4. Tanda-Tanda Merah

169K 3.8K 74
                                    

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW !!!

.
.
.
.
.

Berhubung semalam kami melakukannya hingga subuh, maka tidak heran kalau kami sama-sama tidak kuat bangun. Padahal matahari sudah semakin tinggi di luar. Kami masih saja bergelayut mesra dengan selimut.

Suara telepon Om Johnny membuat tidur kami terusik. Ia menggerang kesal. Sementara gue hanya menatap penasaran siapa yang meneleponnya.

"Pagi.." bukannya mengangkat telepon, ia lebih dahulu menyapa gue dengan suara seraknya. Seksi.

"Pagi.." jawab gue sambik tersenyum.

Om Johnny meraih ponselnya. Matanya langsung terbuka lebar saat melihat layar datar itu. Dengan segera ia bangkit berdiri. Masih dengan tubuh telanjang ia langsung berjalan ke kamar mandi. Sontak saja gue jadi curiga. Telepon dari siapa sampai ia jadi seperti itu?

Untuk menjawab kecurigaan gue, maka gue pun bangkit berdiri dan menguping di kamar mandi. Sayanganya gue nggak mendengar apa-apa. Argh sial! Padahal gue yakin itu dari Zifra.

Ini masih pagi dan gue sudah dibuat kesal. Tapi, gue bisa apa? Harus ingat status! Nggak boleh pakai perasaan.

•••

Sebenarnya gue nggak mau ke kampus hari ini. Masih kecapean. Tapi, pria yang beberapa waktu lalu bersama gue memaksa untuk harus ke kampus. Padahal bisa saja hari ini gue membolos. Toh bukan mata kuliah dosen killer.

"Harusnya gue masih tidur nih." Gerutu gue sambil berjalan ke arah kelas.

"Gara-gara lo gue harus ke kampus dengan badan seremuk ini." Gue menunjuk ke arah pria yang sedang berjalan. Ia memakai kemeja kotak-kotak hitam putih. Jangan lupakan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya itu.

 Jangan lupakan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mana gue yang nyiapin bajunya lagi. Uh! Sampai pakaian dalamnya pun gue yang siapain. Ganteng sekali papa gula gue.

Kalau orangnya seganteng itu, gue rela deh ke kampus dengan badan seremuk ini. Hehehe..

"Sarap ya lu?" Tiba-tiba Acha sudah berada di samping gue.

"Kayaknya deh Cha. Dia nunjuk-nunjuk Pak Johnny sambil senyam-senyum gini." Sambung Reya yang berada di samping gue juga. Posisinya gue diapit oleh dua makhluk krucut ini.

"Ngapain lo nunjuk-nujuk Pak Johnny?" Tanya Acha penasaran.

"Menurut lo berdua dia ganteng nggak?" Tanya gue.

Acha dan Reya berpikir sejenak. "Ganteng sih. Tapi masih gantengan Kak Davian." Yaelah bucin.

"Hmm setuju. Masih gantengan Darrean." Sambut Acha.

My Lecturer My Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang