Pikirku pun melayang, dahulu penuh kasih, teringat semua cerita orang tentang riwayatku.
Kata mereka diriku selalu dimanja, kata mereka diriku selalu ditimang.
Nada-nada yang indah selalu terurai darinya, Tangisan nakal dari bibirku takkan jadi deritanya.
tangan halus dan suci telah mengangkat tubuh ini. Jiwa raga dan seluruh hidup telah dia berikan.
Bunda
_potret_________
Sore itu nampak cantik dengan pemandangan langit yang menunjukkan semburat senja. Wildan pulang dengan suara mesin motornya yang terparkir dihalaman
Punggungnya seolah terbebani dengan tas yang berisi buku tebal, seragam putih Abu-Abu dengan rambutnya yang agak berantakan dibiarkan sedikit menutupi kening. Netranya melihat sang kakak yang tengah duduk diteras rumah dengan agak engap karena ke ganjal perutnya, menyunggingkan seutas senyum
"Assalamu'alaikum" Ucapnya, lalu duduk sambil melepas sepatu, melihat Ajeng yang tampak pucat pasi
"Waalaikumsalam" Jawab Ajeng singkat, melihat pergerakan Wildan yang kini tampak tinggi dengan proporsi badan anak remaja, bahu lebar dengan otot lengan yang terlihat agak tegas karena selalu bermain futsal. Ajeng kadang masih menganggap adeknya itu anak kecil, sekarang Wildan menginjak bangku kelas 12 SMA, membuat Ajeng menyadari adiknya sudah beranjak dewasa
"Ayo masuk kedalam kak, udah sore" Kata Wildan penuh perhatian, mengulurkan tangannya ke Ajeng agar mudah berdiri, namun saat Ajeng terlalu lambat untuk merespon, Wildan bergeming
"Kenapa?" Tanya nya sekali lagi sambil menatap kakaknya. Ajeng menggeleng, ingin bangkit tapi susah, merasakan rasa sakit melilit yang perlahan menjalar ke seluruh tubuh sampai kakinya agak gemetar
"Loh kak" Wildan agak panik "panggilin Ibu dek" Jawab Ajeng sambil menggenggam tangan Wildan erat yang di ulurkan padanya tadi. Wildan menaruh tasnya sembarangan, menyugar rambutnya lalu berjongkok
"IBUUUUUK, KESINII" Teriaknya tak sabaran, melihat Ajeng yang terus menghela nafas dalam membuat Wildan ikutan meringis
Mendengar suara anaknya yang berteriak kencang dari arah teras, membuat Ibu melangkah cepat "kenapa? Adek kenapa teriak gitu?" Katanya sambil berjalan menghampiri, tapi atensinya langsung teralihkan dengan pergerakan Ajeng disana
Dengan sigap Ibu memastikan "Kenapa nak? Perutnya sakit?" Tanya Ibu hati-hati sambil mengelus kepala anak sulungnya dengan sayang
"Adek telfon mas Hesa sekarang, suruh pulang cepet" Kata Ibu ke Wildan, "loh buk, mas Hesa gak dirumah?" Tanya nya bingung, yang malah mendapat tepukan di lengannya "udah adek telfon aja sekarang" Jawab Ibu cepat
Matahari semakin menyingsing, Ajeng masih duduk diteras ditemani Wildan. Peluhnya membanjiri kening sambil mengucapkan kalimat istigfar, menunggu Ibu yang bergegas cepat kedalam rumah mengambil beberapa barang penting
Mahesa yang setengah jam lalu mendapat panggilan mendadak dari kantornya, kini Wildan yakini tengah membelah jalanan dengan laju motor yang mengebut setelah ia telfon tadi
Siapa yang menyangka waktunya akan secepat ini, saat kemarin lusa Ajeng juga Mahesa pergi ke klinik dan menemui bidan, katanya persalinannya mungkin bisa seminggu atau sepuluh hari lagi. Mahesa sebelumnya tak mau meninggalkan Ajeng dirumah disaat seperti ini, namun Ajeng meyakinkan jika hari-H nya masih menunggu waktu, akhirnya Mahesa berangkat mendadak ke tempat kerjanya
KAMU SEDANG MEMBACA
[ STMJ ] Feat. Lee Heeseung ✔
General Fiction[LENGKAP] Jomblo itu pilihan, Pura-pura punya pacar itu pencitraan, pacaran beneran hukumnya haram. Tapi, kalau dijodohin mendadak gini bikin jantungan. _Ajeng Ayu Lestari_ ☘ Jodoh udah ada yang ngatur, bukan cuma cantik buat dijadiin tolok ukur...