Reina baru sadar kalau ia ternyata satu kelas dengan inti Bratasena. Entahlah, ia tidak tau harus sedih atau senang. Di kelas ia bingung harus seperti apa. Ia hanya berdiam diri sembari membuka ponsel. Mengotak-atik beranda YiuTube. Membuka chat padahal tidak ada apa-apa.
Satu kelas dengan tokoh utama rasanya sangat menegangkan. Berasa menonton novel secara langsung, ya memang benar sih.
Selama pelajaran berlangsung, ia hanya berdiam diri di tempatnya. Ia berada di tengah-tengah, tidak di depan atau pun di belakang.
Di kelasnya ini semuanya duduk sendiri-sendiri. Karena ya meja nya pisah-pisah, tidak ada yang digabung.
Selama pelajaran berlangsung pula, kadang terdengar suara gojek/giduh dari beberapa inti Bratasena. Tapi masih bisa ditolerir dan tidam terlalu menganggu proses pembelajaran.
Mereka juga anehnya tidak membolos, tidak seperti biasanya yang diceritakan dalam novel. Tidak ada juga sikap yang kurang ajar terhadap guru.
Saat istirahat, Reina pergi ke kantin bersama (yang sepertinya) temannya. Beruntungnya ia bisa mudah bergaul karena temannya yang bernama Lily itu sejalur dengannya. Mengobrol apapun nyambung.
Saat akan pulang sekolah, tiba-tiba hujan turun. Tidak deras sih, tapi kalau mengunakan motor tetap menganggu perjalanan.
Karena hujan banyak yang masih di kelas. Kenapa tidak memilih ke kantin/luar kelas? Karena di kelas ada wifi, jadi mereka malas untuk keluar. Singkatnya udah PW.
"Hujan-hujan makan indomie mantep nih," celetuk Bastian.
"BENERRR!!!" Celetuk semua orang di kelas, kecuali Reinard dan Justin yang memang cool and cold bagai es batu.
"Pesen aja ke kantin Delta," usul Kenan.
Lainnya mengangguk setuju.
"Bentarrr di data dulu," ucap sekertaris kelas.
"MIE GORENG!" Teriak sekertaris tersebut. Ada 2 orang yang mengangkat tangannya.
"RASA SOTO?" 18 orang mengangkat tangan.
"AYAM BAWANG?" 16 orang mengangkat tangan.
"Pake telur gak?"
"PAKEEE!""Topingnya mau apa?"
"Bawang goreng dong, tapi suruh ditaruh di piring lain."
"Ada lagi?"
"Sosis satu dong, sama kayak bawang goreng, dipisah aja!"
"Gue juga!"
"Nitip"
"Sekalian"
"Ada lagi?"
"Udah itu aja," ujar Alex.
"CABE!" Setelah berkata seperti itu, Reina menjadi pusat perhatian. Karena ia berteriak cukup keras.
Ia meringis merasa malu, okeee ia akui kalau memang mulutnya tidak bisa dikontrol sejak dulu.
"Aaa anu maksutnya gue pengen toping cabe, hehe, potongan cabe hehe," ia meringis merasa malu dan menyentuh alisnya menutupi wajahnya. Benar-benar memalukan. Aaaa ia masih merasa malu. Semua orang di kelas menatapnya bersamaan. Huhhh, mendadak tremor. Apalagi pemeran utama dan antek-anteknya juga menatapnya. Wow tremor luar biasa.
Tak lama kemudian sekertaris tersebut mengambil handphone nya dan membuka aplikasi. Mirip-mirip dengan Gofood tetapi hanya bisa diakses oleh warga sekolah.
"DELIVERY KAN GAES?"
"IYA"
"Mager keluar kelas gue, suruh dianterin aja."
"OK"Reina membuka mulutnya tidak percaya, sekolah ini menyediakan sistem delivery!? Gilaaa, kayak hotel aja. Dan mereka juga memiliki aplikasi sendiri?! Wahhh seberapa mahalnya ya sekolah ini?! Fasilitasnya luar biasa. Mana setiap kelas ber-AC lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Tingkat Tinggi
FantasyRena Dewi Aksara, seorang manusia biasa. Hidupnya terlalu lempeng, tak ada yang spesial. Semuanya biasa saja. Kerjaannya hanya membaca novel atau pun wattpad. Di sekolah ia tak menonjol , tak semua mengenalnya. Ia tak masalah. Ia membaca novel berge...