10. Kontrak

88.1K 2.9K 61
                                    

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW !!!

mau cerita Shane sama Om Johnny spesial natal nggak?
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, gue terbangun sendiri. Selama hampir 3 tahun bersama sugar daddy, jarang sekali kita berdua bangun bersama. Dia selalu pergi saat gue masih tidur.

Dengan langkah gontai, gue menuju kamar mandi. Gue terperanjat melihat tubuh gue di cermin. Anjir! Si Om ninggalin bekas sebanyak ini di tubuh gue. Pipi gue yang masih memerah karena bekas tamparannya, tubuh gue yang memar di beberapa titik karena kekasarannya, juga bekas kissmark-nya yang masih terlihat jelas.

"Ssshhh.." gue mendesah berat melihat keadaan gue saat ini.

Jujur saja gue kesal. Kenapa gue mau aja diperlakukan begini? Kenapa gue nggak bisa ngelarang dia buat berhenti melakukan kekerasan? Konyolnya lagi, kenapa gue nggak bisa memberhentikan diri gue untuk jatuh lebih dalam lagi padanya?

Ah masa bodoh! Nggak usah peduliin dia lagi. Orang dia aja nggak peduli sama gue. Lebih penting Zifra kan dibanding gue?

•••

Karena body gue nggak enak, maka gue memutuskan untuk nggak ngampus. Tubuh gue butuh istirahat cuy.

Saat gue sedang rebahan santai sambil nonton TV, tiba-tiba bel apartement gue berbunyi. Gue sempat panik, ngirain itu sugar daddy gue. Tadi saking kesalnya dengan memar-memar yang ada di tubuh, gue memutuskan untuk mengganti PIN apartement. Maksudnya biar gue istirahat dulu. Namun, begitu mendengar bunyi bel yang sangat tidak beraturan pertanda si tamu yang tidak sabaran, maka gue bergegas membuka pintu.

Eh ternyata sobat laknat gue yang datang. Siapa lagi kalau bukan Reya dan Acha. "Nying, gue kira papa gula gue yang datang" Gue rada kesal sih, tapi perasaan lega lebih mendominasi.

"Entar kalo doi datang, lo digarap lagi." Seru Acha santai.

Gue meresponnya dengan tidak santai. "Anjir, selangkangan gue aja masih perih."

Reya dan Acha langsung menatap gue prihatin. Mereka berdua tau kalau sugar daddy gue doyannya BDSM. Suka main yang kasar-kasar gitu.

"Punya papa gula lo gede nggak?" Nadanya sih terdengar prihatin. Tapi entah mengapa ada rasa lucu tersendiri mendegar pertanyaan frontal Reya.

"Mayan sih." Anjirrr! Gue jawab apaaan coba? Lumayan?! Lumayan dari mananya coba? Gede banget lho. Apalagi pas main kasar gitu, kadang ngilu banget kalau mentok.

"Mayan itu berapa senti sih?" Tanya Acha dengan alis yang dinaik-turunkan. Sengaja banget! Mana sempat gue ukur. Pokoknya gedelah. Maklum saja, daddy gue punya campuran darah bule, makanya gede. Punya bule kan gede-gede. Sial! Gue jadi membayangkan miliknya itu.

Obrolan kami pun semakin kacau. Pembahasannya tentu saja mengenai kegiatan ranjang kami dengan pasangan masing-masing.

"Btw, punya Davian segede apa?" Gue dan Acha sama-sama penasaran sama Reya.

"Gede sih. Tapi gue nggak tau segede apa. Soalnya kan nggak ada perbandingan." Jawab Reya apa adanya.

"Saran gue, coba lo ukur. Ingat, ukuran pas bobok sama ukuran pas bangun."

My Lecturer My Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang