I

5.6K 264 17
                                    

Jangan lupa Vote & Comment ya!
Selamat Membaca🐣

.

.

.

.

Sesampai di apartement mewah miliknya, Earth menidurkan Miunie dengan lembut diatas ranjangnya sendiri. Dengan sigap membuka pakaian Miunie, membersihkan hingga mengambil kotak P3K untuk mengobati luka-luka menganga yang ada pada tubuh Miunie. Setelah dirasa cukup, Earth menaruh kotak kembali pada tempatnya lalu memakaikan Miunie piyama miliknya sendiri. Mengusap halus perban di area tubuh dengan tatapan nyeri. Menatap wajah Miunie yang sangat kelelahan itu dalam diam dan tak lama bergerak untuk mengecup bibir manisnya.

CUP

Menutup mata "Tolong jangan pergi dariku lagi" Mengusap ujung hidungnya di pipi Miunie. Setelahnya ia beranjak membersihkan diri dan berbaring disamping Miunie karena waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Meraih ponsel dan menghidupkannya, notif panggilan dari Gulf langsung masuk begitu banyak, membuat Earth menatapnya dalam diam. "Gulf. Kau memang temanku sejak lama. Aku selalu membiarkanmu melakukan apapun yang kau suka dan tidak pernah sekalipun aku mencampuri urusanmu. Tapi, tidak untuk kali ini. Karena orang yang kau sakiti saat ini, adalah orang yang sangat kucintai. Maafkan aku" Bicaranya dengan nada lemah. Ia sangat tahu Gulf orang yang seperti apa. Ia yakin setelah ini, ia akan menjadi sasaran Gulf selanjutnya. Ia sudah siap jika memang itu terjadi, yang penting baginya, ia bisa melindungi orang yang ia cintai. Jarinya mengetik sesuatu di layar ponsel. *Mari atur jadwal untuk bertemu. Ada yang ingin ku bicarakan denganmu* Ucapnya dalam hati sambil mengetik. Setelah pesan terkirim, mematikan ponselnya lalu memeluk Miunie dari samping. Menatap wajahnya sekali lagi lalu memeluknya erat, seolah Miunie akan hilang di dalam pelukannya.

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

Keesokkan Hari, Miunie perlahan bangun dari tidurnya. Mengerjapkan matanya untuk membiasakan cahaya yang masuk melalui jendela kamar. "Ah,, sssh" Meringis saat luka-luka itu mulai ia rasakan kembali lalu melirik sekitar.

"Sudah bangun?" Tersenyum.

Terkejut lalu melirik ke asal suara dengan cepat. Betapa terkejutnya ia, mendapati teman semasa kecilnya yang hilang, didepan matanya saat ini. "PHI EARTH?" Matanya terbelalak lebar.

Mendekat ke arah Miunie dan duduk disisi ranjang. "Hm. Ini Phi, Miunie. Kenapa terkejut seperti itu, hm?" Mencolek pucuk hidung Miunie.

Hatinya begitu senang saat melihat Earth didepan matanya. Berusaha untuk duduk sambil meringis kesakitan dan langsung memeluk Earth, melampiaskan rasa rindunya selama ini. Biar bagaimanapun, Earth adalah salah satu orang yang selalu bersamanya dari sejak kecil hingga duduk di bangku SMA. Ia pun sudah menjadi Phi bagi Miunie karena Earth 1 tahun lebih tua darinya. "Hikkss,,,,, Phi Earttthhhhhh,,," Menangis histeris. Tangannya yang penuh perban, meremas kemeja Earth begitu kuat. Ia sangat ketakutan mengingat bagaimana Gulf menghajarnya kemarin.

Earth membalas pelukan Miunie tak kalah erat. "Phi disini,, Phi disini, Miunie"

CUP

Mengecup pucuk kepala Miunie sambil mengusap belakang kepalanya dengan lembut, berharap Miunie akan tenang setelahnya. "Hikksss,,, Phi kemana saja?? Hikksss,,"

Melepas pelukan lalu menatap wajah Miunie yang sudah penuh air mata dan ingus. "Seharusnya itu menjadi pertanyaan Phi. Kemana saja kamu selama ini, Miunie? Setelah Phi menyelesaikan studi di luar negri, Phi kembali ke rumahmu yang lama tapi kata tetangga disana, keluargamu sudah pindah entah kemana. Ada apa selama Phi tidak ada, hm?" Mengusap air mata dengan ibu jari di pipi tembemnya.

"Itu,,,," Mengigit bibirnya lalu menunduk. "Keluargaku punya hutang yang cukup besar dengan salah satu mafia disana. Jadi, hikkss,, kami terpaksa melarikan diri ke tempat yang jauh karena rentenir dari mafia itu terus menerus mendatangi kami, ditambah Pho belum ada uang sama sekali untuk membayar mereka" Terisak.

Menangkap wajah Miunie. "Kenapa kamu tidak minta tolong pada Phi saat itu, Miunie?"

"Sudah, Phi. Pada saat itu, aku coba untuk mendatangi rumah Phi bermaksud untuk meminta bantuan pada Phi. Hikkss,, tapi, Ayah Phi bilang kalau Phi sudah tidak ingin bertemu lagi denganku dan belajar diluar negri. Apa itu benar, Phi?" Menatap Earth dengan matanya yang sudah berkaca-kaca.

Tangannya terkepal kuat lalu menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak! Itu tidak benar, Miunie. Kamu tahu sendiri kan kalau kamu adalah yang utama bagi Phi? Phi sama sekali tidak ada pikiran untuk menjauh darimu. Percayalah" Memeluk Miunie dengan erat. "Bahkan, Phi sama sekali tidak tahu kalau kamu sedang kesusahan karena Ayah tidak pernah menceritakan apapun tentangmu selama Phi diluar negri. Maafkan Phi,, hikkksss,,, Phi seharusnya tidak pergi meninggalkanmu dan termakan hasutan Ayah"

"M-Maksud, Phi?"

Melepas pelukannya dan menatap wajah Miunie dengan intens. "Kamu tahu alasan Phi belajar ke luar negri?" Miunie menggelengkan kepalanya perlahan. "Itu karena Ayah mengatakan akan merestui hubungan Phi dengan-----"

.

Ting Tong

Ting Tong

.

Bel Apartement Earth berbunyi, membuat ucapan Earth terpotong. Melirik ke arah keluar dari pintu kamar yang masih terbuka lalu melirik Miunie kembali. "Sebentar. Tunggu disini dan jangan keluar. Oke?"

CUP

Mengecup pipi Miunie lalu beranjak keluar. Miunie terdiam ditempatnya dan perlahan memegang pipi dimana Earth menciumnya. "Phi Earth masih sama seperti dulu" Tersenyum kecil.

Tak lama, Earth kembali dengan bungkusan di tangannya. "Makan dulu, Nong" Duduk didekat Miunie, menaruh makanan diatas meja lalu membukanya.

Bingung. "Phi, pesan makanan?" Earth mengangguk sambil tersenyum. "Bukankah Phi bisa masak?"

"Phi lagi malas masak, Nong" Tersenyum. "Ayo makan, sebelum makanannya dingin. Kemarilah, Phi akan menyuapimu. Tanganmu masih sakit, kan?" Menarik Miunie untuk duduk di pangkuan agar Earth mudah untuk menyuapinya.

"Phi, aku disini saja. Badanku berat, nanti kaki Phi sakit. Aku juga sudah besar, Phi. Jangan memperlakukanku kayak anak kecil, na" Mengerucutkan bibirnya.

Mencubit kedua pipi tembem Miunie karena gemas. "Oihh,, bayi kecil Phi sudah besar, na. Hahahha" Tertawa.

"Phi,, atitt" Cemberut sambil berusaha melepas tangan Earth dari pipinya.

CUP

CUP

Mengecup kedua pipi tembem Miunie. "Masih sakit?"

"Phiii!!" Memalingkan wajahnya.

"Hahahah,," Senang karena sukses membuat Miunie salah tingkah. Mengambil nasi dan lauk lalu disodor kedepan mulut Miunie. "Ayo makan. Buka mulutmu, ada pesawat mau masuk,,, Aaaaa"

Membuka mulut, "Aaaammmmm" Mengunyah.

"Pintarnya bayi Phi" Mengusap gemas rambut Miunie hingga berantakan. Earth ingin sekali bertanya pada Miunie tentang bagaimana ia menjalani hidupnya sampai sekarang tanpa dirinya hingga hubungannya bisa sampai menjadi sasak tinju Gulf, namun ia tahan hingga waktunya tepat. Apalagi Miunie baru saja melewati badai.

Mereka pun makan dalam canda tawa, melupakan sejenak masalah yang berlalu, tidak mengetahui bahwa masalah yang besar akan datang pada mereka.

To Be Continue,,,,


Mafia & Dokter 🔞⚠️  || GULFMEW {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang