34. Makin Aneh

42.5K 2.1K 171
                                    

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW !!!

450 vote baru update yahh! kencengin vote komennya dong...
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Shane sudah bertekad untuk menghubungi Ardias saat kontraknya dengan Johnny berakhir. Dia memang bisa berencana, tapi jalan hidup siapa yang tahu? Rencana bisa jadi wacana saja saat secara nggak sengaja berpapasan dengan pria itu di sebuah supermarket. Kalau bertemu sendiri, bukan menjadi soal. Masalahnya, ada Johnny di sampingnya.

"Shane?" Tubuh Shane menegang detik itu juga. Ada Ardias di depannya.

"Siapa?" Johnny belum menaruh curiga. Pikirnya itu hanya teman Shane.

Demi apapun, Shane merasa kinerja otaknya menurun sangat drastis. Untuk mengucapkan kata teman saja terasa sangat sulit. Lidahnya kelu.

"Saya Ardias, man₋"

"Dia temen SMA aku." Potong Shane langsung.

"Teman?" Ardias bertanya.

Shane langsung menatapnya dengan mata melotot, seolah menyuruh Ardias untuk mengiyakan saja. "Iyakan? Kita temen SMA. Sekelas lagi."

Tingkah laku Shane membuat Ardias bisa mengambil kesimpulan kalau pria di hadapannya ini bukan teman biasa Shane. Bisa jadi mereka menjalin hubungan. Sehingga Shane tidak mau ia memperkenalkan dirinya sebagai mantan pacar. Terlebih lagi kalau ia sampai menyinggung apa yang pernah terjadi di antara mereka.

"Aku boleh minta nomor kamu? Udah lama kita nggak reuni." Ini pasti akal-akalan Ardias saja. Bilangnya mau reuni, mana mungkin reuni kelas, palingan reuni mantan.

Diamnya Shane membuat Johnny menoleh. Dari raut wajahnya, kentara sekali ia merasa heran kenapa Shane tidak memberikan nomornya. Bukankah ini teman kelasnya? Lebih-lebih lagi teman sebangku lho.

"Ah iya." Kalau tidak ditatap Johnny mana mau Shane memberikan nomornya. "Nih." Keduanya pun bertukar nomor telepon. Setelah itu mereka saling berpamitan. Jika Shane merasa takut Ardias akan membahas masa lalu mereka saat kontraknya dengan Johnny belum berakhir, maka berbeda dengan Ardias yang justru merasa senang. Akhirnya ia bisa mendapatkan nomor Shane. Dengan begini ia bisa menyelesaikan apa yang belum terselesaikan di masa lalu. Ada juga harapan, kalau dia bisa bersama dengan Shane lagi.

"Kenapa mukanya gitu?" Tanya Johnny dalam perjalanan menuju mobil.

"Nggak kok." Buru-buru Shane mengubah ekspresinya.

"Sayang..." Johnny mencoba merayunya. Barangkali saja wanita itu bisa sedikit berbagi.

"Enggak Sayang." Jawab Shane sambil bergelayut manja di lengan kekar Johnny. Demi mengalihkan Johnny dari topik ini, sengaja ia menggesekkan payudaranya di lengan kekar tersebut. "Kangen kamu..." lalu ia berbisik di telinga Johnny. Sungguh, Shane sangat pandai memancing gairah Johnny.

"Sayang..." Johnny sedang berusaha menahan diri. Mereka masih di basement parkir lho ini.

"Kenapa?" Tanya Shane dengan tatapan polos.

"Kita di public area, Baby." Tegas Johnny.

"Terus?" Astaga! Shane malah semakin menjadi. Kalau begini, mana mungkin Johnny bisa bertahan?

Buru-buru ia membuka pintu mobil. Bukan jok pengemudi yang menjadi tujuannya, melainkan jok belakang. Begitu masuk mobil, ia langsung memagut bibir Shane. Lewat ciuman itu, ia mengirimkan sinyal bahwa ia sangat mengingkan Shane saat ini.

My Lecturer My Sugar DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang