33. Bertingkah

38.4K 2.4K 127
                                    

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW !!!

pokoknya kalau udah 450 vote, baru lanjut yah!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Mbak Shane." Seseorang memanggil gue.

"Ya Bu?" Ternyata ada seorang cleaning services yang memanggil gue. Sering sekali gue berpapasan dengannya. Beliau juga sering menyapa gue.

"Beberapa minggu yang lalu ada orang yang selalu ngeliatin Mbak Shane lho." Ucapannya membuat otak gue berputar. "Cewek, Mbak. Cantik juga." Ah, gue tau siapa yang dimaksudnya.

"Dia ngapain aja Bu?" Auto kepo gue.

"Waktu itu kebetulan Mbak dan suami baru keluar lift. Dia ngeliatin Mbak dan suami terus. Kalau nggak salah dia tanya siapa itu, karena kebetulan saya ada di dekatnya, jadi saya bilang aja itu Mbak Shane dan suaminya." Wajah gue agak kesemsem saat Om Johnny dikira suami gue.

"Oh iya Bu. Makasih infonya yah." Ucap gue.

Ternyata cleaning service apartement gue yang membuat Zifra jadi salah paham. Karena itu juga dia langsung mencari tau semua tentang gue. Untung saja masalah gue dan Zifra udah selesai.

"Kenapa?" Tiba-tiba Om Johnny sudah ada di samping gue.

"Eh Bapak." Sapa Bu cleaning service pada orang yang dikira suami gue. Dan orang itu mengangguk. "Kenapa ya Bu?"

Saat si Ibu mau menjawab, gue langsung memotong. Jangan sampai Om Johnny tau kalau Zifra udah tau semuanya. Gue nggak mau nambahin beban pikiran gue. Biarlah seteleh kontrak kita berakhir kemudian Om Johnny tau sendiri. "Enggak kok, Sayang."

Sebelah alis Om Johnny terangkat. Wajar saja, dia pasti merasa aneh karena gue yang nggak pernah memanggil dia sayang di depan umum, tiba-tiba memanggilnya dengan sebutan begitu. Wajahnya jadi memerah. Si Om kenapa sih?

"Kita masuk dulu ya Bu." Buru-buru gue mengajak Om Johnny untuk masuk.

"Sayang?" Ternyata dia masih merasa aneh dengan panggilan gue tadi.

"Ibu tadi ngira kita suami istri Om. Makanya aku sengaja panggil sayang aja, dibanding Om atau Pak." Jelas gue.

Wajah Om Johnny yang tadinya memerah langsung berubah datar. Benar-benar takjub gue dengan perubahan ekspresinya. Bisa secepat itu ya. Apalagi dengan dia yang tiba-tiba berjalan ke kamar. Langkahnya itu lho, kayak lagi ngambek.

Ketika sudah akan memasuki kamar, tiba-tiba dia berbalik. "Kamu..." gue menunggu kelanjutannya. Eh tapi dia malah berbalik dan mengacak rambutnya kasar. Om Johnny kenapa sih? Ngeri banget gue melihat dia seperti itu. Tingkahnya sejak tadi pagi memang aneh.

"Salah makan kali ya?" Pikir gue. "Atau gara-gara angin Yunani kali?" Ah taulah! Bodo amat gue!

•••

Gue pikir setelah mandi, Om Johnny bakalan bertingkah seperti biasanya. Nyatanya, ekspetasi gue ketinggian. Kita lagi makan, hadap-hadapan, dan tatapannya itu lho. Kayak emosi banget ke gue. Tapi nggak buat gue takut. Gimana yah jelasinnya? Pokoknya tatapannya persis seperti anak kecil yang lagi ngambek.

"Om kenapa?" Tanya gue karena nggak tahan lagi dengan sikapnya.

"Kalau nggak ada Ibu cleaning service manggil saya Om ya?"

"Hah?" Seketika otak gue nge-lag. "Maksudnya gimana sih Om?"

"Om terus." Cibirnya. Om-om satu ini persis anak kecil yang lagi ngambek. Mungkin dia lagi ada masalah. Daripada membuat moodnya semakin jelek, gue memilih untuk diam dan melanjutkan makan.

My Lecturer My Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang