengepal, jika saja dia tak sadar diri bahwa ini dirumah sakit, Ajeng pasti akan menjejalkan sendal ke mulutnya putri.

Ajeng menarik nafas kasar, mencoba menahan emosinya "kalau lo suka sama Mahesa ya lo tunjukin, lo usaha, buktiin sama dia kalau lo pantes buat dia, gak guna lo maki² gue kayak gini. kadang orang yang berpendidikan tinggi belum tentu pikirannya juga ikut maju"

Ajeng kini menatap putri dengan nanar "lo tau Put, Mahesa gak bakal mungkin mau ngelirik cewek yang attitudenya jelek. secantik apapun cewek itu, Mahesa masih bisa bedain mana yang tulus dan mana yang emang obsesi"

"Mahesa udah ngelamar gue, jadi lo jangan coba ngerusak hubungan orang" Lanjut Ajeng, membuat ekspresi putri seperti tak percaya.

Ajeng bangkit dengan amarah yang membuncah, meninggalkan Putri yang masih duduk dengan hati dongkol setengah mati.

Ajeng sempat menoleh saat langkah nya berpapasan dengan Mahesa yang berdiri didekat taman itu, tanpa berhenti Ajeng terus berjalan. Hatinya terlanjur sakit mendengar ucapan putri, mengabaikan Mahesa yang menatapnya diam.

[ STMJ ] Feat. Lee Heeseung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang