Suara Rifki menggelegar sore itu, disusul suara tawa Wildan tak kalah nyaring. Ajeng yang kebetulan keluar rumah langsung disambut aduan Rifki padanya
"Kenapa cemberut gitu, daritadi menggerutu terus?" Rifki pasang muka dongkol, "digangguin sama setan" Katanya, yang langsung dapat jitakan sedap dari Wildan
"Emang kok, mas Zain malak itu kayak setan" Saut Rifki sekali lagi, Ajeng berpikir, siapa Zain malak?. Wildan yang tadinya diem kini ketawa lagi "mas Zain namanya bagus tau, Zainal Ramadhan malah diganti"
"Mas Zain kesini kak, orangnya lagi numpang dikamar mandi sih, nanti kesini kok" Lanjut Wildan menjelaskan. Ajeng ikut sumringah "loh baru dateng? Apa udah dari tadi? Suruh kesini aja" Antusiasnya
Sosok yang dibicarakan tiba juga akhirnya, dengan setelah kemeja flanel casual. Anak laki-laki yang tengah menduduki bangku perkuliahan itu tampak tersenyum ke arah Ajeng, matanya sampai menyipit, senyuman yang begitu tulus walaupun tatapannya Ajeng tau, Zain terlihat membendung sesuatu
"Assalamu'alaikum Kak"
"Waalaikumsalam" Jawab Ajeng
Keempatnya duduk diruang tengah rumah Mahesa, Ajeng terus tersenyum sumringah saat melihat Zain didepannya, walaupun tatapan Zain menelisik sendu saat melihat Ajeng "kak, kakak udah sehat?" Tanyanya
Kain yang menopang lengan Ajeng yang patah udah dilepas, luka dibeberapa bagian wajahnya juga perlahan mulai memudar "alhamdulillah, udah sembuh kok"
"Maaf kak, Ayah emang jahat banget selama ini sama mas Hesa, dan aku sendiri gak nyangka kalau Ayah bakal tega berbuat begitu ke kak Ajeng juga, aku tau pasti perbuatan Ayah sulit dimaafkan, aku malu sama kalian semua"
Wildan langsung menyuruh Rifki ke luar "Ki, beli cilok gih diluar, nih uangnya" Kata Wildan, lalu Rifki dengan semangat pamit undur diri untuk gass beli cilok. Maksud Wildan agar Rifki sebaiknya tak ikut mendengarkan permasalahan ini.
"Kakak udah gak papa kok, mas Hesa juga udah menempuh jalur damai sama pak Le' kan" Kata Ajeng, disini yang begitu sakit hati dengan kejadian itu adalah Wildan. Kakaknya sampai luka parah karena Ayah nya Zain
"Harusnya Ayah dipenjara" Zain menunduk, sungguh dia sebagai anak juga ikut malu atas perbuatan ayahnya, bukannya dia mau jadi anak durhaka bilang seperti itu, tapi jika faktanya ayahnya memang salah, harusnya dapat ganjarannya. Tapi sekali lagi, Hatinya Mahesa itu lapang, Ajeng pun juga belajar banyak dari Mahesa, bahwa hati masih bisa sabar
"Kamu buktiin sama mas Hesa, jadi anak yang baik, tangguh. Kakak gak tau sedalam apa lukanya Mas Hesa selama ini. Tapi dia selalu mikirin keluarga nya, apalagi kamu Zain, sama adikmu" Tutur Ajeng
Zain mengambil sesuatu dari saku celananya "maaf kak, aku telat buat ngunjungin kak Ajeng kesini" Tuturnya sambil menyerahkan amplop yang Ajeng yakin itu berisi uang "ini emang gak seberapa, tapi insyaallah cukup kalau buat nebus obat"
"Zain" Dengan berucap begitu saja, kepala Zain mendongak menatap Ajeng, senyum kecil yang sebelumnya Zain ragu untuk ia tunjukkan langsung luntur begitu saja, saat Ajeng menatapnya nanar "Simpan balik, kakak udah sembuh" Kata Ajeng tegas
"Jangan terus ngerasa bersalah, ini semua bukan salahmu, Zain. Simpen baik-baik uangnya, ditabung buat kuliah" Padahal uang yang Zain berikan itu adalah hasil jeri payahnya selama ini, kuliah sambil nyambi kerjaan partime.
"Kamu kesini orang tuamu tau?" Zain menggeleng, "baru sampai kak, tasku aku titipin ke temen, nanti baru pulang kerumah. Mumpung ada libur aku langsung ke tempat mas Hesa"
Wildan membelalak agak terkejut "mas Zain gak bilang dulu kalau mau pulang? Wah buset" Katanya, yang langsung dapat kekehan dari Zain "oyyy udah gede aja ini cimol" Kata Zain yang langsung ngerangkul Wildan
KAMU SEDANG MEMBACA
[ STMJ ] Feat. Lee Heeseung ✔
Ficción General[LENGKAP] Jomblo itu pilihan, Pura-pura punya pacar itu pencitraan, pacaran beneran hukumnya haram. Tapi, kalau dijodohin mendadak gini bikin jantungan. _Ajeng Ayu Lestari_ ☘ Jodoh udah ada yang ngatur, bukan cuma cantik buat dijadiin tolok ukur...