18. Cemburu? 🔞

120K 2.7K 82
                                    

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW

kalo sepi vote dan komen, gue lama update yah..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Pria bernama Johnny yang berprofesi sebagai dosen sekaligus sugar daddy gue adalah orang yang pemaksa. Kalau ada kemauan, pasti dia selalu cari cara agar kemauannya itu terwujud. Gue kesal banget sama dia. Dan gue ada di posisi nggak bisa ngelawan. Alhasil, setelah menerima chat darinya yang menyuruh gue ke ruangannya, maka gue pun henda meluncur ke sana.

Sayangnya, gue ditahan sama 2 sahabat gue. "Mau ke mana lo?" Tahan Acha.

"Mau ke ruangan dosen."

"Ngapain ke sana?" Heran Reya.

"Aih, jangan bilang mau ketemu si dosen galak yah?" Tebakan Acha tepat sasaran. Gue pun mengangguk. Dan tiba-tiba Acha menahan gue lebih kuat. "Nggak usah ke sana." Perintahnya.

"Tapi nggak bisa, gue harus ke sana." Gue hendak melepas tangan Acha, akan tetapi dia malah semakin erat menahan gue.

"Lo nggak takut apa kalo diapa-apain sama dia? Mukanya aja kelihatan mesum banget setiap ngeliatin elo." Seru Acha dengan nada tidak suka pada Pak Johnny.

"Hooh. Gue setuju banget. Mukanya kayak orang sange." Anjir, Reya yang polos aja sampai ngeluarin kata seperti ini.

"Ada-ada aja lo berdua."

"Ini nggak ngada-ngada lho. Emang kenyataannya gituh." Bantah Acha dengan sewot.

"Mending sama Adiyan deh, daripada sama si dosen."

Ucapan Reya spontan membuat gue mengetok kepala dan meja bergantian. "Amit-amit cabang bayi." Tolak gue mentah-mentah.

Saat cengkraman tangan Acha mengendur, gue langsung berdiri dan menjauh darinya dan Reya. Makin lama gue di sini, makin bikin Pak Johnny marah. Lebih baik gue lari deh dari mereka. "Gue cabut dulu." Teriak gue dan langsung lari.

"Anjing lo!" Makian Acha masih terdengar jelas di telinga gue. Wkwkwk.. sorry banget sahabat.

•••

Napas gue ngos-ngosan di depan ruangan Om Johnny. Sebelum masuk, gue menetralkan napas gue terlebih dahulu. Selain itu, gue juga memastikan kalau penampilan gue udah baik. Setelah ituz barulah gue ketuk pintunya.

Tok tok tok..

"Selamat siang Pak. Ini saya Shane."

"Masuk." Perintahnya dari dalam.

Gue pun melangkah masuk. "Kunci pintunya." Ucapnya. Walaupun bertanya-tanya kenapa dia menyuruh gue mengunci pintu, gue tetap menjalankan perintahnya.

"Duduk." Sejujurnya gue bingung. Mau duduk di kursi atau di pahanya? Kalau duduk di kursi, takutnya dia marah. Apalagi saat ini kita hanya berdua di sini. Dan di chat tadi ia ingin dianggap sebagai sugar daddy bukan sebagai dosen saat ini. Duh, resiko punya peran sebagai mahasiswa dan sugar baby nih, bingung mau menjalankan yang mana.

"Sini." Untungnya dia mengkode di paha. Walau sedikit ragu, gue tetap mendaratkan bokong gue di pahanya.

"Kenapa lama, hm?" Om Johnny bersuara dengan kepalanya yang sedang mencari kenyamana di ceruk leher gue.

"Bahas tugas dulu sama Acha tadi." Kayaknya berbohong adalah keahlian gue. Lancar sekali gue mengutarakan kalimat bohong.

My Lecturer My Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang