JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW
sowrry baru sempat update..
yuhuuu.. update-tan pertama di 2022
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Semalam bisa dikatakan kami berdua sudah berbaikan. Tidak ada lagi mogok bicara dari gue kepadanya. Semuanya kembali seperti sebagaimana adanya. Namun, ada satu hal yang dia nggak sadar. Hati gue belum juga berubah seperti sedia kala. Jauh di dalam sini, hati gue masih bergetar untuknya.
Perempuan adalah penipu paling ulung. Itu fakta memang. Gue sendiri yang membuktikannya. Di depannya gue bertingkah seolah gue nggak punya perasaan apa-apa. Namun, di belakangnya, gue mati-matian menahan semua sakit hati yang gue rasa.
Om Johnny meminta gue untuk pergi ke kampus bersama. Tidak mungkin gue menolak lagi. Hingga, gue pun menerima ajakannya, dengan catatan, hanya sampai di depan pintu gerbang kampus. Nggak boleh sampai di fakultas. Gue nggak mau mendengar gosip-gosip aneh dari para biang gosip di kampus.
Jarak dari gerbang kampus ke fakultas lumayan jauh. Ada beberapa opsi yang bisa gue pilih. Naik ojek, jalan kaki, atau nebeng temen. Berbuhung gue malas naik ojek, dan nggak punya tebengan, maka gue memilih untuk jalan kaki.
Tittt
Sebuah klaskson panjang mengagetkan gue. Ingin rasanya gue memaki si pelaku. Semua kata makian sudah hendak keluar.
"Eneng..." seseorang dengan motor Satria berhenti di depan gue. Begitu helmnya dibuka, maka satu kata mutiara langsung keluar dari mulut gue. "Anjing lo."
Si pelaku hanya tertawa kecil. "Guk guk guk." Dia malah bercanda. Memang anjing yah.
Wajah bete gue membuatnya berhenti bercanda. "Mau ke mana?"
"Mau ke fakultaslah, kira-kira mau ke mana lagi?" Jawab gue dengan tidak santai.
"Calm down kali Shane." Seru Adiyan.
"Sama lo nggak bisa calm down!" Sahut gue.
"Yaudah kalo sama gue nggak bisa calm down, sama Satria aja yuk. Sini naik." Dia lagi nawarin gue tumpangan?
Wajah penuh tanya gue membuat Adiyan berkata, "Jauh lho kalau dari sini fakultas. Mending sama Satria." Sumpah yah, cuman Adiyan doang yang nawarin tebengan model begini.
"Ogah gue." Tentu saja gue langsung menolak.
"Sini yuk." Dia mengedipkan satu mata. Membuat gue memberikan eksperesi ingin muntah. "Ayuk.." dia berujar lagi. Masih mau mengajak gue naik.
"Nggak mau gue." Dengan serentak gue berjalan meninggalkannya.
Adiyan mengikuti gue. Dia sampai memjalankan motor dengan bantuan kaki, nggak mau pakai mesin, biar bisa menyamaratakan dengan langkah kaki gue.
"Sono lo!" Usir gue dengan nada kasar.
"Satria pengen banget dinaikin elo." Balasnya santai.
"Enggak yah!" Gue masih bersikukuh menolak tawarannya.
Namun, sepertinya semesta sedang berpihak pada Adiyan dan motor yang ia beri nama Satria itu. Acha tiba-tiba mengirimi pesan kalau dosen sudah berada di kelas. Itu artinya gue absen gue sedang terancam sekarang kalau gue nggak buru-buru ke kelas.
Gue melirik Adiyan yang masih setia berjalan beriringan dengan gue. "Buruan!" Perintah gue yang secara tiba-tiba naik ke motornya. Kalau kuda-kuda Adiyan nggak kuat pasti kita berdua udah jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lecturer My Sugar Daddy
Romance🔞 "Kuliah sambil nyambi jadi sugar baby. Dompet aman, badan nggak nyaman."