pendapat sohib

1.4K 287 27
                                    

Jaya, Hesa, Hanan, Jaka. Kini keempatnya tengah berkumpul di sebuah cafe milik Hanan, memang benar Hanan memiliki sebuah cafe sendiri, walaupun tak terlalu besar pemuda itu berhasil mewujudkan mimpinya

Jaya beserta Mahesa yang juga sudah free dari kerjaannya, begitu juga dengan Jaka yang sudah pasti punya waktu luang malam ini, dirinya tak begitu sibuk untuk menyusun materi, ataupun menyiapkan soal untuk para murid²nya

Sengklek² begitu Jaka itu seorang guru, guru di salah satu Sekolah Dasar yang ada disana

"Sibuk banget, apa gak encok pinggang lo Nan, wara-wiri dari tadi?"

Yang ditanya terkekeh "gak lah, udah biasa. Kalian duduk ae disitu, gue bawain minumannya bentar lagi"

Jaya tersenyum "okelah" Ketiganya duduk sembari menunggu, tak lama Hanan membawa nampan berisi empat cangkir yang isinya disesuaikan dengan kesukaan masing-masing

Sekedar berkumpul bersama disela-sela kesibukan masing² memang another level of perjuangan banget kata mereka

"Gimana hubungan lo sama Rani, Nan?"

Mahesa membuka perbincangan setelah beberapa saat hening, bukannya mau ikut campur atau bagaimana, mereka hanya ingin peduli satu sama lain

"Gue udah gatau lagi harus gimana buat nyelametin hubungan gue sama Rani " Kata Hanan sambil menyandarkan punggungnya dikursi

"Si Rani sendiri serius gak sama lo?" Tanya Jaka setelahnya

"Gue capek banget, seolah gue sendiri yang berjuang disini. Kalo dia ga ngasih gue kepastian, gue bakal mundur secepetnya. Nerusin hubungan yang gajelas menurut gue malah jadi toxic"

Hanan memang tipe pria tegas, soal percintaannya sendiri dia tidak akan main-main lagi. Menurutnya, hubungan itu harus saling memahami satu sama lain. Sudah terhitung tiga bulan Hanan sedang masa pendekatan dengan seorang gadis namanya Rani, tapi gadis itu juga tak pernah memberitahunya langsung bagaimana perasaannya selama ini terhadap Hanan

Lelaki itu hanya butuh kepastian, apakah perasaannya terbalas atau tidak. Hanan tidak main-main dengan tekadnya, kalaupun Rani juga mempunyai perasaan yang sama, InsyaAllah secepatnya dia akan langsung menjadikannya seorang calon istri, tanpa harus melewat masa pacaran terlebih dahulu.

"Coba dulu lo kasih kesempatan kedua, jangan dulu gegabah ngambil keputusan" Ucap Jaya yang sejak tadi diam menyimak

Dibalas anggukan dari Hanan "iya, makasih sarannya, lega juga hati gue jadinya"

"Mudah-mudahan aja dapet jalan terbaiknya deh, Aamiin" Mahesa menyahut

"Aamiin. tapi hubungan lo sendiri aja masih kayak lilin Sa, Hesa"

"Remeng-remeng kayak mati lampu"

Pecah sudah tawa mereka, kecuali Mahesa. Ucapan Jaka memang ada benarnya, berkedok dijodohkan neneknya sama Ajeng, nyatanya belum ada omongan serius antar keduanya

Kecuali fakta bahwa ibunya Ajeng pun ikut merestui, tapi selain itu belum ada kepastian lagi menganai langkah selanjutnya.

Mahesa tak hanya setuju semata-mata hanya karena dijodohkan, karena hatinya sebenarnya juga sudah memilih Ajeng, perihal omongannya ke Ajeng untuk sama-sama bersama sampai menua, nyatanya tak membuat perubahan sikap dari Ajeng, Mahesa menyimpulkan Ajeng menganggapnya bercanda

Padahal kenyataannya, Ajeng menunggu kata-kata itu diucapkan secara resmi oleh Mahesa

Jika rasa cinta Itu belum Ajeng pahami, tapi Ajeng sendiri pada dasarnya tak akan pernah menyesal ataupun merugi jika yang bersamanya nanti adalah Mahesa Ardina Putra

"Gue udah berjuang kok, cuman Ajeng aja yang nganggepnya kurang serius" Bela Mahesa pada dirinya sendiri

"Chattan doang lo kata berjuang, inget Sa, bandung bondowoso aja udah bangun seribu candi masih ditolak" Damprat Jaya

"BUSET, PEDES BANGET BORR...." Teriak Jaka heboh, lalu setelah itu dirinya hanya mengelus lengannya setelah ditabok Jaya agak keras. Pengunjung cafe kan jadi nengok semua

"Lo sendiri gimana woey....?" Jaya menoyor Jaka dari belakang

makin konslet Jay, itu anak kepalanya lo olengin. Mana Jaka itu guru lagi

"Mbak Via mau gak ya berondong kayak gue?"

Jaka ini Vyanisty sejati katanya, alias fansnya via vallen

Jaka menerawang menatap langit-langit, lalu menatap pandangan mata temannya satu persatu, dalam hati Jaya ingin sekali memaki, namun ia sadar, berkata kasar cuma akan membuatnya menumpuk dosa

"Istighfar Jay, nanti malem kita yasinan dirumahnya Jaka bawa ustadz Arifin buat nge ruqiyah dia"

Mahesa menepuk-nepuk pundak Jaya untuk menguatkan agar tidak pecah emosinya, Hanan menahan tawa. Sedangkan Jaka masih nge-bug berandai-andai.






Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[ STMJ ] Feat. Lee Heeseung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang