Demam

40.2K 5.6K 688
                                    

Paginya setelah kejadian bertemu dengan Alpha, Reina langsung demam tinggi. Ia terus bergumam dan mengigau. Badannya panas tapi ia kedinginan, ia sampai memakai tiga lapis selimut tebal, selain itu badannya juga bergetar. Matanya berat untuk dibuka, tenggorokan sakit. Suaranya hampir hilang, serak-serak. Ia juga batuk, hidung tersumbat. Jangan lupakan, kepalanya pusing.

Sungguh, ia tidak menyangka pertemuan dia dengan Alpha kemarin akan menjadi seperti ini. Ia merasa seperti habis disantet. Atau ini karmanya karena menendang aset masa depan Alpha.

Dari sore sampai pagi, ia tidak beranjak dari kasur walau untuk mandi dan berganti pakaian. Ia harus berdebat dengan sang mama selama belasan menit hanya untuk berganti pakaian.

Mamanya tampak sangat cemas, ia jadi merasa bersalah. Raut wajah mamanya sangat panik. Ia kok mendadak kangen mamanya di dunia asli ya.

Ia menyuruh mamanya untuk kembali ke kamarnya sendiri. Setelah itu ia menangis, merindukan dunia asli yang lebih dekat dengan nalar. Ia merindukan masakan mamanya juga. Apakah ia mengalami homesick?

(Home sick: kangen rumah; Homesickness= kerinduan adalah kesusahan yang disebabkan karena jauh dari rumah) Cr: wikipedia (Inggris)

Sampai sore lagi, Reina juga masih tidak beranjak dari kasur. Untuk makan saja ia juga tidak nafsu, ia hanya makan lima sendok. Keluarganya sudah memanggilkan dokter tapi obatnya tidak bekerja. Atau mungkin memang belum bekerja.

Ia merasa aneh sebenarnya, kemarin tidak ada pergantian cuaca. Sekarang bukan musim pancaroba. Cuaca baik-baik saja, cerah-cerah saja. Tetapi mengapa dia bisa langsung drop. Apa benar ini karmanya. Lain kali ia tidak akan melakukan hal itu lagi, janji!

"Reinn, bangun, temenmu dateng buat jenguk," ujar sang mama, ia membuka selimut Reina bagian kepala sampai leher.

"Maaa, tisuee," Reina meminta. Sang mama pun mengambilkan tisu.

"Itu ada banyak temenmu yang dateng, pacarmu juga dateng."

"Lagi sakit kok malah dijenguk, nanti mereka ketularan," ucap Reina dengan suara parau.

Sang mama tertawa kecil, "Gapapa, biar mereka kapok kalo ketularan. Biar mereka gak jenguk orang sakit lagi. Mama bawa kesini beberapa aja ya."

Reina mengangguk, setelah itu ia menutup kembali kepalanya dengan selimut. Sungguh, ia ingin tidur lagi, seharian. "Gak pernah kenal corona mereka," gumam Reina.

Sang mama hanya membawa, Lili, Justin, Bastian, Katrina dan Kenan.

(Btw nama Lily sahabat Reina diganti Lili ya, biar mudah dibedain. Soalnya aku juga bingung🙂)

"Rei, kenapa gak ke rumah sakit aja, kondisi lo parah kayanya." Tanya Lili saat mengetahui Reina sampai memakai tiga lapis selimut.

"Nanti kalo parah," jawab Reina, hidungnya tersumbat, jadi suaranya menjadi AaAao (ngerti kan ya?😭)

"Itu udah parah anjir"

Justin mendekat ke arah Reina dan mencoba membuka selimutnya. Tapi saat ingin membuka selimut lapis ketiga, Reina menolak, ia memegang selimutnya dengan erat.

"Jang..an," suaranya semakin serak saja.

Justin pun hanya mengelus-elus pucuk kepala Reina.

"Kalian pulang aja, nanti malah ketularan," kata Reina.

"Ngusir nih?" Ucap Bastian dengan nada bercanda.

"Heem"

Lili merasa tidak enak karena sudah menganggu waktu istirahat Reina. Ia pun berpamitan dengan Reina untuk keluar dari kamarnya, menyisakan Justin seorang. Justin masih sibuk mengelus kepala Reina.

Figuran Tingkat TinggiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang