✨akhir bahagia✨

1.5K 181 68
                                    

Duhai engkau tambatan hatiku, labuhkan lah cintamu dihidupku, kuingin kau tau betapa merindu, hiduplah engkau denganku...

Dengarkanlah disepanjang malam aku berdoa, bersujud dan lalu aku meminta, semoga kita bersama...

Dengarkanlah disepanjang malam aku berdoa, Cintaku untukmu selalu terjaga, dan aku pasti setia...

Cinta Sampai Mati
_Raffa Affar_

__________

Senyuman manis terbit dari setiap orang, melihat kebahagiaan yang begitu nyata didepan mata. kadang begitu bersyukurnya hati akan kebahagiaan yang datang silih berganti, senyuman itu sampai diiringi tangis haru

Wildan mengambil ponselnya, mengarahkan kamera untuk membidik potret didepannya yang terlalu indah jika harus dilewatkan begitu saja.

Bagaimana ibunya duduk pada kursi dengan senyuman merekah tengah menggendong cucunya dalam dekapan hangat, sedangkan kakaknya bersimpuh dibawah fokus memasangkan kaos kaki bayi itu secara hati-hati, dan Mahesa pun juga berada dalam posisi yang sama dengan Ajeng. Duduk bersimpuh dihadapan Ibu, tak henti-hentinya menyunggingkan senyum sambil memperhatikan setiap detail nasehat ibu tentang bagaimana mengurus bayi

Bayi perempuan yang dikasih nama Syifa Syauqiya dengan nama panggilan Fafa, yang memiliki arti 'Anak perempuan laksana obat penawar rindu' sangat indah dan cantik menurut Ajeng juga Mahesa.

Pemandangan ini seperti dejavu bagi Wildan, saat dulu dia sering melihat Mahesa yang setiap sore selalu bersimpuh dihadapan nenek, memijit kakinya dengan tulang lansia itu kerap kali pegal karena usia, lalu kakaknya akan datang dengan senyuman lebar, menceritakan segala sesuatu yang membuat mereka akhirnya tertawa

Disaat seperti itu Wildan ingat, dirinya juga akan ikut serta, merangkap menjadi cucu paling bungsu yang begitu disayang nenek, walaupun nyatanya mereka tak ada hubungan darah.

Sekarang ada Ibu, semuanya memegang tangan Ibu untuk saling menguatkan. Meminta saran, nasehat, dan menjadikan Ibu sebagai pelabuhan akhir, menjadikan Ibu sebagai rumah ternyaman untuk menyatakan sesuatu, dan sebagainya. Semuanya akan terasa baik-baik saja jika masih ada orang tua disisi, mengayomi keluarga nya dengan caranya sendiri, begitu juga dengan Ajeng dan Mahesa yang sekarang siap mengemban tugas itu untuk bayi kecil mereka

Belajar bagaimana menjadi sosok orang tua yang baik, karena sejatinya orang tua ada madrasah pertama untuk anaknya belajar. terutama Ajeng sebagai seorang ibu, terkadang terasa canggung tak menyangka dirinya sudah menyandang status baru. Tak terkecuali juga Mahesa yang merasakan hal yang sama

Didalam rumah, terutama dapur sangat ramai dengan gaduh nya sahabat² mereka yang sedang bebenah. Setengah jam lalu Mahesa mengadakan syukuran, dan saat selesai para sahabatnya yang menawarkan diri terlebih dahulu untuk membantu membereskan sisanya

Zain datang menghampiri, dengan senyum cerah dirinya menunduk memegang pipi bayi itu dengan hati-hati "Bude, aku mau coba gendong boleh gak?" Izinnya dengan ibunya Ajeng disana. Dengan anggukan setuju, Ibu berdiri dan meletakkan bayi itu ke gendongan Zain

Lalu satu persatu semua sahabat-sahabat Ajeng juga Mahesa ikut menyusul. Rahma yang sejak Ajeng melahirkan dirinya seolah takjub kalau sahabatnya sekarang punya bayi, dirinya bahkan sudah membelikan pernak-pernik lucu untuk bayi perempuan. Tak ketinggalan juga untuk ketiga sahabat laki-laki lainnya seperti Jaya, Jaka, dan Hanan

Saat semunya seolah berebut ingin menggendong, dengan cekatan Ajeng langsung menaruh anaknya dalam stroller bayi, adil dan aman

Memastikan dirinya bersih, Jaya mengulurkan jari telunjuknya, dan langsung digenggam erat tangan mungil Fafa disana. Senyumnya merekah saat merasa dirinya diperhatikan banyak orang, pipi gembul dengan lesung pipi yang uniknya hanya terdapat di sebelah pipinya saja, mata bulatnya mengerjap seolah memandang Jaya disebelahnya, lalu bibirnya tertarik menampilkan seutas senyum yang membuat gemas orang yang melihatnya

"Ya Allah gemesnya, jadi pengen punya juga" Ucapnya spontan, dan langsung mendapatkan tepukan pelan di lengannya oleh Hanan "cari calon dulu makanya" Jaya berdecak "sesama single dilarang komentar" Yang membuat Zain, Jaka, Rahma, Ajeng juga Mahesa tertawa

"Ibu juga pengen kalian semua segera nyusul, ibu seneng Ajeng sama Mahesa kenal dan punya sahabat seperti kalian, semuanya ibu anggap seperti anak ibu juga, semoga dilancarkan segala urusannya" Kata Ibu, semuanya lantas menjawab "Aamiin" Dengan hati menghangat

Dalam suasana hati bahagia, tangan Mahesa perlahan menggenggam tangan Ajeng disana, menoleh dan menampilkan wajah merona. Setelah masa sulit yang dialami, akhirnya ada kebahagiaan yang hadir silih berganti.

Jatuh bangun kehidupan Mahesa lalui dengan Ajeng yang selama ini disisinya, sebuah kata cinta yang sebenarnya Mahesa jarang ucapkan melalui lisan, tapi Mahesa tunjukkan lewat perbuatan

Saat sosok anak perempuan kecil yang dulu petakilan itu kini menjadi seseorang yang dengan setia menemani langkahnya, menggenggam nya dengan penuh berani, hingga Mahesa yang awalnya berkecil hati karena merasa sendiri, kini menemukan rumah bernaung nya

Sempurna nya seseorang itu tergantung siapa yang melihat, setiap perempuan itu cantik dengan caranya sendiri, dan bagi Mahesa Ajeng itu definisi ideal menurut dirinya sendiri.

Kini ada satu perempuan lagi yang harus Mahesa jaga, kehadirannya menjadi sumber bahagia, anak perempuan cantik yang insyaallah Mahesa akan jaga dan didik dengan sebaik-baiknya

Ajeng menoleh, memperhatikan tangannya yang digenggam, namun fokus Mahesa tampak luruh dengan suasana didepannya "Hesa" Panggilnya

"Dalem.." Mahesa menoleh, menatap Ajeng, sebuah pelukan ringan dari samping itu Ajeng berikan, mengusap punggung Mahesa dengan tepukan pelan

"Aku lega, aku bersyukur, dan aku bahagia. Terimakasih sudah menjadi laki-laki hebat selama ini, jangan pernah melangkah sendiri karena sekarang ada Aku, Fafa, dan Kamu yang sekarang menjadi Kita"

Rifki datang menenteng tripod dan sebuah kamera yang tadi pagi sengaja Wildan sewa

"Mas Wil, ini ditaruh dimana?" Tanya nya, yang langsung Wildan hampiri. Memasang tripod dan meletakkan posisi kamera "makasih udah di ambilin" Kata Wildan sambil menepuk bahu Rifki yang kini tingginya sudah melebihi nya

"Semuanyaa, sekarang ayo foto-foto" Katanya antusias, Wildan menarik Rifki, Ajeng mengangkat Fafa dari stroller, semuanya saling merapat menunjukkan senyuman hangat melihat ke arah kamera yang membidik gambar mereka

________

Rumah yang sebelumnya sepi, sekarang terdengar ramai karena tangisan bayi.

Mahesa menggendong Fafa keruang depan, membawanya ke depan pigura yang terpasang ditembok menampilkan potret nenek disana

"Assalamualaikum nenek buyut, kenalin nama ku Fafa" Ucap Mahesa menirukan suara lucu mewakili anaknya, ajaibnya Fafa langsung anteng berhenti menangis, dan kini matanya yang bulat malah mengerjap lucu memperhatikan Papanya

"Lirikan mu Fa.., persis emakmu" Kata Mahesa, yang merasa tatapan Fafa mirip Ajeng "Fa, kalau malem itu bobo, bukannya begadang"

Duduk dikursi sofa, Mahesa menyenderkan kepalanya dengan santai, sesekali menguap dengan mata menahan kantuk berat. Sedangkan tangannya masih pukpukin Fafa dalam gendongan, tak ada tiga menit dirinya malah terlelap sendiri

Untung dirinya memakai gendongan yang ada kaitannya dipundak, sehingga sangat aman, dan Fafa kini yang malah anteng memperhatikan bagaimana Papanya tidur duluan







_______

Mungkin Fafa dalam hati "aku kan masih mau main, Papaku malah turu"

Terimakasih buat jeffresyh yang udah saranin nama cantiknya ❤

Akhirnya bonus chapter finalnya udah selesai juga, terimakasih banyak semuanya byebye 👋❤ izinkan buat ngucapin salam pamit dicerita ini


End



والسلام عليكم ورحمه الله وبركاته

[ STMJ ] Feat. Lee Heeseung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang