penyesalan

1K 202 42
                                    

Ada hal yang sebenarnya begitu sederhana tapi begitu berharga. Sebuah kehangatan keluarga yang harmonis. Hal itulah yang sekiranya ingin Zain wujudkan selama ini.

Kepergian sang nenek pun menjadi sebuah penyesalan tersendiri bagi dirinya, saat itu Zain benar² dikekang dengan kegiatan kuliah. Jangankan ayahnya yang sekedar untuk memberi tahu, Zain sama sekali tak mendengar kabar apapun dari orang tuanya

Sampai sehari selepas wafatnya nenek saat itu, Mahesa yang memang hati juga pikirannya dibuat kalang kabut, baru bisa menelepon. Saat Mahesa pikir Pak Le' pasti memberitahu Zain, nyatanya belum

Ada kesempatan libur akhir pekan walaupun satu hari, Zain nekat pulang tanpa mengabari terlebih dahulu. Menyusul untuk ngelayat nenek, mengajak Mahesa berziarah ke makam yang masih basah itu dengan tangis pilu.

Sudah sedari dirinya duduk dibangku sekolah menengah pertama, Zain selalu bertentangan dengan ayahnya sendiri mengenai pandangan nya terhadap keluarga. Bersikukuh membela Mahesa disegala situasi saat ayahnya begitu membenci mas sepupunya itu

Sampai akhirnya dibangku kuliah ini, Zain diantarkan jauh² sampai ke luar kota untuk kuliah, padahal Zain memilih universitas yang masih dekat dengan domisili nya.

Dan saat Zain tau bahwa Ayahnya bahkan dengan tega melakukan perbuatan keji ke Ajeng yang statusnya istrinya Mahesa, Zain bahkan berniat tak mau pulang kerumah, sampai ibunya memohon menangisi dirinya agar mau kembali

Selesai pada kegiatannya sehabis sholat taraweh berjamaah dimasjid setempat, suasana malam Ramadhan yang biasanya selalu ramai akan canda tawa ditahun sebelumnya kini lenyap

Walaupun langit cerah dengan gemerlap bintang membentang dimana-mana, tapi hatinya sepi. Dulu dirinya selalu berjalan beriringan dengan Mahesa, Wildan, dan juga anak kecil yang selalu ia jahili yaitu Rifki. Karena dirinya akan memilih untuk menjalankan ibadah malam Ramadhan bersama mereka, menginap dirumah nenek dengan suka cita

"Ya Allah lapangkan kubur nenek, dan berilah keluarga ku jalan damai" Gumamnya pelan, berdoa sambil menundukkan kepala sembari menuju jalan pulang

Suara gaduh terdengar saat Zain menginjakkan kaki diambang pintu. Suara tangis adiknya yang masih berumur 7 tahun juga turut terdengar. Dengan gugup Zain berlari menghampiri

Ibunya ter gopoh-gopoh sibuk mengemas pakaian "Ibu, kenapa bu? Ini ada apa?"

Adiknya semakin menjerit histeris karena sejak tadi menangis tapi tak ada yang memenangkan nya. Dengan tergesa Zain segera mendekap adiknya dalam kekalutan

"AYO PERGI, KITA KELUAR DARI RUMAH INI. IBU GAK SUDI LAGI HIDUP DENGAN AYAHMU"

Hati Zain mencelos, menutup telinga adiknya rapat-rapat agar tak mendengar suara amarah ibunya

"Ikut ibu ya nak, kita pergi dari sini" Lanjut Ibunya sambil menangis, jatuh terduduk begitu saja

"Jelasin sama Zain, sebenernya apa yang terjadi Bu?" Perlahan tapi pasti, Zain merengkuh tubuh ibunya, mendekapnya menenangkan diiringi suara tangis adiknya yang perlahan mereda

Segala kekesalan ibunya selama ini terucap juga pada akhirnya, ibunya mendengar bahwa ayahnya berencana akan merebut paksa sertifikat tanah juga rumah nenek dari Mahesa, lalu menjualnya yang katanya bakal dipakai untuk modal usaha

"Ibu gak sanggup Zain, rasanya bibir sama hati ibu sudah kebas saking seringnya menasehati Ayahmu, ibu udah gak sanggup lagi. Ayo nak kita pergi, kita kasih tau mas mu Mahesa semua ini agar dia tak lagi ditindas Pak Le'nya"

Tangannya menepuk-nepuk pelan bahu Ibunya yang masih gemetaran, "Ibu mau kemana malam² begini? Kasian adek, ibu coba sabar dulu. Besok juga puasa. Kasian adek Bu" Ucapnya hati-hati

[ STMJ ] Feat. Lee Heeseung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang