PART 23

22.8K 1.2K 55
                                    

"Jeff belum turun-turun dari tadi. Anna tolong kamu cek ya siapa tau pacar kamu masih tidur."

Anna mengangguk dengan senyum ceria pada Sintia dan juga Adrian yang menatap geli padanya.

"Kalau Jeff belum bangun kamu siram air kamar mandi, jangan malah di peluk yang ada makin nyenyak anak Om."

"Pa, omongannya." Sintia memukul bahu Adrian dengan kesal lantaran ucapannya yang melantur.

"Jangan di denger, Sayang. Kamu mending cepet pergi ke Jeff ya."

Dengan wajah merona Anna dengan segera meninggalkan meja makan lalu menaiki tangga untuk sampai di kamar Jeff.

Anna hendak memutar handel pintu saat sudah di depan kamar Jeff namun dari arah berlawanan sudah terbuka lebih dulu.

"Pagi." Jeff tanpa aba-aba mengecup bibir Anna saat sudah menutup pintu kamarnya.

"Ih, Jeff! Kalo ada yang liat gimana?!"

"Gak akan. Papa sama Mama serta Bibi di bawah." Jeff memeluk tubuh Anna dan menempelkan kembali bibirnya pada bibir ranum Anna yang tampak menggoda.

"Nghh udah, Jeff!" Anna mendorong Jeff saat bibir lelaki itu mulai melumatnya dalam.

"Yaudah, ayo turun." Jeff berjalan mendahului Anna.

Sedangkan Anna senantiasa mengikuti Jeff untuk kembali ke meja makan yang terdapat orang tua Jeff.

Hari ini Anna memang sengaja ikut sarapan bersama dengan keluarga Jeff karena sudah lama tidak bercengkerama dengan Sintia dan Adrian yang sudah ia anggap sebagai orangtua keduanya.

"Lama banget kalian, hayo abis ngapain?" Goda Adrian begitu Jeff dan Anna duduk bergabung di meja makan.

"Perasaan Papa aja." Jeff yang duduk di sebrang Adrian hanya menjawab cuek dengan wajah tenangnya.

"Ini dimakan ya, Sayang." Sintia menaruh piring yang sudah terisi nasi goreng spesial yang khusus ia buatkan untuk Anna.

"Makasih, Tante." Anna menerima dengan senang hati setelah meminum susu coklat miliknya.

Jeff mengambil sendiri roti tawar lalu mengolesinya dengan selai kacang kesukaannya. Ia sudah terbiasa dengan orangtuanya yang selalu mengutamakan Anna lebih dari dirinya jika gadis itu bergabung bersama mereka.

"Gimana kuliahnya, Anna?" Adrian memulai topik di tengah sarapan.

"Lancar-lancar aja soalnya ada Jeff yang selalu bantu aku, Om."

"Oh iya kurang dari dua minggu lagi kalian mulai UAS, kan?" Sintia ikut bergabung dalam perbincangan suami dan calon menantunya.

"Iya, gak kerasa banget padahal kayak baru kemaren UTS," ucap Anna menyadari waktu yang ia jalani terasa singkat dan cepat.

"Rileks aja jangan merasa terlalu terbebani, Sayang. Selama ini kan udah belajar terus dikampus, jadi nanti belajarnya tinggal pengulangan materi aja," nasihat Sintia.

"Iya, Tante."

"Nanti belajarnya dibantu Jeff. Kalo dia gak mau bantu kamu lapor Om."

"Siap, Om." Anna tersenyum senang karena perhatian orangtua Jeff yang tidak pernah pudar padanya.

Padahal Anna tahu orangtua Jeff tipikial orang-orang penuh ambisi karena kejeniusannya namun mereka tidak pernah mengajari Anna untuk ambis dan sebagainya.

Atau mungkin karena Sintia dan Adrian tahu kapasitas otak Anna yang tidak seberapa?

"Ngobrol dong, Jeff. Diem terus kayak patung." Adrian menatap anak bungsunya yang sama sekali tidak tertarik untuk bersuara.

ANNA & JEFF [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang