Pagi yang cerah, secerah senyuman Mahesa disana yang sedang sibuk mengelap body motornya. agaknya menjadi mandiri itu sudah melekat di diri Mahesa sejak masih remaja.
Menghampiri Mahesa yang masih sibuk dengan kegiatannya itu, Ajeng sesekali tersenyum ramah saat tetangganya lewat lalu lalang disana, ada bapak² yang lagi mau ke sawah, ada juga yang kerja mengenakan seragam, seperti pegawai negeri, dan tentunya ibu² yang entah lagi mau belanja kepasar ataupun mengantar anaknya kesekolah
Kabar bahwa mereka menikah kala itu, sudah pasti bakal cepat menyebar ke seluruh lingkungan disana, tak perlu repot² memberi tahu, tetangga sudah otomatis membicarakan mereka dengan sendirinya
Sosok Mahesa sendiri disana dikenal dengan pribadi yang ramah dan tak sungkan berbaur dengan warga, membuat ibu-ibu ataupun bapak-bapak disana senang dengannya, selain mengucapkan bela sungkawa atas kabar duka saat itu, setelahnya mereka mengucapkan ucapan selamat untuk Ajeng juga Mahesa
"Pagi mas Mahesa, mbak Ajeng" Sapa salah satu ibu² yang membawa tas, sudah pasti mau pergi ke pasar
Mahesa tersenyum ramah "pagi juga bu Wati, mau belanja ya?" Jawabnya, ibu tadi terkekeh "iya, monggo mas" Pamitnya kemudian
Baru setelah itu Mahesa melirik kesamping, Ajeng berdiri disana "hari ini berangkat kerja kan?" Mahesa mengangguk "Iya, hari ini masuk kerja lagi" Jawabnya. Total sepuluh hari sudah Mahesa cuti
"Udah tak siapin bajunya, ngeliat dari penampilan kamu pas berangkat kerja, kayaknya sih setelan nya udah bener" Ucap Ajeng agak ragu, dan malah membuat Mahesa terkekeh, agak cringe mungkin, Ajeng yang biasanya grusak-grusuk sekarang keliatan kikuk
Dan didepan sana ada Wildan yang duduk di teras rumahnya, lengkap dengan seragam abu-abu walaupun masih kaosan karena baju seragamnya belum dipakai, duduk dengan kaki satu diangkat keatas kursi sambil menyangga piring, sedang asik sarapan sambil melihat pemandangan di depannya, yakni rumah Mahesa lengkap dengan orang-orang nya.
Biasanya setiap pagi selalu diwarnai aksi rusuh kedua kakak-adik itu saat rebutan kamar mandi, atau saat Wildan kesulitan menemukan barangnya dan berteriak ke kakaknya dari dalam kamar. tapi pagi ini Wildan kalem, hanya ada ibu di rumahnya, sepi juga ya gak ada kak Ajeng ternyata. Pikirnya
Ibu itu penyabar, dan Wildan akan begitu mudah ketika ada ibu, tanpa teriak², tanpa debat, ataupun tanpa banyak protes, Wildan akan seperti putra mahkota kalau sama ibu. Beda lagi jika Wildan sama Ajeng, minimal kakaknya akan dibuat uring-uringan dulu baru Wildan akan puas, Ajeng yang crewet kata Wildan. walaupun begitu satu pagi ini tanpa kakaknya, Wildan nyatanya juga merasa sepi, dan untung rumah suami kakaknya itu depan rumah nya sendiri, jadi Wildan tak akan kesulitan menemui mereka
Kembali dengan Mahesa dengan Ajeng, setelah Mahesa masuk kedalam untuk mempersiapkan diri mulai masuk kerja, sedangkan Ajeng lanjut menyapu halaman. soal kerja di butik, karena saat itu dirinya ijin, dan butik lagi rame-ramenya, bosnya mencari pengganti, menemani Rahma disana untuk bekerja, dan saat semua urusan Ajeng sudah selesai, tak enak hati jika pegawai baru itu harus berhenti begitu saja, tiga karyawan itu kebanyakan kata bosnya, dan alhasil Ajeng lah yang mengundurkan diri dari sana
Melihat kedepan, Ajeng mengawasi adiknya yang tengah sarapan. dan dengan senyum miring ala Wildan, senyum yang malah wajahnya keliatan julit, membuat Ajeng menggeleng tak habis pikir
Wildan selesai dengan sarapannya, masih menyisakan nasi di piringnya, Wildan menghampiri kandang Suketi, ayam peliharaan nya. ayam yang sudah Wildan rawat seperti anak sendiri, hasil dirinya beli didepan SD waktu itu, ayam warna warni yang lucu-lucu . Wildan belinya lima waktu itu, tapi yang berhasil bertahan hidup cuma satu, dan Wildan begitu bangga bisa membesarkan nya.
"Jatah sarapan mu Kat" Katanya, sambil menaruh sisa nasi sarapannya ke wadah pakan ayamnya. namanya Suketi dipanggilnya Katty, keren banget kata Wildan
_______
Dengan setelan kemeja rapih, Mahesa keluar dengan bau parfum yang wangi, namun tak berlebihan juga. Menghampiri Ajeng yang masih diteras, Ajeng sendiri masih kucel belum mandi.
"Kita jejeran gini, orang bakal salah paham gak ya" Kata Ajeng, Mahesa mengernyit "kok salah paham, emang kenapa?" Sautnya, Ajeng memperhatikan penampilan Mahesa dan dirinya sendiri "ya Allah kusut banget, kayak majikan sama asisten rumah tangga nya" Ucap Ajeng dengan ekspresi memelas, persis orang kena musibah, membuat Mahesa tertawa
"Tapi kata nenek dulu, kucel² gini, aku cantik kok Sa" Saut Ajeng lagi dengan pd-nya, Mahesa semakin terbahak-bahak. Ajeng menggeleng melihat Mahesa "gausah di guyu, kucel² gini juga kamu jadiin istri" Skakmat, Mahesa menutup rapat mulutnya, masih menahan tawa
"harusnya kamu puji juga Sa, biar nenek waktu itu gak keliatan bohong nya. Aku ayu gak?"
Mahesa menatap nya "Ayu, persis koyo jenengmu, Ajeng Ayu Lestari" Jawabnya
(Cantik, Persis seperti namamu, Ajeng Ayu Lestari)
"KAK AJEEENG" teriak Wildan disana, lengkap dengan seragam sekolah, Wildan menghampiri kakaknya "tambahin uang saku kak" Ucapnya memelas, lalu Ajeng merogoh sakunya, mengulurkannya ke Wildan "ya Allah cuma dua ribu masa" Keluh nya
Ajeng greget "lah, minta tambah itu kudu nerima, dikasihnya dua ribu ya gausah protes. Gausah top up game ya Wil, awas aja" Wanti Ajeng, Wildan dulu sering ngabisin uang sakunya buat top up game online, dan itu bikin Ajeng ngamuk
Wildan merengut "wes blass gak pernah top up neh aku kak, wong sangu ku kanggo iuran kelas kok, suudzon teruss" Gerutunya lengkap dengan bahasa Jawa
(Udah sama sekali gapernah top up lagi aku kak, orang uang saku nya buat iuran kelas kok, suudzon teruss)
Mahesa terkekeh, mengambil dompet nya dari saku, mengambil uang disana "nih, buat beli yang perlu aja, jangan dibuat aneh²" Katanya, sambil mengulurkan uang pecahan dua puluh ribu
dengan senang hati Wildan nemplok ke Mahesa, wajahnya cerah seketika "makasih Mas" Katanya, biasanya Wildan uang sakunya lima belas ribu, ketambahan kakaknya dua ribu, ketambahan mas Hesa nya dua puluh ribu, rejeki nomplok ya Wil.
Setelah itu Wildan pamit ke sekolah, salaman dengan kakak juga Masnya, Wildan senyum² mau mengambil motornya dulu
"Samlekom" Ucapnya
"HEH" tegur Ajeng
"ASSALAMU'ALAIKUM" balas Wildan ngegas.
"Waalaikum salam" Setelah melihat Wildan berangkat sekolah dengan senyuman lebar, Mahesa kembali melirik Ajeng. Sama halnya dengan apa yang Mahesa lakukan, Ajeng ikut mencuri pandang saat Mahesa menatapnya
Mahesa sengaja tak begitu menata rapi rambutnya, membuat Ajeng akhirnya sadar dan bergerak maju mendekat kearahnya "nunduk coba" Perintahnya ke Mahesa
Tinggi Mahesa yang kayak tiang, kontras dengan Ajeng yang sebatas pundak, dengan segala kegugupan Mahesa akhirnya mensejajarkan kepalanya sewajahnya Ajeng. Dan dengan telaten tangan Ajeng merapikan rambut Mahesa disana
"Hesa"
"Hmm" Jawab Mahesa masih masih memperhatikan wajah Ajeng didepannya
"Eh salah deng, harusnya manggilnya tuh Suamiku" Ucap Ajeng sekali lagi
Bahu Mahesa bergetar, mulutnya menutup rapat menahan tawa. Ajeng yang tadinya fokus memperhatikan rambut Mahesa kini menatap matanya dengan seksama. Keduanya langsung reflek sama-sama tertawa terbahak-bahak
"Ih gelii"
_____
Begitulah pren kalau nikah sama sahabat sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ STMJ ] Feat. Lee Heeseung ✔
General Fiction[LENGKAP] Jomblo itu pilihan, Pura-pura punya pacar itu pencitraan, pacaran beneran hukumnya haram. Tapi, kalau dijodohin mendadak gini bikin jantungan. _Ajeng Ayu Lestari_ ☘ Jodoh udah ada yang ngatur, bukan cuma cantik buat dijadiin tolok ukur...