7. Surabaya (2)

111K 3.3K 64
                                    

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW!!!

yang baca tapi nggak vote, bintitan entar.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Selama seminar berlangsung Om Johnny berusaha mencari keberadaan gue. Dia memang fokus memberikan materi, tapi dari gelagatnya bisa gue tau dia sedang mencari gue. Begitu tatapan mata kami bertemu, ia tersenyum manis.

"Pak Johnny ganteng yah?" Bisik seorang wanita di samping gue kepada temannya.

"Iya. Udah kulitnya putih, bersih, tinggi, pintar lagi." Gue membenarkan ucapan tersebut.

"Udah nikah belum yah kira-kira?" Nah, ini juga yang bikin gue penasaran.

"Kayaknya sih belum. Ndak ada cincin di jarinya." Yaelah, cincin nggak melingkar di jari belum tentu belum nikah. Bisa aja dia sengaja melepas cincinnya.

Sibuk dengan pikiran gue sendiri sampai gue nggak sadar kalau ini udah break makan siang. Pak Johnny yang ada di depan tampak menikmati makan siangnya. Sesekali ia melirik ke arah gue. Dia ngelirik gue, eh yang di sekitar gue malah baper. Mereka pikir doi ngelirik mereka. Gue ketawa aja dalam hati.

Lagi asyik menikmati makan siang, ponsel gue berdering. Nama Acha terpampang di layar.

"Heh lo di mana?" Belum juga bilang hallo, eh si Acha udah ngengas.

"Di Surabaya."

"Ngapain lo di Surabaya?"  Suara Reya yang melengking sekarang. Gue sampai harus menjauhkan ponsel dari telinga.

"Temenin Daddy kerja."

"Anjir, nemenin kerja atau nemenin bobok?" Acha dan Reya tertawa menggoda gue.

"Stt.. gue lagi di tempat umum bangcat." Umpat gue kesel. Gimana kalau ada yang dengar.

"Hahahaa..." dua sahabat gue itu hanya tertawa.

"Udah akh, gue matiin dulu. Bye."

Belum sempat gue mengakhiri panggilan kami, Acha sudah lebih dulu bersuara. "Eh, hari ini Pak Johnny nggak ada. Katanya dia lagi ngisi seminar di Surabaya. Ti-ati aja lo ketemu sama dia pas lagi jalan sama Daddy." Acha terkikik geli di seberang sana.

Tidak tau saja ia bahwa gue di sini sedang menahan tawa. Bagaimana bisa gue nggak ketemu sama dia sedangkan dia adalah Daddy gue?

"Nggak tau deh." Gue merespons sekenanya. Panggilan kami pun berakhir setelah berbasa-basi beberapa saat.

•••

Menjelang malam seminar pun berakhir. Jujur saja gue nggak tau apa yang dibahas di seminar ini. Telinga gue disumbat sama earphone, rambut gue yang panjang membantu menyembunyikan earphone tersebut, jadi nggak ada yang sadar.

Gue menunggu Pak Johnny di luar gedung. Harusnya gue bisa aja balik ke hotel duluan, tapi dilarang sama dia. Sebagai sugar baby yang baik, ya gue nurut aja.

Berselang beberapa menit kemudian dia pun muncul. Senyumnya mengembang saat berjalan ke arah gue. Uhh, manis banget sih papa gula gue ini. Gantengnya nambah. Apalagi tadi pas lagi ngisi seminar, aura kepintarannya itu lho, menguar sekali.

"Maaf lama." Gue maafin deh, soalnya ganteng.

"Yuk masuk." Kami pun masuk ke mobil.

My Lecturer My Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang