Reina duduk di pinggir jalan, menunggu supirnya mengganti ban. Sembari menunggu ia memilih untuk scroll Instagram. Tidak ada yang menarik dari postingan teman-temannya. Ia pergi ke explore, tidak ada yang menarik juga. Ia sampai menghela nafas dilanda bosan.
"Masih lama ya paman?" Tanya Reina yang sudah kebosanan.
"Tinggal pasang aja kok non," jawab paman. Meski menjawab begitu, tapi entah mengapa Reina merasa hal itu membutuhkan waktu yang lama.
"Saya jalan-jalan di sekitar dulu ya ," pamit Reina. "Baik non, hati-hati ya," ujar paman memberi wejangan. Reina mengangguk. Ia berjalan sembarang arah sambil mengingat tentu, kalau tidak ia akan tersesat. Menambah-nambahi masalah saja.
Saat belum terlalu jauh melangkah. Ia melihat dua sosok yang terlihat melow, galau, menyedihkan. Siapa lagi kalau bukan Kingzy (Reinard) dan Queenzy.
Mereka terlihat berdebat, tapi Reina tidak bisa mendengarnya dengan jelas. Tetapi perdebatan mereka berhenti setelah Reinard tampak menerima telfon. Wajahnya terlihat sangat panik, bahkan tanpa menengok ke arah Queenzy, ia meninggalkannya begitu saja.
Reina berdecak tidak suka, ia ingat adegan ini. Seharusnya, tanpa campur tangannya, Queenzy yang akan mendapat dampak paling besar. Kehilangan kepercayaan semua orang begitu singkat. Tapi karenanya, semua orang berada di pihak Queenzy. Adegan yang ditontonnya saat ini, jika menurut alur murni novel, Reinard khawatir karena Helena terjatuh dan berpengaruh pada kandungannya. Oleh sebab itu dia terlihat sangat panik. Bagaimana pun anak yang dikandung Helena adalah anaknya juga.
Seharusnya saat ini, Queenzy sedang memohon kepercayaan pada Reinard. Tapi berbuah pahit ketika Reinard meninggalkan nya begitu saja. Padahal Queenzy sedang tidak baik-baik saja. Ia terserang penyakit mematikan.
Reina jadi penasaran sekarang, apa alasan mereka bertemu. Ia yakin Queenzy tidak mengemis kepercayaan Reinard karena Reinard sudah percaya dengan bukti yang ada. Reina melihat Queenzy tiba-tiba terjatuh. Ia langsung berlari ke sana dan memeriksa keadaannya.
Reina terkejut melihat Queenzy mimisan, ia langsung sadar jika alur novel tetap sama. Penyakit ini, akan menjadi awal mula rasa bersalah para tokoh sialan, Reina jujur saja ingin tersenyum mengingat akan penyesalan para tokoh. Tapi untuk saat ini, waktunya tidak tepat. Ia harus segera membawanya ke rumah sakit terdekat.
Ia berteriak memanggil Reinard yang sudah jauh dari pandangan. "REINARD WOYYY TANGGUNG JAWAB ANJIR!!! PINGSAN INI! BTW SEMOGA LO NYESEL!"
Ia berlari menuju ke paman yang sudah selesai memasang ban. "Pak, tolong itu, temenku ada yang pingsan," ucapnya sambil terengah-engah. Reina langsung berlari kembali ke tempat Queenzy diikuti paman. Paman langsung membawa/mengendong, kalo kata orang ala pengantin hahaha. Oh nama lainnya bridal style. Sekarang mendengar kata 'bridal style' menjadi tidak romantis ya.
Paman mengendarai mobil dengan cepat. Sang paman membawa Queenzy ke IGD, perawat di sana menanyai beberapa hal, tetapi beliau tidak mengetahui apa-apa. Akhirnya Reina lah yang menjawabnya.
"Nama pasien siapa?"
"Queenzy Princessa Jneechi"
"Usia?"
"16 tahun"
"Nama orang tua atau wali?"
"Victor Jneechi"
"Ada nomor yang bisa dihubungi?"
"Sebentar"Reina mengecek ponselnya, mencari kontak salah satu anggota keluarga Jneechi. Siapa tau ia menyimpan nomor Jonathan atau Ilyas. Ternyata tidak ada nomor mereka, jadi Reina mencari kontak mereka dari grup angkatan. "Nomor kakaknya gapapa kan mba?"
Sang perawat mengangguk, "Tidak masalah asalkan masih memiliki hubungan keluarga." Reina pun menyebutkan nomor tersebut. Perawat menghubungi nomor tersebut, tapi responnya hanya 'hm hm hm hm oke, VIP'
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Tingkat Tinggi
FantasiRena Dewi Aksara, seorang manusia biasa. Hidupnya terlalu lempeng, tak ada yang spesial. Semuanya biasa saja. Kerjaannya hanya membaca novel atau pun wattpad. Di sekolah ia tak menonjol , tak semua mengenalnya. Ia tak masalah. Ia membaca novel berge...