30. Shane Vs. Zifra

41.4K 2.1K 142
                                    

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW !!!

yang follow IG gue pasti udah nungguin part ini kan?

here you go
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Entah sudah jam berapa ini, yang pasti sudah malam. Ketika sampai di apartemen, dia memang memutuskan untuk beristirahat. Kalau perutnya tidak meronta-ronta untuk diisi, pasti dia masih tidur sekarang. Berhubung sudah sangat lapar, maka ia harus makan. Nggak ada bahan makanan di kulkas. Mau gojek juga pasti membutuhkan waktu lama sampai makanannya sampai. Solusinya cuman satu, yakni keluar apartemen dan cari makan.

Dengan hanya menggunakan celana selutut dan hoodie tebal, Shane pun keluar apartemen. Dia tidak sempat membawa ponselnya. Jangankan untuk membawa, sekedar melihat ponselnya saja tidak.

Tujuan Shane adalah sebuah restoran junkfood yang dekat dengan gedung apartementnya. Selesai memesan, Shane langsung makan. Dia terlalu asyik makan sampai tidak menyadari bahwa ada seseorang yang memperhatikannya. Melalui sorot mata orang yang memperhatikannya, sangat terlihat jelas tatapan kebenciannya.

Entah pada menit ke berapa, Shane merasa ada yang aneh. Ia merasa ada yang sedang memperhatikannya. Spontan saja ia melirik ke belakang, ke kiri, juga ke kanan. Semuanya tampak biasa saja. Akan tetapi perasaan anehnya tidak kunjung hilang. Ia melirik sekali lagi.

Bingo!

Di sebelah kiri, tepatnya di dekat dengan kaca, ada seorang wanita yang duduk sendiri. Wanita itu memang memunggunginya, namun, ada cermin kecil di hadapan wanita tersebut, dan arahnya adalah kepada Shane. Meski ada rasa takut yang menyelimutinya, sebisa mungkin Shane bersikap biasa saja. Dia tak ingin gerak-geriknya disadari oleh orang tersebut.

Kembali melanjutkan makannya, Shane terus berpikir, kira-kira siapa yang orang itu. Postur tubuhnya tidak asing. Sayangnya, Shane tidak ingat siapa pemilik postur tubuh itu. Otaknya terus bekerja, akan tetapi hasilnya nihil. Tidak bisa dipaksa lagi kinerja otaknya. Menyerah saja, mungkin dia akan ingat kalau tidak dipaksakan.

Selesai makan, Shane berdiri. Dari ekor matanya, ia melihat bahwa wanita itu terus mengamatinya. Shane keluar dari restoran, wanita itu juga keluar. Sial, dia menggunakan topi juga hoodie, sehingga Shane tidak bisa melihat wajahnya.

Shane berjalan menuju apartementnya. Kalau saja tadi dia tidak lupa membawa ponsel, dia bisa mengetahui apakah wanita itu masih membuntutinya atau tidak lewat layar ponselnya. Saat ini ia hanya bisa merutuki kebodohannya. Untuk mengetahui apakah masih dibuntuti atau tidak, Shane sengaja berjalan ke arah pertokoan, yang mana kaca etalase tokonya bisa digunakan untuk bercermin juga. Rupanya wanita itu masih setia mengekorinya.

Tidak peduli dengan penampilannya yang terkesan rumahan begini, Shane masuk ke toko pakaian tersebut. Melintasi sebuah cermin besar, dia melihat wanita itu juga ikut masuk. Shane sengaja berjalan lebih cepat. Dia menghindari wanita itu dengan cara berjalan di antara rak pakaian. Saat si penguntit lengah, ia langsung keluar dan berdiri di samping toko.

Satu..

Dua..

Tiga..

"Siapa lo?" Shane menahan lengan si penguntit tepat saat ia keluar toko.

My Lecturer My Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang