15. Si Tengil

57.4K 2.4K 25
                                    

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW !!!

om jhonny absen dulu di part ini. nggak mau buat Shane makin pikiran.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kalau pagi kemarin Pak Johnny ngotot ingin pergi bareng, maka berbeda dengan pagi ini. Seolah tau suasana hati gue nggak baik, maka dia membiarkan gue pergi sendiri. Tapi, dia tetap memastikan gue naik ojek online dengan aman.

Sesampainya di kampus, gue nggak langsung ke kelas. Melimpir dulu ke gazebo, mau nyalin catatan dari temen.

"Hai." Suaranya gue kenal banget. Oleh sebab itu, gue ogah banget untuk membalasnya.

"Sombong amat." Ucapnya lagi.

"Malas banget gue sama lo." Balas gue ketus tanpa perlu melihat wajahnya.

Dijawab ketus begitu, dia malah tertawa. Semoga ada lalat lewat yang tiba-tiba masuk ke mulut lebarnya itu.

"Shane..." sekarang dia malah mengganggu gue.

"Gue lagi sibuk!" Seru gue yang masih fokus untuk nyalin catatan teman. Kalau catatan gue nggak lengkap gue nggak bisa ikut UAS. Buset, dosen gue udah kayak guru SMA aja.  Huh, dan sebagai mahasiswa yang nggak ingin mengulang mata kuliah, gue harus tetap melakukan perintahnya.

"Mau gue bantuin nggak?"

"Oh boleh banget nih." Jawab gue dengan suara riang.

Raut wajah Adiyan langsung bersuka. "Apaan neng?"

"Plis bantuin gue. Lo bisa diam nggak? Dengan lo diam itu udah bantuin gue banget." Tampang serius menjadi deflaut wajah gue sekarang.

"Anjir lo." Ck, gue malah diumpat sama dia.

"Nggak ada akhlak lo. Tadi yang nawarin bantuan siapa? Giliran gue udah bilang, malah diumpat." Gue mencibir dengan nada bicara yang dibuat berlebihan.

"Nggak suruh gue diem juga kali." Cih, sok sekali Adiyan ini.

"Udah ah, minggir sana. Gue mau cabut." Mending cabut aja, malas banget gue ladenin titisan iblia kayak dia. Stok dosa gue bisa bertambah dratis.

"Nggak mau, blee." Dengan songongnya dia menjukurkan lidah dan tidak mau memberi jalan untuk gue lewat. Bangcat sekali.

"Kayak anak kecil lo." Marah gue.

"Udah gede kok gue." Balasnya santai.

"Badan doang yang gede, kelakuannya mah nggak beda jauh sama anak kecil." Nyinyir gue.

"Nggak peduli." Mukanya tengil sekali. Pengen gue jitak deh. Ah jitak ajah deh.

PLETAKK

"Kampret lo Shane." Adiyan meringis kesakitan karena jitakan super gue. Kesempatan buat gue untuk bisa kabur di saat dia meringis kesakitan.

"Bleee.." kini giliran gue yang menjulurkan lidah padanya. Kasihan deh lu, sekarang lo yang kesakitan.

•••

Selesai kuliah, gue nggak langsung pulang. Nongkrong dulu sama bestie laknat. Harusnya sih, ada Acha, tapi dia lagi seneng-seneng sama gebetannya. Eh, gebetan apa pacar sih? Ah, tau deh. Kisah cintanya Acha lagi rumit.

Di saat gue merasa miris dengan kisah cinta Acha, diri gue langsung memberi alarm. Ternyata kisah cinta gue lebih miris darinya. Yang kisah cintanya adem ayem hanya Reya di sini.

My Lecturer My Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang